Monday, May 03, 2010

seri gadis metropolitan #3: keluarga baru

aku suka banget gambar ini.
gambar keluarga digital dari beberapa film kartun untuk majalah Vanity Fair inibetul-betul menggambarkan kumpulan orang-orang yang bergabung jadi keluarga di Nebu 2.0.
masing-masing mungkin di kampung halamannya punya keluarga besar sendiri, dengan tatanan dan aturan yang lain-lain juga. tapi di rumah ini, semua bergabung dan tiba-tiba lahirlah keluarga baru.
di kamar depan, ada Indra dan Lea yang jadi orangtua kos. kebetulan belum lama ini Bima, anak mereka yang pertama lahir. lucu, deh. baru ini aku lihat ada bayi yang anteng dan selalu gembira. senyum-senyum terus, ketawa-ketawa melulu. dari pagi sampe malem jarang nangis. sangat menyenangkan.
di kamarku aku sendiri.
sebetulnya ini bukan kamarku beneran. secara resmi, penghuninya adalah Weslie -paduka yang mulia. tapi karena dia sibuk menjadi pelatih cheerleader di sejumlah penangkaran gorilla di Afrika, maka kamarnya tak berpenghuni. masuklah aku bersama kasur baru, lemari baru, meja kayu yang diimpor dari kantor Mahén, gorden dari rumah Regency, plang gorden baru, dan kursi kerja yang kubeli sore-sore di Manggarai.
di depan kamar mandi yang berarti seberang kamarku ada kamar Deden.
sangat minimalis dan bau cowok banget. kalo kamar Lea kan bau bayi. aku suka mengendus-endus Bima karena ini.
di atas ada kamar Kang Deni.
waktu yang ada baru kasur dan tempat tidur, dia masih kalem aja liat kamarku. tapi begitu meja datang, Kang Deni mulai terpancing karena katanya "kok kamar ini jadi yang paling lengkap barangnya ya?"
sampai akhirnya waktu aku punya kursi, kang Deni yang mengingatkan kalau di Nebu tidak ada kursi sebelumnya. hihihi. bener juga, ya. kursi putih yang dipake setrika aja aku ikutan belinya.
nah, di sebelah ruang makan ada kamar buat Aa Dodi, Teteh dan Hendra. mereka keluarga kecil yang tinggal bersama kami dan membantu menyelenggarakan urusan kerumahtanggaan di rumah besar yang tiap hari sepi karena penghuninya pada sibuk sendiri-sendiri ini.
bersama mereka, aku mulai mengarungi hari-hari di Jakarta.

Sunday, May 02, 2010

seri gadis metropolitan #2: on my bed

PR nomer satu setiap kali pindah tempat tinggal adalah kasur. soalnya badan ini nggak bisa mentolerir lantai yang keras walaupun udah dikasih tikar. hasilnya bisa-bisa berupa masuk angin berkepanjangan. dan karena akhir-akhir ini aku udah menemukan jenis masuk angin baru yang lebih parah daripada biasanya, yaitu suatu keadaan dimana angin yang sudah masuk malah menolak keluar, bikin perut sakit melilit berkepanjangan sampai terjungkir-jungkir, maka lebih baik aku nggak masuk angin. dan nggak tidur di lantai. masalah lainnya, aku juga nggak bisa tidur di kasur busa atau spring bed yang kondisinya udah nggak prima lagi. misalnya yang udah melengkung, udah tipis, atau bentuknya udah berubah. suatu kali aku terbangun dengan rasa nyeri di pinggang sebelah kanan karena salah tidur di kasur semacam ini. selama dua hari, nyaris semua gerakku, mulai dari tertawa, jalan, duduk tegak, menoleh, sampai mengangkat kaki untuk membuka sepatu, terlebih yang jelas-jelas pake pinggang misalnya surya namaskar atau pole dancing, jadi hal-hal yang sulit dan mustahil dilakukan. sakitnya sampai ke ubun-ubun dan bikin gak bisa tidur! orang-orang yang melihat sampai mengira aku sedang babak belur setelah bertarung dengan pendekar dari perguruan lain. padahal, sumpah! sebabnya bukan itu! oya, sakit pinggang itu baru beres setelah pijet tiga kali bersama seorang balian mumpuni, dan akibatnya, isi dompetku berkurang kira-kira seharga kasur busa kualitas bagus setebal 14cm. makanya waktu mau mulai tinggal di Nebu, harus ngobrol panjang kali lebar sama Mahén buat membahas kasur sebelum akhirnya memutuskan mau beli apa. bahannya harus bagus, entah itu latex, busa atau kasur pegas. harganya harus terjangkau karena budget pas-pasan. harus mau ngatar ke rumah. karena... ya iyalah! siapa juga yang mau ngangkat-ngangkat kasur naik busway. Mahén berbaik hati pergi ke toko perabot untuk beli kasur itu, setelah Deden kasih nomernya. ya iyalah, kalo Deden nggak cepet-cepet bantuin, aku udah berjanji untuk mengkudeta kasurnya apabila sampai tangal 3 Mei aku belum dapat kasur. karena kasur latex walaupun sangat bagus harganya minta ampun, dan beda harga kasur busa sama kasur pegas sangat minim, jadi aku dibeliin kasur pegas aja. udah ada head board-nya, ada kakinya sedikit (sekitar 10cm) dan rata, tapi juga cukup empuk. walopun ukurannya ternyata kegedean. jelas lebih gede daripada kasurnya Van Gogh di Arles. hahah!

Saturday, May 01, 2010

seri gadis metropolitan #1: 31 hari ngeblog

bulan ini, ada dua hal yang penting untuk dicatat. pertama, terjadi perubahan alamat besar-besaran, karena aku sekarang sudah bukan lagi gadis kampung yang berdiam di desa Ubud yang permai. aku mulai merambah ibukota Jakarta, kota dengan segala julukan yang bikin miris dan rasa nggak enak hati, tapi tetap memikat jutaan orang untuk datang, mencari uang dan nggak pergi-pergi dari sini. ya, aku secara sadar mulai menjadi gadis metropolitan, penghuni belantara Jakarta yang gersang, pengap, kumuh, apek, dan disana-sini menghitam, seperti warna kali yang melintasi Istiqlal.
kedua, ada gerakan baru yang nggak terlalu jelas datangnya dari mana, tapi sepertinya ini ada hubungannya dengan posisi Rara yang menjadi Ketua Pesta Blogger 2010. dan karena aku mendukungnya, maka aku juga melibatkan diri dalam gerakan ngeblok setiap hari selama bulan Mei 2010 ini. semoga langkahku sepanjang bulan ini tidak tergelincir dan aku tetap istiqomah dalam menjalankan niatan suci ini. *kedip*
dengan ini, maka seri baru khusus ngeblog 31 hari aku luncurkan. namanya: seri gadis metropolitan. yang akan berisi potongan-potongan kisahku mengawali hidup sebagai salah satu dari beberapa belas orang penghuni Jakarta. oya, aku benar-benar penghuni Jakarta karena nggak jadi komuter ke Tangerang, Depok atau Bogor. aku tidur, bangun, bekerja-beraktivitas dan pulang-tidur di Jakarta.
akhir kata, kuucapkan selamat menikmati seri baru ini, semoga berkenan di hati Anda sekalian.
:D

Tuesday, March 23, 2010

is diamond forever?

entah berapa bayaran Frances Gerety saat dia mencetuskan kalimat yang mengguncangkan jagat raya dan kebenarannya diamini ratusan juta orang di seluruh penjuru dunia sampai hari ini: A Diamond Is Forever.
setiap tahun, sekitar 130 juta karat, atau sekitar 26 ton berlian ditambang, dipotong dan dipoles. dengan jumlah sebanyak itu, mestinya berlian memang bukan batu mulia yang paling langka atau yang paling mahal harganya.
adalah India, negara pertama yang memiliki catatan tertulis mengenai berlian. disebutkan bahwa batu ini adalah batu mulia yang indah dan mampu memotong benda-benda keras. dari India, berlian menyebar ke seluruh penjuru dunia, dan akhirnya sampai ke Eropa. di Asia Tenggara sendiri, berlian ditemukan di Kalimantan, dan sudah jadi salah satu komoditi perdagangan antar-pulau dan antar-kerajaan di sekitar Selat Malaka sejak abad 7 Masehi.
tapi selama berabad-abad, berlian sebetulnya bukan satu-satunya batu mulia, dan kedudukannya juga nggak penting-penting amat. maksudnya, baru di abad pertengahan mulai ada yang memakainya jadi mata cincin pertunangan. walopun memang, sudah mulai muncul mitos-mitos bahwa:
  • berlian yang dipasang di lengan kiri akan membuat seseorang memenangkan pertarungan di medan perang, gak peduli berapa banyak lawannya.
  • menyembuhkan orang yang sakit jiwa atau suka jalan sambil tidur.
sebenarnya baru pada abad ke-19, keributan soal berlian dimulai setelah penemuan berlian sebesar lebih dari 80 karat di Afrika Selatan. dari sanalah awalnya perusahaan bernama De Beers, yang didirikan oleh seorang saudagar Inggris, yang kemudian berhasil menguasai hampir seluruh tambang berlian yang ada di Afrika Selatan.
penemuan tambang berlian baru di Afrika Barat yang dikuasai Jerman, Perang Dunia I dan kenyataan bahwa jumlah temuan berlian jauh lebih banyak daripada permintaannya, membuat De Beers berusaha mencari strategi untuk meningkatkan penjualan berlian sekaligus mengontrol harga dan peredarannya di pasaran. bekerjasama dengan Sindikasi Berlian Inggris, ditetapkanlah harga jual berlian, harga beli kembali dalam jumlah tertentu. sejak itu, tidak ada surplus berlian di pasaran, yang dapat mengancam harganya jadi turun.
selain itu, dimulailah kampanye besar-besaran untuk menjadikan berlian sebagai batu wajib untuk merayakan ikatan cinta. cincin pertunangan bertatahkan berlian adalah perlambang paling suci untuk menyatakan niat sejati membawa hubungan antara dua insan menuju pelaminan. bahwa keabadian cinta setara dengan keabadian kilau berlian, yang karena ukurannya enam karat, bisa membuat setiap orang yang melihat terperangah, lalu buru-buru memakai kacamata hitam.
dan berhasil! seperti disihir, pesona iklan cincin berlian memikat hati para gadis, yang memimpikan pertunangan mereka disempurnakan kilau yang ditunjang oleh besar karatnya, kejernihannya, bentuk serta potongannya, warna batunya dan kualitasnya. jumlah taburan berlian, berbanding lurus dengan kedalaman perasaan seorang laki-laki. sebegitu dalam, sehingga ia bersedia menguras isi dompet untuk sebutir dua butir batu yang kata Ron White "will shut her up... for one minute!"
di Afrika, berlian sering digunakan sebagai alat pembayaran pembelian senjata dan peralatan perang, kayak yang di film Lord of War itu, loh! makanya ada sebutan blood diamond, untuk berlian yang berlumuran darah, karena darinya, konflik bersenjata dan para faksi yang bertikai bisa terus menghilangkan lebih banyak nyawa.
Wikipedia menyebutkan bahwa saat ini, setiap tahunnya, ada sekitar 100 ton berlian sintetis yang juga beredar di pasaran. yang sintetis ini kabarnya sama sekali tidak bisa dibedakan dari berlian asli yang ditambang dari dalam bumi. bahkan, para pengusaha tambang berlian sekarang sedang sibuk mencari cara membedakannya, selain hanya dengan sertifikat (yang tentu mudah saja dipalsukan).
tadi pagi waktu aku membahas ini semua dengan Naomi, tiba-tiba dari radio melantun lagu "Breakfast at Tiffany's"
jadi kesimpulannya, apakah berlian itu abadi?
ah, itu cuma trik dagang aja, kok.

Friday, March 12, 2010

sinar swiss

alkisah, di akhir abad ke-19, seorang Jawa menyasar sampai ke Swiss. syahdan, si orang Jawa ini senang memotret, sampai ketika anaknya lahir, besar dan kemudian mulai membuat kamera sendiri. kamera ini dirancang dan dibuat di Swiss, menggunakan teknologi terbaik Swiss-Jerman, yang membuat negara tersebut dikenal dengan barang-barang bermutu tinggi seperti jam tangan kelas satu. tapi jauh di dalam hatinya, meskipun telah tinggal, beranak pinak dan mengadopsi kebudayaan serta pola pikir Swiss, keluarga ini tetap menganggap Jawa sebagai tanah air dan tumpah darah mereka. karena itulah, kamera mahal nan hebat ini diberi nama: Sinar *interpretasi seenaknya dari info sejarah kamera Sinar dengan gambar yang diambil dari website dengan semena-mena. sambil rada iri sekaligus pengen sama kamera baru punyaan bos*

Thursday, February 18, 2010

730 days



we were strangers
starting out on a journey
never dreaming
what we'd have to go through
now here we are
and I'm suddenly standing
at the beginning with you

life is a road
and I want to keep going
love is a river
I wanna keep flowing
life is a road
now and forever
wonderful journey

I'll be there
when the world stops turning
I'll be there
when the storm is through
in the end I wanna be standing
at the beginning with you

-- At The Beginning, Anastasia Soundtrack.

Thursday, February 04, 2010

Japanese fusion jazz for beginners

berikut ini adalah ceritaku untuk mereka yang belum nonton Casiopea vs. The Square: Live dikarenakan DVD-nya memang susah dicari banget, dan kalau memaksa mendownload dari internet, besar filenya bikin terjengkang: 16 GB. judul di atas tentu saja karena aku yang pemula:)



Ada sekelompok orang Jepang yang suka main musik jazz. Dan tampaknya mereka sangat jago. Mereka juga orang-orang yang berbahagia. Sepanjang pertunjukan, senyum senantiasa mengembang di wajah mereka.
Karena ini dua band yang main bareng, tentu lagu-lagunya nggak hanya dari satu band aja. Kadang main lagunya The square, kadang main lagunya Casiopea. Karena aku nonton sama Mahén, dia yang kasih tau
"Ini lagu casiopea" atau
"Ini lagunya the square"

Aku sempat tanya
"Sebenernya nama band-nya T-Square apa The Square, sih?"
"Mula-mula namanya The Square, lalu ganti nama jadi T-Square, lalu abis itu balik lagi jadi The Square"
Yah, walopun ganti namanya sebenernya gak terlalu kreatif dan balik kesitu-situ lagi, gak nyeleneh kayak Prince misalnya, yang sempat ganti nama ke nama yang nggak bisa dilafalkan sehingga dia disebut the artist formerly known as Prince, tapi lagu-lagu yang dimainkan band ini terasa ceria, renyah, dan bikin kita pengen goyang-goyang sambil lompat-lompat. Kalo makanan, ibaratnya ini Bouillabaise. sup ikan a la Perancis yang rasanya ringan dan bikin lidah maupun perut terasa nyaman. Seolah-olah bikinnya gampang. Padahal rumit!

Salah satu pemain drumnya, yang kata Mahén bernama Akira Jimbo, tampak awet muda. Baik cari caranya berpakaian maupun dari penampilan wajahnya. Ada apa ya, dengan drummer?
Ingat 'kan, Betapa Larry Mullen Jr. juga tampak sekitar 30-an aja umurnya, sementara Bono menjelma semakin oom-oom.

Yang aku komentari juga adalah pemain piano-nya. Nggak kebayang dengan wajah serius yang cuma cocok dipasang di resital musik klasik begitu, dia sebenernya nggak hanya membaca partitur berlembar-lembar di hadapannya, tapi juga sambil improvisasi. Oh, tunggu dulu sebentar, kenapa dari tadi dia hanya memainkan tuts hitam dan jarang-jarang menyentuh tuts putih di pianonya?
Hmmmm...

Aku suka sama ekspresi wajah pemain gitar yang rambutnya udah putih semua tapi masih tampak enerjik itu. Iya, para pemain band ini tampak enerjik mungkin juga karena kostumnya yang mencolok mata dan kadang-kadang agak sulit ditentukan, apakah itu kostum joging subuh-subuh di lapangan ato kostum konser. Apalagi gayanya saat main gitar hentak-hentak kaki seperti gerakan senam pagi indonesia seri jaman waktu aku SD dulu.
Tampaknya gaya itu cukup populer di kalangan penggemar Casiopea dan The Square. Soalnya, seisi ruangan konser (kayaknya seisi ruangan) ikut hentak-hentak kaki dan sesekali mengepalkan tangan di udara. Mungkin dulu sebelum sukses jadi pemain gitar, orang ini sering demo di jalan juga.

Ohiya, aku hampir lupa bilang kalo si peniup saxophone di band ini lebih mirip guru olahraga daripada musisi. Abis penampilannya sporty. Kalau dia pake ikat kepala, dia udah bisa mendampingi Gadis Marathon.

Salah satu lagu yang aku ingat dimainkan adalah Asayake.
Lagu yang pernah dimainkan Pak Bos bersama band-nya di sekolah. yang (katanya) bikin Bu Bos jadi balik naksir ke Pak Bos juga. hihihi.

udah, ah. capek ngetiknya.
aku kasih aja bonus collage foto-foto dari website-nya Casiopea, yak?!



Saturday, January 30, 2010

Maafkan Rambo, Mama




salah satu topik favorit Mahén kalo lagi ngumpul dan cerita-cerita adalah tulisan dan gambar di belakang bak truk (dan kadang-kadang mobil boks). kalo aku perhatikan, di jalan-jalan antar-kota, sering banget keliatan truk dengan berbagai macam gambar dan tulisan. biasanya serba ajaib!

di Bali, yang patut diceritakan justru truk pengangkut sampah, karena dicat kuning, lalu digambari dengan luar biasa cantik. udah kayak lukisan bunga-bunga di taman aja itu truk. ada gambar kembang sepatu, alamanda, mawar, melati, kamboja, lengkap dedaunan dan sulur-sulurannya.

kemaren dulu waktu aku dalam perjalanan dari Pacitan ke Jogja, sepanjang jalan sempat juga menemui truk-truk berbagai macam tulisan dan warna di pasar hewan di daerah Pracimantoro. aku senyum-senyum sendiri baca tulisan yang terpampang di situ.

mulai dari: Gemblung ora Kenthir (bodoh [tapi] tidak gila), Bukan Sopir Suka Selingkuh, Rilex, Coy! sampai Brewox Macho, semua tertulis dalam bak-bak truk itu.

dipikir-pikir, dari mana ya, para copywriter tulisan di bak truk bisa dapat ide untuk kalimat-kalimat cemerlang yang mencengangkan ini? abisnya, tulisan mereka selalu beda, lain dari yang lain dan tak jarang memulai tren baru. setidaknya buat beberapa orang yang memperhatikan. suatu saat di jalanan Surabaya, aku lihat satu mobil boks perusahaan transportasi yang tulisannya: Maju Tak Gentar. Jauh Dekat Tetap Diantar. siapa yang bisa lupa sama kalimat kayak gitu coba?

dalam salah satu percakapan di Kampung Gajah, sempat timbul kesimpulan penting yang dicetuskan Ivo: pasti ada sesuatu antara tukang lukis bak truk dengan Rambo.

hihihi.
abisnya kalo diperhatikan, banyak sekali gambar Rambo berseliweran di belakang bak truk. model gambar kayak yang aku pasang (hasil ngembat dari emailnya Vicong) dalam postingan ini pasti gak asing lagi toh?
tapi apa ada diantara kalian yang --seperti Vicong-- pernah ngeliat bak truk yang tulisannya: Maafkan Rambo Mama.
benar-benar kalimat yang bisa bikin orang terpental.

selain Rambo, yang juga populer adalah Iwan Fals, Cobra Stallone, Rhoma Irama dan gambar perempuan berbaju pink yang wajah dan body sekedarnya, tapi payudaranya pasti menonjol atau kadang meluber kemana-mana karena belahan dada yang rendah.

topik lain yang sering muncul dalam tulisan di bak truk adalah soal keselamatan mengemudi. misalnya: Putus Cinta Itu Biasa. Putus Rem Matilah Kita.
atau topik-topik seputar percintaan, kadang-kadang agak menjurus, atau bisa dianggap membelok ke arah sana, misalnya: Papah Pulang, Mamah Basah. nggak jelas juga yang basah apaan. lalu ada juga: Lupa Namanya, Ingat Rasanya. New Will She Late (yang ini aku nggak perlu menjelaskan), atau hal-hal yang berhubungan dengan janda, seperti: Kutunggu Jandamu, yang jadi ngetop sejak bertahun-tahun lalu, atau Rayuan Maut Janda Muda (entah mana yang duluan antara bak truk atau filmnya)

kalau ada kalimat-kalimat lain yang lebih oke, boleh lho dibagi-bagi di mari!
sekalian kalo ada yang tau tukang nulis dan ngelukis di bak truk, barangkali bisa dibagi nomor kontaknya. ada isi dua milis di sebelah yang pengen kenalan.
:D

Friday, January 29, 2010

film indonesia dan sepotong kumis



tanggal 27 januari 2010 ditandai dengan munculnya sederetan plesetan judul-judul film horror dengan cara menyelipkan nama tokoh tertentu atau mengaitkannya dengan isu yang sedang hangat beredar, yaitu mengenai kasus pembobolan ATM di BCA, BNI, dan Permata oleh oknum-oknum yang perlu dimaki-maki dan dihukum berat.

beberapa diantara judul itu amatlah brilian. tapi ada satu judul yang terutama jadi favoritku, yaitu: Beranak dalam ATM.
*ngakak*

sesampai di kampung gajah, ternyata sedang terjadi juga demam yang sama. namun kali ini menimpa kata kumis. tiba-tiba saja, semua judul film jadi pantas dikumiskan.

sepanjang siang, aku sibuk ngakak-ngakak setiap kali ada postingan judul baru. dan ketika malam tiba, situasi ternyata lebih memanas dan menggila, karena judul-judul yang dikirimkan sangatlah dahsyatnya.
berikut adalah daftar judul-judul film yang telah dikumiskan, yang menurutku paling menarik. daftar ditulis berdasarkan genre film.

Film Horror
1. Tali Kumis Perawan
2. Kumis Keramas
3. Siluman Kumis Putih
4. Jerat Santet Kumis Muda

Film Komedi
1. Maju Kumis Mundur Kumis
2. Atas Kumis Bawah Kumis
3. Makin Kumis Makin Asyik
4. Kumis Minta Kawin
5. Saya Suka Kumis Punya
6. Kumis-kumis Bergincu
7. Aduh, Kumisnya!

Film Laga
1. Pengkhianatan Kumis PKI
2. Kumis Beratjoen
3. Kumis Membara
4. Jaka Sembung Menumpas Kumis Maksiat

Film Romantis
1. Masih Ada Kumis Yang Lewat
2. Kumis Ingin Pulang
3. Cinta Dalam Sepotong Kumis
4. Kejarlah Kumis Kau Kutangkap!
5. Satu Kumis Sejuta Rasa
6. Kumisku di Kampus Biru

Film Drama
1. Ratapan Kumis Tiri
2. Kumis di Atas Bantal

Film Syur
1. Akibat Guna-guna Kumis Muda
2. Jangan Renggut Kumisku
3. Birahi Kumis Halus
4. Jeritan Kumis Madu
5. Pesona Kumis Simpanan
6. Terjebak Kumis Erotis
7. Getaran Kumis
8. Gadis Diatas Kumis

ditambah dengan peribahasa menarik:
Sepandai-pandai tupai bercukur, akhirnya akan kumisan juga.

etapi ngomong-ngomong, judul film Indonesia memang menakjubkan, yah?
ROFL.

PS. foto kumis diambil dari flickr

Thursday, January 07, 2010

telepon siluman



dia hanya tertawa waktu dengan geram aku bercerita soal telepon-telepon misterius yang sering aku terima akhir-akhir ini. telepon yang tak beridentitas karena yang bersangkutan dengan pengecut menyamarkan nomornya jadi 'private no.'

"kemarin dulu pembantunya ibu Jane hamil. dan waktu ditanya, jawabnya 'saya nggak tau, saya cuma sms-an sama cowok ini' lucu sekali" mau nggak mau aku ikutan ngakak denger ceritanya.

klasik. dalam berbagai versi cerita yang pernah aku dengar, semua bermula ketika ada yang telepon, entah memang asal aja, atau karena kebetulan salah sambung. ketika diangkat, dan dikasih tau salah sambung, malah terus ngajak kenalan. abis itu sering teleponan dan sms-an. terus memutuskan ketemuan.

setelah ketemuan, bisa berlanjut sms-an dan teleponannya, bahkan sampai hamil seperti dalam kasus pembantu ibu Jane, atau kemudian tak berlanjut karena target dirasa kurang mantap atau prospektif.

buat aku, hal seperti ini absurd.
salah sambung ya, salah sambung. ngajak kenalan orang yang sama sekali nggak ketahuan siapa dan nggak ada perlunya itu konyol. lewat manapun caranya, baik telepon, hp, chatting atau social networking, cara-cara seperti ini buatku sama sekali nggak bisa diterima. sombong? bukan itu soalnya. tapi karena terlalu aneh.

aneh?
iya. bayangkan situasinya begini.
hpku berdering dari nomor yang tidak kukenal, atau bahkan private number, keterangan di layar hp yang biasanya muncul kalau kita mendapat telepon dari luar negeri. begitu aku angkat, aku bilang

"selamat siang"
"selamat siang, ini siapa ya?"
ini satu jenis keanehan. kalo memang nggak tau ini nomor telepon siapa, kok ya masih juga ditelepon? udah bisa ngeliat keanehannya?

versi keduanya adalah, aku menjawab lagi-lagi dengan
"selamat siang"
"halo, bisa bicara dengan sianu?"
"ini bukan nomor telepon sianu, salah sambung"
"lalu ini siapa?"
"ini ina"
"um... boleh kenalan?"
oh, tentu saja jawabnya nggak boleh. orang yang pikirannya normal, kalo dia salah sambung, dia akan segera minta maaf dan menutup telepon. karena salah sambung hanya membuang waktunya dan waktu orang yang ditelepon.

apa itu berarti aku nggak pernah bicara dengan orang asing?
nah, itu juga asumsi yang salah. setiap hari dalam pekerjaanku, aku bicara dengan orang asing. nggak hanya bicara lewat telepon, aku juga bicara dengan orang asing secara langsung, bahkan kadang aku juga harus mengundang mereka makan. beberapa diantara mereka yang jadi teman-temanku sekarang adalah orang yang aku temui secara tak sengaja.

bedanya, saat aku bicara dengan orang-orang ini, aku atau mereka tidak memulai percakapan dengan kalimat basi seperti boleh kenalan?
kami memulai percakapan karena memang ada sesuatu yang pantas dibicarakan. aku bicara dengan orang asing atas berbagai alasan. mulai dari yang serius seperti orang-orang yang datang ke galeriku karena mereka tertarik pada seni dan budaya Indonesia, karena mereka perlu rekomendasi tempat penjualan kerajinan atau barang antik, tanya rekomendasi restoran dan hal-hal yang pantas dicoba dan dikunjungi di Bali, atau karena alasan sepele seperti tersesat lalu mau tanya jalan, dan pinjem toilet.

salah satu ceritanya, misalnya, dialami sutradara film dokumenter asal Singapura yang suatu hari masuk ke dalam galeri tempatku bekerja, tanpa niatan apa-apa. dia melihat-lihat lukisan, lalu bertanya maksud judul yang tertulis dalam bahasa Indonesia, sampai kemudian, dengan ragu-ragu dia bercerita bahwa dia sedang mencari perempuan pendatang dari negeri lain yang menikah dengan laki-laki Bali dan bersedia diwawancarai untuk filmnya. dia kemudian bertanya, apa aku tau pasangan-pasangan yang seperti ini di Ubud?

saat aku memberi beberapa rekomendasi tempat yang dimiliki pasangan seperti ini, seketika itu juga kami mulai jadi teman.
ia tak perlu mengajukan pertanyaan tolol; boleh kenalan?

makanya aku kesal sekali sama pengecut yang selama berminggu-minggu bolak-balik meneleponku dengan menyembunyikan nomor teleponnya, membuatku nggak bisa ngeblok nomernya biar gak usah muncul aja walopun dia nelepon sampe bego. beneran, deh. aku nggak ada waktu buat ngurusin hal konyol kayak gini.

tapi aku rasa, sudah tiba saatnya merancang pembalasan.
selama hampir dua minggu terakhir aku mulai menyulam lagi, melatih keterampilan menjahit dan mengelola jarum yang selama ini sudah mulai berkarat. rencananya sih, orang-orang iseng yang ngotot gangguin aku mau aku voodoo aja pake jarum sulam.

ada yang bisa bikinin bonekanya?
:p

Wednesday, December 23, 2009

prita, pengadilan dan drama

ada yang salah dengan proporsi dalam ruang sidang yang kecil ini. lebih sempit daripada ruang sidang lainnya, namun dengan perabot dan perlengkapan yang sama besarnya dengan ruangan yang empat kali lipat lebih besar.

tiang bendera dengan bendera yang kebesaran, hingga menjuntai sekitar 10cm saja dari lantai. tidakkah para pegawai Pengadilan Negeri Denpasar mengetahui tata cara perlakuan Bendera Nasional?

kursi hakim yang seperti dijejalkan paksa dalam ruangan sempit ini, beserta mejanya yang jelas-jelas salah ukuran, atau barangkali ini efek yang disengaja? aku merasa ruangan itu menyusutkan ukuran badanku, membuatku merasa senasib dengan Stuart Little, atau anak-anak yang disusutkan secara tak sengaja oleh ayah mereka. jika disengaja, mereka berhasil. aku merasa tercekam sekaligus menyusut, karena hal-hal yang menjulang sekaligus menyesakkan.

keanehan lain yang aku lihat, dinding yang kosong tanpa foto pasangan presiden dan wakil presiden. tapi... di dinding sebelah kiriku, tampak gambar hakim dalam lukisan gaya Cina. apakah itu Judge Bao?

sepanjang sidang, ketegangan meruap dari tubuh terdakwa yang duduk kaku tak jauh dariku. apakah semua sidang mencekam seperti ini? apakah sidang Prita juga?

pengalaman pertamaku terlibat dalam sebuah sidang pengadilan ternyata jauh berbeda dengan adegan dalam serial seperti Boston Legal atau Ally McBeal. juga tak sama dengan penggambaran dalam Find Me Guilty atau Ghosts of Mississippi. sepanjang sidang, aku terheran-heran, mengapa jaksa yang sudah mengetahui kalau ada saksi dan terdakwa yang tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia, justru membaca dakwaannya dengan menabrak semua tanda baca, tanpa intonasi, dengan volume suara yang rendah, tapi ngebut habis-habisan sehingga dua pertiga dari yang dikatakannya seperti hilang terserap udara, nggak pernah sampai ke telinga orang-orang yang harus mendengarnya.

kesimpulanku setelah hari itu adalah sidang pengadilan lebih seperti rekaan drama dalam sinetron, tetapi dengan pemeran yang tanpa kemampuan akting. bahkan akting membelalakkan mata dengan ekspresi dramatis pun tak mereka miliki.

dan kisah bagaimana sesorang bisa sampai ke ruang pengadilan, adalah kisah yang berwarna-warni. sebagian diantara mereka, memang melakukan suatu kejahatan, entah direncanakan, entah karena kalap. sebagian lagi karena sengaja ingin ditangkap, supaya bisa merasakan keteraturan di dalam penjara, sebab kehidupan dunia luar menyisakan sangat sedikit peluang untuk dia yang tak tahu apa yang hendak dilakukannya. seperti tokoh dalam novel John Steinbeck: The Grapes of Wrath. sebagian lagi, karena nasib sial, seperti yang dialami Prita Mulyasari.

berapa banyak diantara kita yang pernah mengeluh, lewat email pada teman, status facebook, twitter, plurk atau tulisan di blog. berapa banyak juga diantara kita yang melakukan itu dari mulut ke mulut, bercerita pada siapapun yang mau mendengarkan, mengenai pengalaman buruk yang kita alami saat berhubungan dengan lembaga layanan publik, supaya orang lain hati-hati, atau malah sekalian menghindarinya.

adalah hal yang biasa kalau misalnya; aku menceritakan kekesalan karena tidak boleh meminjam toilet karyawan di Circle K depan Pantai Kuta, sementara toilet mereka yang diluar sedang rusak (dan sangat kotor), padahal aku dan teman-temanku sudah menghabiskan sekitar Rp 150,000 sebelum berniat meminjam toilet mereka. menurutku itu namanya pelit! dan kelewatan. yang membaca paragraf ini pasti paham kenapa aku kesal.

juga hal yang biasa kalau aku bersungut-sungut saat keluar dari kantor Bank Bumiputera cabang Denpasar, karena teller yang aku tanyai "kenapa di layar ATM tertulis: 'Anda sudah melewati batas transfer/penarikan dana hari ini' padahal saya cuma transfer Rp 200,000?" menjawabku dengan ketus "saldonya nggak cukup, mungkin" tanpa mengangkat muka, tetap sibuk menghitung uang, dengan wajah jutek. meh.

atau, orang juga bisa mengerti kenapa aku ngomel-ngomel waktu denger pemberitahuan PLN, karena rencana pemadaman bergilir yang harusnya beres akhir tahun ini, masih diperpanjang lagi beberapa bulan ke depan. bah. tagihan gak boleh bayar telat, tapi kerja perusahaan negara yang memonopoli pasokan energi listrik ini asal-asalan. semua orang yang pintar (baik yang minum tolakangin atau bukan) tahu kalau setiap mesin ada jangka pemakaiannya, maka acara perawatan alias maintenance bisa dijadwalkan. lalu, apakah nggak cukup masuk akal buat para pemimpin PLN untuk, misalnya, punya cadangan pembangkit yang bisa dioperasikan selama masa maintenance? kesannya kok kayak pasang TV di kecamatan. karena TV sedang rusak, acara nonton bareng di kantor kecamatan ditiadakan untuk sementara. bisa-bisanya punya logika dangkal seperti ini, saat berhubungan dengan jutaan pelanggan.



dan ketika keluhan semacam ini ditanggapi berlebihan, orang-orang yang pernah mengalami rasa kesal dan kecewa akibat pelayanan yang kurang profesional, mereka menumpahkan kekesalan dan kekecewaan itu dengan berupaya membebaskan Prita, dari putusan hukum yang telah dibuat sedemikian rupa, dengan cara apapun. termasuk mengumpulkan uang receh, karena keadilan telah direcehkan.

maka selama lebih kurang dua minggu itu, dengan penuh rasa haru aku mengamati berita di surat kabar, di televisi, email-email dalam mailing list dan komentar di beberapa situs, status twitter, plurk dan facebook yang berisi ajakan untuk mengumpulkan koin, bagaimana membawanya dari seluruh Indonesia dan berbagai negara ke pusat pengumpulan di Jalan Langsat, sampai saat penghitungannya. tajuk dan artikel di surat kabar mencatat komentar orang-orang, dari beragam profesi dan usia, yang menyisihkan waktu dan energinya untuk membawa koin, update juga terus bermunculan di situs koinkeadilan. koin-koin itu datang dalam celengan, ransel, buntelan serbet, amplop, kantong kain, karung beras, naik motor, naik mobil, berjalan kaki, didatangkan dengan truk, lalu TIKI JNE juga membebaskan biaya pengiriman koin-koin itu dari berbagai kota di Indonesia ke Jakarta. sebagian dari koin-koin itu telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. gerakan ini adalah alasan yang tepat untuk menggunakannya. sebagian besar mereka yang menyumbang menolak menulis nama, atau mengambil tanda terima.

kisah ini sampai pada bagian yang membuatnya pantas difilmkan, dengan adegan dramatis seperti dalam Lean on Me, atau Milk. tentu sutradaranya Gus van Sant, Mike Nichols atau Francis Coppola.

dan di manapun wadah pengumpulan koin itu diletakkan, meskipun terbuka, tak seorang pun berniat untuk mengambil isinya. mereka, yang mengumpulkan koin itu, memahami sakitnya ketidakberdayaan. dan Rp 204,000,000 itu, mereka kumpulkan karena tak mau Prita sendirian menanggungnya.

saat aku menulis ini, jumlah koin itu telah mencapai lebih dari Rp 800,000,000.
lalu ketika uangnya terkumpul, terbetik kabar RS. Omni Internasional mencabut gugatannya. apakah ini akhirnya, Prita? atau apakah ini sekedar ketakutan sementara karena uang receh yang berton-ton beratnya itu sedianya (menurut gosip) akan dilemparkan ke arah mereka-mereka dengan cara seperti melempar jumrah?

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...