Wednesday, May 14, 2008

ironis

"Ironis adalah kata yang menarik untuk ditelusuri lebih lanjut" katanya sambil menatapku dari balik bingkai kaca matanya yang berwarna hitam. kami sedang berbincang seru tentang hal-hal yang aku dan dia pikirkan sore itu.

dia mengawali percakapan dengan analisa menarik mengenai global warming dan bagaimana kita, manusia, yang paling besar terkena dampaknya justru yang paling tidak hirau mengenai kemungkinan kehancuran luar biasa yang akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi. dia menceritakan kegelisahannya tentang hidup di sekitarnya yang semakin lama semakin berubah jadi tidak nyaman karena lingkungan yang rusak. ia bicara tentang kebohongan-kebohongan yang semakin lama semakin terungkap. tentang bagaimana mereka yang berkuasa melenakan ratusan juta orang dengan impian semu tentang kesejahteraan, dengan cara menyembunyikan kenyataan.

"kita ditipu dengan tidak dihadapkan pada kebenaran. cepat atau lambat, kita harus menghadapi kenyataan hidup, dan kalau waktunya tiba, kita nggak punya waktu untuk menyiapkan diri. siap atau tidak, kenyataan itu akan dibenturkan pada kita"

aku bercerita padanya tentang harimau yang punah di berbagai tempat di Asia, dan Siberia. tentang bagaimana predator yang cantik itu meregang nyawa satu demi satu saat manusia yang menghuni wilayahnya melakukan perusakan yang disamarkan sebagai pembangunan. Harimau Bali melenyap bersamaan dengan gencarnya pariwisata. Harimau Jawa menghilang setelah puluhan juta orang yang berusaha mencari kehidupan mendesaknya tanpa ampun. Harimau Sumatera tergerus perkebunan kelapa sawit dan penebangan hutan. dan kini, Harimau Bengal harus berjuang mempertahankan nyawa, seperti halnya kerabat mereka yang berbulu tebal di Siberia, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. hal yang dipaparkan dalam tabel dan grafik dalam warna cerah dengan wajah ceria oleh para ahli ekonomi.

kami bicara tentang bagaimana manusia, yang merasa dirinya yang paling berkuasa telah dengan semena-mena mempertukarkan sesuatu, tanpa menyadari bahwa hal yang hilang dari pertukaran itu jauh lebih besar daripada hal yang berhasil didapatkannya. sebuah anggapan yang menyesatkan telah membuat kita percaya bahwa udara segar, air bersih, kicau burung, hijau pepohonan dan warna-warni bunga dan buah yang berserakan di alam adalah hal yang wajar dan senantiasa akan ada, tak peduli berapa banyak kita memakai dan membuangnya.

"we are the superior species on earth but also the biggest troublemakers" kata Dalai Lama pada Deepak Chopra.

jika suatu hari kita memilih dua celana panjang dengan ukuran yang sama dari rak di department store, mencoba salah satunya dan memutuskan membeli keduanya. kita merasa telah menentukan pilihan yang tepat karena celana hitam dan beige itu berukuran sama dan apabila celana hitam terasa nyaman dipakai, tentu celana beige juga akan sama saja. meski ternyata tidak. ketika staff kasir menyarankan kita untuk mencoba juga celana beige itu, lalu kita menemukan bahwa yang satu ini tidak terasa nyaman, celana beige itu lalu batal untuk dibeli. dan meskipun masih ada 5 celana lain yang berukuran sama ada di tumpukan, tapi kita tidak mencobanya, tanpa menyadari bahwa celana di tumpukan nomor dua sebetulnya akan terasa sangat nyaman dipakai.

tapi pengetahuan itu tidak pernah kita miliki. dan celana beige nomor dua di tumpukan akan tetap ada disana. tak tersentuh. kita, yang merasa pilihan yang kita ambil sudah sempurna, keputusan yang kita jalankan sudah tepat, seringkali, ironisnya, tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya sedang kita lakukan.

tidakkah ini waktu yang tepat untuk mencoba cara yang lain dan mencari alternatif? ataukah sekali lagi kita memilih untuk tetap jadi ironis. karena itulah satu-satunya cara yang kita ketahui.

Saturday, May 10, 2008

routine

pulang kantor seperti biasanya nggak pernah kurang dari jam 6 sore. kalau aku sudah nggak ada di mejaku sebelum jam 6, pasti ada alasan khusus. bukan, bukan karena aku rajin. tapi karena terlalu banyak hal lain yang bisa dengan mudah mengalihkan perhatianku dari pekerjaan yang seharusnya diselesaikan.

misalnya gini, aku menunggu komputer loading dengan membaca TIME edisi 100 Most Influential People In The World, lalu aku menemukan tulisan tentang Miley Cyrus yang katanya baru berusia 15 tahun dan jadi bintang tenar karena main di serial Hannah Montana. tapi artikel itu sebenernya mau ngebahas bagaimana pose-nya di Vanity Fair, yang difoto oleh Annie Leibovitz. disitu dia tampak topless, hanya ditutup semacam seprai, dan dipotret dari samping kanan dengan punggung, lengan dan bahu yang terbuka. fotonya sangat artistik. tapi tentu menimbulkan kehebohan.

nah, gara-gara artikel itu, aku jadi baca-baca mengenai Cyrus, karirnya, Hannah Montana, kontroversi itu, review fotonya, komentar orang tentang foto dan posenya, dan jawaban-jawaban baik dari orangtua Cyrus, dia sendiri, maupun Leibovitz. dan tau-tau udah jam 12 siang. maka demikianlah jam kerjaku bisa memanjang sampai lebih dari jam 6.

sesampai di rumah, nggak banyak juga yang aku kerjakan. menelepon (yang ini harus digarisbawahi dan dicetak tebal sebagai hobi baru), mendengarkan musik, nonton TV, dan mengerjakan file yang sedang perlu perhatianku. biasanya file-file pribadi. semua kegiatan ini, diselingi dengan makan malam atau ketemu dengan teman (misalnya untuk pesta ulang tahun Mbak Niken malam ini) akan berakhir pada jam 1 atau 1.30 dini hari. aku akan tidur sesudahnya, atau sekitar jam 2 pagi.

dan jam 5.30 atau jam 5.45 aku udah bangun lagi.
jadi sebenernya waktu tidurku nggak lama. aku punya hari yang panjang, kerja yang bisa kuatur sedemikian rupa waktunya, dan ritme yang tidak terlalu padat.
tapi kenapa folder draft tulisan panjangku itu tetap nggak tersentuh selama berbulan-bulan setelah kumulai entah kapan tepatnya?

Friday, May 09, 2008

dan lagi...

yang kamu lakukan sederhana. waktu aku bilang aku rada kecewa karena hasil tesnya nggak sesuai dengan yang aku perlukan, kamu mengirimkan emoticon sedih dan kalimat yang membuat aku merasa kamu ikut merasakan kesedihan dan kekecewaanku.

satu-satunya harapan yang kupunya adalah karena aku belum menerima hasilnya di tangan, dan baru denger beritanya dari orang rumah. berita yang juga masih rada simpang siur karena yang dibaca cuma bagian nilainya aja.

lalu surat itu datang.
dan aku bisa membacanya dengan seksama. bisa dengan hati-hati memahami analisa yang tertulis di sebelah tiap skor. lalu memutuskan bahwa ada yang salah dengan asumsiku yang sebelumnya. hasil tes ini sama sekali nggak buruk. tapi justru sangat baik.

dan tabel pembanding nilai yang membenarkan dugaanku. kali ini nggak salah.

lalu di YM, kamu tampak berseri-seri.
"aku berkali-kali meminta supaya kamu mendapatkan yang terbaik. tadinya aku pikir aku minta terlalu banyak. ternyata nggak"
aku terharu. lagi-lagi kamu membuatku merasa begitu.

Thursday, May 08, 2008

tentang membaca buku




kalo ada yang tanya, atau ada form yang mengharuskan aku menjelaskan hobiku, dengan ringan dan pasti aku akan menjawab: membaca. jawaban yang selalu keluar dari mulutku, sebelum aku menyebutkan hobi-hobi yang lain.

tapi beberapa hari terakhir ini aku jadi ragu sama jawabanku sendiri. soalnya kalo dilihat-lihat, beberapa minggu terakhir hobi itu sedikit-demi-sedikit bergeser menuju hobi baru. ngobrol di telepon dan nge-charge batere handphone. kayaknya aku harus mulai merevisi jawabanku kalo ditanya.

bukti lainnya adalah tumpukan buku yang belum dibaca, yang baru separuh dibaca, atau yang baru diusap-usap aja -karena covernya bagus, yang makin membesar jumlahnya di kamarku. kadang-kadang penyebabnya sepele, aku sedang membaca satu judul ketika datang buku yang lain. entah karena membeli atau pemberian orang, lalu aku jadi lebih pengen baca buku yang baru. lalu aku berusaha membaca dua atau tiga buku dalam satu waktu, yang biasanya jadi bikin aku bingung, dan akhirnya semua distop.

setelah membaca keluhan Indie di blognya , aku sempatkan memeriksa berapa judul buku yang belum (selesai atau sempat) aku baca. ini nggak termasuk majalah yang juga makin tinggi tumpukannya.

1. John Steinbeck, The Moon is Down
2. Francis Wheen, How Mumbo Jumbo Conquered the World
3. Orhan Pamuk, Snow
4. Anita Shreve, The Last Time They Met
5. Barack Obama, Dreams for My Father
6. Rhonda Byrne, The Secret
7. Charles R. Cross, Heavier Than Heaven; The Biography of Kurt Cobain
8. Tom Clancy, Shadow Watch
9. Elfriede Jelinek, The Piano Teacher
10. James Joyce, Dubliners
11. John J. Kao, Managing Creativity
12. Bono -Larry Mullen -The Edge -Adam, U2 by U2
13. John Steinbeck, The Grapes of Wrath
14. Robert Ludlum, The Bourne Identity
15. Paul Theroux, Blinding Light
16. Joseph Tate (editor), The Music and Art of Radiohead
17. Truman Capote, In Cold Blood
18. John Dickie, Cosa Nostra; A History of the Sicilian Mafia
19. David Quantick, Beck
20. Kompilasi Terra; Bilingual Anthology

buku Beck, misalnya... sempat kubaca sampai dua bab sebelum aku mulai membaca biografi R.E.M. nah! itu buku juga belum aku masukkan daftar. R.E.M Fiction: An Alternative Biography dari David Buckley ini masih aku coba untuk selesaikan, sambil membaca beberapa buku cerita dongeng karangan Enid Blyton, 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta bikinan Benny&Mice, A Spot of Bother-nya Mark Haddon, Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata dan lanjutan kisah kenangan Nh. Dini yang berjudul Dari Fontenay ke Magallianes. dan semuanya selesai tiga minggu yang lalu, tapi biografi R.E.M-nya nggak maju-maju dari bab 5! hihihi...

aduh, payah! aku sampe jadi malu waktu Indie bilang "jadi hobinya sebenernya membaca ato mengumpulkan buku?" ahahaha. parah banget deh, aku.

Friday, May 02, 2008

lagi serius

udah lama banget aku berhenti nonton berita di TV. soalnya sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, setiap kali selesai nonton berita, aku pasti jadi marah-marah, ngomelin keadaan dan terutama, tindakan bodoh orang-orang picik yang entah kenapa banyak banget stoknya di dunia ini.

beberapa hari yang lalu waktu makan siang, iseng ngidupin TV, yang tentu saja isinya sinetron semuah. kecuali Metro TV, dimana ada Tommy Tjokro sedang baca berita. wajah gantengnya jelas membuat berita-berita yang dia bacakan jadi lebih menyenangkan untuk didengar. atau kira-kira begitulah.

tapi ternyata Tommy Tjokro (harus lengkap nulisnya) sedang baca berita tentang pembakaran masjid Ahmadiyah di Sukabumi. wah, aku langsung nggak berselera makan lagi. mau marah rasanya ngeliat puing-puing yang hangus menghitam. sisa-sisa kayu yang bertonjolan diantara reruntuhan dinding yang sudah nggak bisa dikenali lagi bentuknya.

katanya para pengikut Ahmadiyah disebut beraliran sesat, makanya masjidnya pantas dibakar. aku nggak tau apakah sebelum membakar masjid itu mereka sempat mengeluarkan Al Qur'an yang pasti ada di dalam masjid. nah, kalau Al Qur'an yang dipakai adalah kitab yang sama persis dengan apa yang dibaca para pembakar (itu pun kalo mereka membacanya), menurutku tindakan pembakaran dan perusakan itu sangat nggak pada tempatnya. sangat keterlaluan.

dalam hukum manapun, pembakaran tempat ibadah bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan.

aku sedih banget denger berita itu. kemarahan dan kesedihanku bercampur aduk jadi satu. dan aku menyesali kepicikan, pikiran yang sempit dan kebodohan, yang terus-menerus membuat umat Islam terpecah-pecah, sampai saling menyerang satu sama lain.
kalau perusakan dan pembakaran bahkan dilakukan pada sesama Muslim, lalu bagaimana kita bisa menyebut agama ini agama yang menyejukkan, cinta damai dan nirkekerasan?

Sunday, April 27, 2008

Balada Subani


Meet Subani, alias Sabine, alias Subénes (yang ini harus diucapkan dengan intonasi manja menggoda), alias Hiawata. Buat nama panggilan yang terakhir, silakan melihat foto supaya tau sebabnya apa dia dipanggil dengan nama anak Kepala Suku Perut Buncit itu. Hihihi...

Selama shooting resort movie tanggal 16-22 April kemarin, di pundak Subani terletak tanggung jawab akan pencahayaan dan penyinaran. Sebagai lighting man, dia harus memastikan kalo setiap gambar yang direkam oleh kamera tampil dengan pencahayaan alami dan enak dipandang.

Sejak hari pertama, namanya langsung terkenal, lebih ngetop dibandingkan kru yang lain. Dan juga bukan karena tampang, soalnya Ali yang lebih disebut-sebut sama Dewanto. *nyumput di balik meja*

Awalnya, seperti biasa, karena Yoyok the stylist selalu salah menyebut namanya. Aku sebut biasa, karena aku aja dia panggil Didi atau Diandra, dan nggak pernah bisa menyebut namaku yang asli. Hari itu, kami denger dia menyebut-nyebut Sabine, yang bikin jadi penasaran... ini nyeritain gadis Perancis yang mana sih?
Dan waktu tau kalo yang disebut Sabine itu adalah Subani, semua yang denger langsung ngakak. Bayangan gadis Perancis yang manis, bertungkai panjang dan berambut pirang menggelombang lenyaplah sudah. Tinggallah Subani yang menerima panggilan baru -dan dia emang noleh juga waktu dipanggil, Sabine.

Waktu shooting dimulai di Tanggayuda, kami melihat langsung kalo diem-diem dia ini galak. Hihihi... Donny yang pertama kali cerita tentang ini waktu ngeliat dia memimpin anak buahnya di lapangan. Kegalakannya nggak ada yang berani membantah. Entah disaat dia memerlukan lampu 600 watt, atau saat dia menegur kru yang bergelimpangan tidak pada tempatnya. Semua seketika patuh, dan pekerjaan jadi beres.

Di hari kedua, bakat terpendam Sabine (yang mulai jadi Subénes gara-gara Iman) mulai tampak. Disela-sela shooting, dia suka melontarkan berbagai tebakan yang menggaring dan peribahasa yang sama nggak pentingnya dengan tebakannya. Dia akan tanya "Apa persamaan jemuran kering dan telepon yang bunyi?" Jawabannya sih obvious. Tapi buat yang belum tau, dia akan dengan senang hati menjelaskan. "Dua-duanya sama-sama harus diangkat"
Sementara itu peribahasanya seringkali berhubungan dengan burung gelatik. Misalnya "Burung gelatik, jaka sembung. Ayo take, jangan bingung." Sumpah garing banget. Nah, bagusnya... dia nggak hanya punya satu line aja untuk burung gelatik. Dan setiap kali si burung keluar, kalimatnya selalu beda karena Sabine memang kreatif.

Shooting hari ketiga di Bisma menghasilkan julukan 'Hiawata'. Jadi hiasan kepala itu adalah hasil dari kegiatan merangkai janur, yang diajarkan Wayan Parwati pada anak-anak kecil, sebagai bagian dari children in-house activities di Komaneka. Setelah semua anak belajar merangkai dan membuat hiasan kepala dari janur, lalu para kru jadi ikutan latah. Bedanya, mereka dengan manja minta dibuatkan dan bukannya bikin sendiri, lalu dipasangin sekalian di kepala masing-masing. Alhasil, sampai malam Subénes masih jadi Hiawata dan Nova jadi Sutradara Kancil.

Selama shooting lima hari itu, wajah Subani selalu jadi merengut setiap kali jimmy-jib mulai dipasang. Dan hanya dia satu-satunya orang yang merasa sangat terganggu dengan benda itu. Sebabnya nggak lain karena jimmy-jib sepanjang 12m itu memberinya kesulitan yang serius untuk menata cahaya.

"Saya mau taruh lampu dimana Mbak, kalo ada benda itu. Seluruh dunia di-shooting. Bingung saya ngatur lampunya gimana" katanya padaku dengan wajah masam. Aku cuma tersenyum. Hehehe, kebayang susahnya. Karena jimmy-jib ini memang memungkinkan kamera bergerak liar namun terkendali ke segala arah, merekam tiap sudut, dan memberi kesan menyeluruh pada rekaman yang dihasilkan.

Sampai hari ini, aku nggak tau siapa nama Pak Operator Jimmy-jib. Dan sampe hari ini juga aku belum pernah denger suaranya. Abis, orangnya pendiem banget. Dia mengendalikan benda sepanjang itu dengan sangat cool. Kalo kata Agus Pande, jadi operator jimmy-jib itu susah banget. Karena dua tangan, kanan dan kiri bekerja dalam ritme yang berbeda. Yang satu tangan untuk panning dan tilting, tangan yang lain untuk memutar arah kamera sampai 360˚ dan kedua tangan bergabung untuk menghasilkan gambar dengan high angle dan low angle. Oyah, sekalian sama zooming in dan zooming out juga. Tampaknya, nggak banyak orang di dunia ini yang bisa mengoperasikannya dengan handal. Karena disini, ada daftar pemilik/operator jimmy-jib di berbagai lokasi di dunia.

Bahkan setelah shooting nyaris berakhir, Subani masih punya cerita. Aku menemukan dia sedang bertanya-tanya sama Chef Bagiana mengenai masak memasak Bebel Betutu. Setelah diselidiki lebih lanjut, Subani ternyata hobi masak! Chef lalu memberinya sejumlah tips untuk menaklukkan bebek, ayam dan ikan dengan panci presto.

Siangnya, waktu semua sudah selesai makan, the last lunch nih, ceritanya... Iman maju ke depan dan kasih farewell speech, mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik antara kru, gank tanjidor pimpinan Donny-Yana dan Komaneka. Menimpali Iman, Nova juga membalas dengan speech yang nggak kalah manisnya. Lalu dengan penuh percaya diri, Subani memberikan testimonialnya "Saya senang karena kru diperlakukan dengan baik. Makan nggak pernah telat. Belum bangun aja makanan udah datang". Hihihi, kayaknya ini setengah menyindir jam kerja yang dimulai pukul 05.00 atau 05.30 setiap hari, sehingga wake up call pada pukul 04.00 atau 04.30 dilakukan bertepatan dengan datangnya kopi dan sarapan pagi.
Setelah itu, Subani meneruskan..."Oyah, saya juga merasa sangat terbantu karena kami nggak dibiarkan bekerja sendiri. Selalu ada staff Komaneka yang mau memberi bantuan. Dan itu, mobil koki juga sangat membantu"

Mendengar istilah 'mobil koki', semua yang ada di ruangan ketawa ngakak tak terkendali. Tinggallah Subani terdiam dengan wajah merah padam bersemu ungu karena malu, setelah sadar kalau seharusnya yang dia sebut adalah 'mobil buggy'. Hihihi...

Monday, April 07, 2008

Fedi Nuril, Kacamatanya, dan Ayat-ayat Cinta

akhirnya aku nonton Ayat-ayat Cinta. nggak kalah sama para menteri, Jusuf Kalla, dan SBY.

tindakan yang impulsif sebenarnya, karena keputusan menontonnya hanya setengah jam sebelum berangkat, dan tentulah dorongan itu datangnya dari godaan acara infotainment yang dengan gigih setiap hari menyinggung-nyinggung tentang film ini.

kesimpulanku adalah:
Ayat-ayat Cinta bercerita mengenai seorang laki-laki alim yang tampan dan digilai oleh banyak perempuan, yang seluruhnya penuh inisiatif. terbukti, ketika para perempuan itu menyadari perasaannya, mereka segera menulis surat cinta. dan ada diantara surat-surat itu yang diberikan langsung padanya. namun demikian, meskipun menerima surat dari berbagai jenis perempuan, dan namanya ditulis di dalam diary, lengkap dengan foto-foto, tapi tidak pernah sekalipun Fahri membalas surat, atau mengirim surat pada salah seorang diantara perempuan-perempuan yang jatuh cinta padanya itu. walopun tampak dia menaruh hati pada salah satu diantara mereka.

aku setuju bahwa nilai-nilai Islam yang digambarkan dalam film itu adalah hal-hal yang luput dari perhatian publik saat ada pemberitaan mengenai terorisme, Islam radikal-fundamentalis, dan film Fitna. dan ini adalah cara penyampaian yang sejuk. bukan seperti sweeping nggak penting yang mengatasnamakan agama, dalam suasana panas, di hari yang terik, dan membuat hati seperti terbakar. ia terasa sejuk karena dibalut wajah yang cantik dan tampan, kalimat yang lemah lembut, fotografi yang indah dan AC yang dingin menghembus penonton yang duduk di kursi empuk.

tapi cara penyampaian yang sejuk ini tidak dibarengi dengan editing yang smooth dan mata sutradara yang jeli. Hanung, masa kamu nggak lihat mic yang menggantung di samping Surya Saputra pada adegan dia duduk di kursi-sofa warna merah itu?
lalu apakah Ayat-ayat Cinta juga disensor? rasanya nggak mungkin ada adegan ranjang yang hot dan bikin badan panas dingin jantung berdebar dalam film itu. ah, well... kecuali kalo Fedi Nuril sedang di-close up, atau dia duduk tertegun memakai kaca matanya yang oke itu. aduh... kok keliatan ganteng dan menggiurkan ya?

eh, sampe mana aku tadi?
ah, ya! sensor. aku cuma heran, kalo bukan karena disensor, apa ini editingnya yang parah sehingga perpindahan dari satu adegan ke adegan lain terasa sangat nggak enak. rasanya seperti waktu selimut direnggut paksa ketika kita masih pengen tidur. jika Ayat-ayat Cinta adalah satu set yang dimainkan seorang DJ, perpindahan antar adegannya setara dengan kalo si DJ mainin lagunya pake dua tape deck. jadi kalo mo ganti lagu, dia matiin dulu tape yang satu, trus menyusul ada tape berikutnya yang dipencet tombolnya, langsung masuk ke refrain.
sangat mengganggu.

memang sejak awal aku nggak mengharapkan film ini akan groundbreaking seperti Atonement atau kuat seperti La Vie En Rose. tapi setelah nonton, aku semakin nggak ngerti. apanya sih yang membuat film ini segitu hebohnya?
uhm, tentu saja selain Fedi Nuril dan kacamatanya.

Sunday, April 06, 2008

blogger, hacker dan cracker

nenekku di Pacitan mungkin sekarang ini agak khawatir sama pergaulanku. beliau tahu aku pernah ikutan acara Pesta Blogger di Jakarta, yang kuceritakan dengan bangga karena dua hal. pertama, karena aku adalah manajer fans club-nya Enda Nasution, ketua panitia acara itu. kedua, karena di acara itu aku seruangan sama Pak Mentri Muhammad Nuh.

tapi akhir-akhir ini, Simbah mungkin mendengar kalo blogger itu ternyata ada yang negatip dan ada yang positip. dan karena yang disebut negatip itu salah satunya adalah Enda, aku yakin Simbah sekarang sedang was-was dan berharap-harap cemas, kuatir cucunya yang paling cantik ini terjerumus pergaulan yang salah.

Simbahku, dan juga orang-orang awam lainnya, boleh jadi mengira kalau blogger ini semacam aliran ideologi baru yang berbahaya, setara dengan Marxis atau Anarkis. karena ada blogger negatip yang kerjaannya melawan pemerintah dan menentang undang-undang. buat simbahku, ini mungkin sama gawatnya dengan kalau aku jadi anggota Gerwani yang underbow PKI. dan karenanya, blogger mungkin bisa juga jadi istilah untuk gerakan separatis, seperti Zapatista, atau Macan Tamil.

lalu, ada juga yang dengan semena-mena menuduh blogger telah mengubah tampilan halaman depan situs Depkominfo dan Golkar. sesuatu yang pada masa sebelum keganjilan ini dimulai biasanya dilakukan oleh hacker. aku yakin hacker yang asli pada bete deh, dengerin sebutan yang menghina ini. soalnya, aku yakin ada sejumlah besar blogger di seluruh dunia yang nggak punya kemampuan teknis yang cukup untuk jadi hacker. mereka hanya punya dua modal, yaitu kadar narsis yang berlebihan dan urat malu yang udah hampir putus. makanya bisa curhat panjang lebar di dunia maya, membuat orang bisa membaca semua rahasia dan jati dirinya yang asli. salah satu contohnya ya, aku ini. yang blognya berisi cerita remeh dalam hari-hariku yang tentunya sama sekali nggak penting buat orang lain. yang isinya curhat dan komentar-komentarku tentang hal-hal yang buat orang lain nggak ada artinya. sementara yang namanya hacker itu kan seperti dukun yang bisa melakukan hal-hal ajaib di internet. jadi tuduhan bahwa blogger bisa nge-hack itu emang penghinaan besar-besaran buat hacker. lebih menghina lagi karena yang dituduh itu Enda. yang blogger tapi blognya jarang diupdate.

gile bener, masalah ini sebegitu gawat sampai aku merasa perlu ikut berkomentar, nggak kalah sama pakar IT, pakar Telematika, pakar Teleconference dan pakar Telemarketing.

mereka yang berusaha meluruskan masalah ini akan membawa-bawa istilah cracker untuk menyebut orang yang masuk ke jaringan Internet dan melakukan perusakan. padahal setahuku, cracker itu adalah biskuit asin (atau kadang-kadang ditaburi gula pasir) yang sangat cocok jadi teman minum teh. selain Khong Guan, merek cracker lain yang juga oke adalah Roma.

dan aku menggaring.
*keluh*

Thursday, April 03, 2008

birthday story


mulanya, Dini datang mengetuk pintuku tiga puluh menit menjelang tengah malam. aku yang udah ngantuk, membuka pintu dengan mata setengah terpejam. sejak sehari sebelumnya, dia memang sudah bilang kalau mau datang untuk menginap. tapi aku nggak nyangka kalau dia akan datang selarut ini.

sambil cengengesan, dengan senyum yang mencurigakan karena terlalu lebar dan terlalu nggak beralasan, dia meletakkan barang-barang yang dibawanya, termasuk sebuah kotak putih besar yang mengingatkanku pada kotak sanggul dan segala jenis jepit rambut buat memasangnya, milik mama di rumah.

tapi ternyata isi kotak itu adalah empat potong strawberry shortcake yang terlihat enak dan menggiurkan. dan sebatang lilin berwarna merah. "kamu tiup lilin yaa" katanya masih dengan senyum yang terlalu lebar itu tadi.

Dini, Fabio, Giovanni dan istrinya (yang aku belum pernah ketemu), masing-masing membeli satu potong kue untukku. oh... aku jadi terharu.

tepat tengah malam, aku meniup lilin, sambil ikutan senyum-senyum juga. lima detik kemudian, telepon berdering dan Mahén mengucapkan selamat, lalu bikin speech yang begitu manis aku pikir aku nggak akan pernah bisa menandinginya kalo dia yang ulang tahun. makasih ya, sayang...

ulang tahun ato enggak, kalo udah lewat tengah malam, aku harus tidur karena begadang adalah salah satu pantangan yang harus betul-betul kuhindari sekarang ini. selain dua halaman daftar lainnya. jadi nggak sampai sejam setelah itu, aku langsung tidur.

bagian yang paling mengherankan adalah, Mahén jadi satu-satunya orang yang berhasil menelepon pada tengah malam. entah kenapa, mereka yang berniat melakukannya nggak ada satu pun yang berhasil. makanya tidurku nggak terganggu sampe pagi, dan telepon pertama di pagi hari tanggal 30 itu pun darinya.

lalu berturut-turut ada Mama (yang sebelumnya sudah mengirim sekotak hadiah), Ayin yang sudah menghidupkan alarm karena pergi tidur jam 10 tapi nggak denger waktu alarmnya bunyi, Adis yang juga ngidupin alarm tapi cepat-cepat mematikannya waktu berbunyi dan baru paginya sadar alarm apa yang berdering tadi malam, Bessy, Wesly-Lea-Indra-Jay yang katanya juga pada tepar malam sebelumnya, sampai Bunjems. dan semua telepon serta sms-sms itu membuatku tetap ada di tempat tidur sampai jam 1 siang. menyusul ada juga Ari dan Henny yang menelepon belakangan.

hari berikutnya aku ketemu Azlina, akhirnya, dan pergi makan malam ke Nomad. sejak awal, udah terasa aneh, karena kami mendapatkan meja di tengah-tengah ruangan, seperti sedang bersiap untuk mencuri perhatian dari semua pengunjung restoran. kami makan dengan penuh semangat, penuh semangatnya harus kugarisbawahi karena kami makan banyak sekali, tampaknya itu porsi yang cukup untuk 4 orang. hihihi, mungkin juga karena banyak cerita, update dan gosip yang kami pertukarkan sepanjang makan malam.

menjelang dessert, entah kenapa Azlina bilang sama waitress kalau ini birthday dinner-ku. nggak lama kemudian, musik restoran yang mula-mula diambil dari Lighthouse Family-Greatest Hits tiba-tiba berubah jadi lagu ulang tahun. innocently, aku dan Azlina menoleh kesana kemari melihat siapa yaaa... yang ulang tahun juga malam ini. tapi lalu jadi berpandangan waktu kami melihat staff restoran semuanya mendekati meja kami, dan pandangan semua orang tertuju pada mejaku, dan wajahku yang merah padam dan tersipu-sipu melihat piring dessert yang dihiasi whipped cream yang membentuk huruf 'Happy Birthday' dan ada satu batang lilin hijau menyala diatasnya. aku mendengar orang-orang menyanyi sampai selesai, dan masih dengan wajah nggak karuan aku meniup lilin. restoran yang penuh membahana oleh tepuk tangan. aku terlalu malu sampai nggak berani noleh liat orang-orang. tapi Azlina bilang, mereka semua bertepuk tangan. hihihi... thanks yaa...

anyway, the highlight of my birthday is this book. Heavier than Heaven; the Biography of Kurt Cobain. ah... kalo begini, aku mau deh ulang tahun tiap hari;)

Thursday, March 20, 2008

gelombang cinta

ide menanam sesuatu yang harganya bisa mencapai harga ratusan juta rupiah bisa terdengar menggelikan sekaligus keterlaluan. apalagi kalau yang ditanam bukan saham, atau modal asing, yang tampaknya memang bisa mencapai angka yang fantastis dalam waktu sekejap. yeah, ini masih tentang Anthurium. tanaman yang bentuknya biasa-biasa saja dan nggak berbunga, tapi bikin heboh dimana-mana karena harganya mahal nggak masuk akal, tapi kok ya anehnya banyak yang percaya, ngantri beli dan lalu mengoleksinya. beneran deh, kalo dibandingkan dengan Heliconia yang bunganya cantik dan bentuknya macam-macam dan 150 spesiesnya bisa mencerahkan dunia, rasanya Anthurium nggak sampe segitunya.

tapi dalam keadaan terjepit karena kamu lupa hari ulang tahun ayahmu, menawarkan membelikannya satu tanaman Jenmanii atau Jungle Buzz dengan dua daun mungil sebagai hadiah ulang tahun membuat kekhilafanmu dilupakan seketika. walaupun jauh dalam hatimu, kamu rada menyesal karena itu berarti membuat ayahmu terbenam dalam jurang kesesatan jebakan batman para pedagang tanaman hias.

dan waktu kamu menengok tanaman yang tersimpan rapat di loteng rumah, di sebelah tempat menjemur pakaian, dalam pot yang tersusun rapi, berpagar kawat untuk melindunginya dari tikus yang suka tiba-tiba datang dan memakan daunnya, yang kamu lihat yaa... tanaman biasa. dan ingatan bahwa tikus menyukainya membuatku percaya kalau daun-daun yang mengkilap ini rasanya pasti enak. bayangkan kalau ditumis dengan jamur kuping, daun kucai dan irisan tipis daging sapi berbumbu lada hitam. hmmm...

Wednesday, March 19, 2008

from Africa



menandak-nandak adalah suatu jenis gerakan yang dilakukan oleh gajah di sirkus, yaitu dengan mengangkat kedua kaki depan, lalu meloncat-loncat dengan dua kaki belakang, yang biasanya disusul dengan tepuk tangan membahana dari penonton.

beberapa hari yang lalu, gerakan menandak-nandak itu aku lakukan. di kantor.
penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah benda yang foto-fotonya kupajang disini. dua puluh lembar cetakan kartu yang gambarnya pemandangan cantik dari Afrika.











hadiah yang manis, dari teman yang baik hati.
terima kasih, Wesly!
*hugs*

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...