Wednesday, March 01, 2006

the secretary

warning: nggak ada unsur sara dalam tulisan ini. kebetulan aja cerita ini terjadi pada orang tertentu.

dia minta kami memanggilnya Mbak Is, walaupun usianya jauh diatas kami. dia lahir pada tahun 1955. di rumahku, orang yang lahir di tahun itu kami panggil Mama. dari wajah dan gerak-geriknya, dia terlihat jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya. dalam ingatanku, Mama tidak tampak setua itu. tapi Mbak Is terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya meskipun gayanya berpakaian masih seperti anak muda, make up yang dikenakannya mengkilap, antingnya besar dan rokoknya Dji Sam Soe filter!

seminggu yang lalu, dia resmi menjadi sekretaris Phillipe. Mbak Is diterima karena bisa berbahasa Inggris dengan baik, bisa mengetik dan bisa Office sedikit-sedikit, cukup lancar berbahasa Perancis dan juga karena cerita hidupnya. dia pernah menjadi pengusaha yang cukup berhasil. dan sempat bekerja untuk sebuah perusahaan Perancis yang ternama. menikah dengan seorang Bali yang tampan, Mbak Is memiliki dua anak, Wisnu dan Dewi. pernikahan itu berjalan dengan baik karena Mbak Is yang bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga. suaminya yang tampan, menikmati hasil jerih payah istrinya dengan kesadaran bahwa hal seperti inilah yang pantas dia terima karena wajah yang dimilikinya. keluarga dari pihak suami juga tak segan terus meminta bantuan dan menggerogoti keuangan keluarga Mbak Is.

ketika usaha Mbak Is mengalami kemunduran, alih-alih berusaha membantu dan ikut bekerja untuk mengembalikan keadaan, Mbak Is justru mengalami kekerasan dalam rumah tangga. karena nggak tahan, dia lalu meminta cerai. keputusan yang pada akhirnya membuat mereka pergi dari Jakarta, dan anak-anak terhenti pendidikannya. anak-anak memilih untuk ikut dengan ibu mereka. menjadi orang tua tunggal dengan dua anak yang beranjak dewasa dan memulai lagi satu hidup baru.

sejak pertama kali bertemu dengannya, sampai sekarang, aku nggak pernah menatap wajah Mbak Is lama-lama. aku nggak mau dia melihat trenyuh dan haru yang ada di mataku. aku nggak mau dia merasa aku mengasihaninya, lalu jadi menyinggungnya. Wisnu sekarang bekerja menjadi penjaga warnet. Dewi sempat menjadi pramuniaga di Surf Girl sebelum berhenti dan berkonsentrasi dengan niatnya untuk menjadi DJ. Mbak Is menjadi sekretaris untuk bisa terus bertahan hidup.

ah, di usianya yang sudah segitu, mestinya Mbak Is sudah hidup tenang, dan tinggal menikmati hasil dari apa-apa yang sudah dia rintis sejak lama.
tapi jalan hidup orang siapa yang tau?

5 comments:

Anonymous said...

wah!

hebat ya!

tomblos said...

kayaknya dewi boleh tuh...

wayan said...

dasar tuh laki... Buaye Gile

Beny Damarhadi said...

jadi inget my mom...

Anonymous said...

Dari sisi keluarga gue yang Bali, hal kayak gitu sering terjadi. Kakek, uwa, atau siapa lah, beristri 3-4-5 dan istri istrinya kerja sementara suaminya ngitung duit, dan menikmati status kasta.

Emang rada ajaib buat gue yg lebih Jawa.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...