"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Friday, March 12, 2010
sinar swiss
alkisah, di akhir abad ke-19, seorang Jawa menyasar sampai ke Swiss. syahdan, si orang Jawa ini senang memotret, sampai ketika anaknya lahir, besar dan kemudian mulai membuat kamera sendiri.
kamera ini dirancang dan dibuat di Swiss, menggunakan teknologi terbaik Swiss-Jerman, yang membuat negara tersebut dikenal dengan barang-barang bermutu tinggi seperti jam tangan kelas satu.
tapi jauh di dalam hatinya, meskipun telah tinggal, beranak pinak dan mengadopsi kebudayaan serta pola pikir Swiss, keluarga ini tetap menganggap Jawa sebagai tanah air dan tumpah darah mereka. karena itulah, kamera mahal nan hebat ini diberi nama: Sinar
*interpretasi seenaknya dari info sejarah kamera Sinar dengan gambar yang diambil dari website dengan semena-mena. sambil rada iri sekaligus pengen sama kamera baru punyaan bos*
Thursday, February 18, 2010
730 days
we were strangers
starting out on a journey
never dreaming
what we'd have to go through
now here we are
and I'm suddenly standing
at the beginning with you
life is a road
and I want to keep going
love is a river
I wanna keep flowing
life is a road
now and forever
wonderful journey
I'll be there
when the world stops turning
I'll be there
when the storm is through
in the end I wanna be standing
at the beginning with you
-- At The Beginning, Anastasia Soundtrack.
starting out on a journey
never dreaming
what we'd have to go through
now here we are
and I'm suddenly standing
at the beginning with you
life is a road
and I want to keep going
love is a river
I wanna keep flowing
life is a road
now and forever
wonderful journey
I'll be there
when the world stops turning
I'll be there
when the storm is through
in the end I wanna be standing
at the beginning with you
-- At The Beginning, Anastasia Soundtrack.
Thursday, February 04, 2010
Japanese fusion jazz for beginners
berikut ini adalah ceritaku untuk mereka yang belum nonton Casiopea vs. The Square: Live dikarenakan DVD-nya memang susah dicari banget, dan kalau memaksa mendownload dari internet, besar filenya bikin terjengkang: 16 GB. judul di atas tentu saja karena aku yang pemula:)
Ada sekelompok orang Jepang yang suka main musik jazz. Dan tampaknya mereka sangat jago. Mereka juga orang-orang yang berbahagia. Sepanjang pertunjukan, senyum senantiasa mengembang di wajah mereka.
Karena ini dua band yang main bareng, tentu lagu-lagunya nggak hanya dari satu band aja. Kadang main lagunya The square, kadang main lagunya Casiopea. Karena aku nonton sama Mahén, dia yang kasih tau
"Ini lagu casiopea" atau
"Ini lagunya the square"
Aku sempat tanya
"Sebenernya nama band-nya T-Square apa The Square, sih?"
"Mula-mula namanya The Square, lalu ganti nama jadi T-Square, lalu abis itu balik lagi jadi The Square"
Yah, walopun ganti namanya sebenernya gak terlalu kreatif dan balik kesitu-situ lagi, gak nyeleneh kayak Prince misalnya, yang sempat ganti nama ke nama yang nggak bisa dilafalkan sehingga dia disebut the artist formerly known as Prince, tapi lagu-lagu yang dimainkan band ini terasa ceria, renyah, dan bikin kita pengen goyang-goyang sambil lompat-lompat. Kalo makanan, ibaratnya ini Bouillabaise. sup ikan a la Perancis yang rasanya ringan dan bikin lidah maupun perut terasa nyaman. Seolah-olah bikinnya gampang. Padahal rumit!
Salah satu pemain drumnya, yang kata Mahén bernama Akira Jimbo, tampak awet muda. Baik cari caranya berpakaian maupun dari penampilan wajahnya. Ada apa ya, dengan drummer?
Ingat 'kan, Betapa Larry Mullen Jr. juga tampak sekitar 30-an aja umurnya, sementara Bono menjelma semakin oom-oom.
Yang aku komentari juga adalah pemain piano-nya. Nggak kebayang dengan wajah serius yang cuma cocok dipasang di resital musik klasik begitu, dia sebenernya nggak hanya membaca partitur berlembar-lembar di hadapannya, tapi juga sambil improvisasi. Oh, tunggu dulu sebentar, kenapa dari tadi dia hanya memainkan tuts hitam dan jarang-jarang menyentuh tuts putih di pianonya?
Hmmmm...
Aku suka sama ekspresi wajah pemain gitar yang rambutnya udah putih semua tapi masih tampak enerjik itu. Iya, para pemain band ini tampak enerjik mungkin juga karena kostumnya yang mencolok mata dan kadang-kadang agak sulit ditentukan, apakah itu kostum joging subuh-subuh di lapangan ato kostum konser. Apalagi gayanya saat main gitar hentak-hentak kaki seperti gerakan senam pagi indonesia seri jaman waktu aku SD dulu.
Tampaknya gaya itu cukup populer di kalangan penggemar Casiopea dan The Square. Soalnya, seisi ruangan konser (kayaknya seisi ruangan) ikut hentak-hentak kaki dan sesekali mengepalkan tangan di udara. Mungkin dulu sebelum sukses jadi pemain gitar, orang ini sering demo di jalan juga.
Ohiya, aku hampir lupa bilang kalo si peniup saxophone di band ini lebih mirip guru olahraga daripada musisi. Abis penampilannya sporty. Kalau dia pake ikat kepala, dia udah bisa mendampingi Gadis Marathon.
Salah satu lagu yang aku ingat dimainkan adalah Asayake.
Lagu yang pernah dimainkan Pak Bos bersama band-nya di sekolah. yang (katanya) bikin Bu Bos jadi balik naksir ke Pak Bos juga. hihihi.
udah, ah. capek ngetiknya.
aku kasih aja bonus collage foto-foto dari website-nya Casiopea, yak?!
Ada sekelompok orang Jepang yang suka main musik jazz. Dan tampaknya mereka sangat jago. Mereka juga orang-orang yang berbahagia. Sepanjang pertunjukan, senyum senantiasa mengembang di wajah mereka.
Karena ini dua band yang main bareng, tentu lagu-lagunya nggak hanya dari satu band aja. Kadang main lagunya The square, kadang main lagunya Casiopea. Karena aku nonton sama Mahén, dia yang kasih tau
"Ini lagu casiopea" atau
"Ini lagunya the square"
Aku sempat tanya
"Sebenernya nama band-nya T-Square apa The Square, sih?"
"Mula-mula namanya The Square, lalu ganti nama jadi T-Square, lalu abis itu balik lagi jadi The Square"
Yah, walopun ganti namanya sebenernya gak terlalu kreatif dan balik kesitu-situ lagi, gak nyeleneh kayak Prince misalnya, yang sempat ganti nama ke nama yang nggak bisa dilafalkan sehingga dia disebut the artist formerly known as Prince, tapi lagu-lagu yang dimainkan band ini terasa ceria, renyah, dan bikin kita pengen goyang-goyang sambil lompat-lompat. Kalo makanan, ibaratnya ini Bouillabaise. sup ikan a la Perancis yang rasanya ringan dan bikin lidah maupun perut terasa nyaman. Seolah-olah bikinnya gampang. Padahal rumit!
Salah satu pemain drumnya, yang kata Mahén bernama Akira Jimbo, tampak awet muda. Baik cari caranya berpakaian maupun dari penampilan wajahnya. Ada apa ya, dengan drummer?
Ingat 'kan, Betapa Larry Mullen Jr. juga tampak sekitar 30-an aja umurnya, sementara Bono menjelma semakin oom-oom.
Yang aku komentari juga adalah pemain piano-nya. Nggak kebayang dengan wajah serius yang cuma cocok dipasang di resital musik klasik begitu, dia sebenernya nggak hanya membaca partitur berlembar-lembar di hadapannya, tapi juga sambil improvisasi. Oh, tunggu dulu sebentar, kenapa dari tadi dia hanya memainkan tuts hitam dan jarang-jarang menyentuh tuts putih di pianonya?
Hmmmm...
Aku suka sama ekspresi wajah pemain gitar yang rambutnya udah putih semua tapi masih tampak enerjik itu. Iya, para pemain band ini tampak enerjik mungkin juga karena kostumnya yang mencolok mata dan kadang-kadang agak sulit ditentukan, apakah itu kostum joging subuh-subuh di lapangan ato kostum konser. Apalagi gayanya saat main gitar hentak-hentak kaki seperti gerakan senam pagi indonesia seri jaman waktu aku SD dulu.
Tampaknya gaya itu cukup populer di kalangan penggemar Casiopea dan The Square. Soalnya, seisi ruangan konser (kayaknya seisi ruangan) ikut hentak-hentak kaki dan sesekali mengepalkan tangan di udara. Mungkin dulu sebelum sukses jadi pemain gitar, orang ini sering demo di jalan juga.
Ohiya, aku hampir lupa bilang kalo si peniup saxophone di band ini lebih mirip guru olahraga daripada musisi. Abis penampilannya sporty. Kalau dia pake ikat kepala, dia udah bisa mendampingi Gadis Marathon.
Salah satu lagu yang aku ingat dimainkan adalah Asayake.
Lagu yang pernah dimainkan Pak Bos bersama band-nya di sekolah. yang (katanya) bikin Bu Bos jadi balik naksir ke Pak Bos juga. hihihi.
udah, ah. capek ngetiknya.
aku kasih aja bonus collage foto-foto dari website-nya Casiopea, yak?!
Saturday, January 30, 2010
Maafkan Rambo, Mama
salah satu topik favorit Mahén kalo lagi ngumpul dan cerita-cerita adalah tulisan dan gambar di belakang bak truk (dan kadang-kadang mobil boks). kalo aku perhatikan, di jalan-jalan antar-kota, sering banget keliatan truk dengan berbagai macam gambar dan tulisan. biasanya serba ajaib!
di Bali, yang patut diceritakan justru truk pengangkut sampah, karena dicat kuning, lalu digambari dengan luar biasa cantik. udah kayak lukisan bunga-bunga di taman aja itu truk. ada gambar kembang sepatu, alamanda, mawar, melati, kamboja, lengkap dedaunan dan sulur-sulurannya.
kemaren dulu waktu aku dalam perjalanan dari Pacitan ke Jogja, sepanjang jalan sempat juga menemui truk-truk berbagai macam tulisan dan warna di pasar hewan di daerah Pracimantoro. aku senyum-senyum sendiri baca tulisan yang terpampang di situ.
mulai dari: Gemblung ora Kenthir (bodoh [tapi] tidak gila), Bukan Sopir Suka Selingkuh, Rilex, Coy! sampai Brewox Macho, semua tertulis dalam bak-bak truk itu.
dipikir-pikir, dari mana ya, para copywriter tulisan di bak truk bisa dapat ide untuk kalimat-kalimat cemerlang yang mencengangkan ini? abisnya, tulisan mereka selalu beda, lain dari yang lain dan tak jarang memulai tren baru. setidaknya buat beberapa orang yang memperhatikan. suatu saat di jalanan Surabaya, aku lihat satu mobil boks perusahaan transportasi yang tulisannya: Maju Tak Gentar. Jauh Dekat Tetap Diantar. siapa yang bisa lupa sama kalimat kayak gitu coba?
dalam salah satu percakapan di Kampung Gajah, sempat timbul kesimpulan penting yang dicetuskan Ivo: pasti ada sesuatu antara tukang lukis bak truk dengan Rambo.
hihihi.
abisnya kalo diperhatikan, banyak sekali gambar Rambo berseliweran di belakang bak truk. model gambar kayak yang aku pasang (hasil ngembat dari emailnya Vicong) dalam postingan ini pasti gak asing lagi toh?
tapi apa ada diantara kalian yang --seperti Vicong-- pernah ngeliat bak truk yang tulisannya: Maafkan Rambo Mama.
benar-benar kalimat yang bisa bikin orang terpental.
selain Rambo, yang juga populer adalah Iwan Fals, Cobra Stallone, Rhoma Irama dan gambar perempuan berbaju pink yang wajah dan body sekedarnya, tapi payudaranya pasti menonjol atau kadang meluber kemana-mana karena belahan dada yang rendah.
topik lain yang sering muncul dalam tulisan di bak truk adalah soal keselamatan mengemudi. misalnya: Putus Cinta Itu Biasa. Putus Rem Matilah Kita.
atau topik-topik seputar percintaan, kadang-kadang agak menjurus, atau bisa dianggap membelok ke arah sana, misalnya: Papah Pulang, Mamah Basah. nggak jelas juga yang basah apaan. lalu ada juga: Lupa Namanya, Ingat Rasanya. New Will She Late (yang ini aku nggak perlu menjelaskan), atau hal-hal yang berhubungan dengan janda, seperti: Kutunggu Jandamu, yang jadi ngetop sejak bertahun-tahun lalu, atau Rayuan Maut Janda Muda (entah mana yang duluan antara bak truk atau filmnya)
kalau ada kalimat-kalimat lain yang lebih oke, boleh lho dibagi-bagi di mari!
sekalian kalo ada yang tau tukang nulis dan ngelukis di bak truk, barangkali bisa dibagi nomor kontaknya. ada isi dua milis di sebelah yang pengen kenalan.
:D
Friday, January 29, 2010
film indonesia dan sepotong kumis
tanggal 27 januari 2010 ditandai dengan munculnya sederetan plesetan judul-judul film horror dengan cara menyelipkan nama tokoh tertentu atau mengaitkannya dengan isu yang sedang hangat beredar, yaitu mengenai kasus pembobolan ATM di BCA, BNI, dan Permata oleh oknum-oknum yang perlu dimaki-maki dan dihukum berat.
beberapa diantara judul itu amatlah brilian. tapi ada satu judul yang terutama jadi favoritku, yaitu: Beranak dalam ATM.
*ngakak*
sesampai di kampung gajah, ternyata sedang terjadi juga demam yang sama. namun kali ini menimpa kata kumis. tiba-tiba saja, semua judul film jadi pantas dikumiskan.
sepanjang siang, aku sibuk ngakak-ngakak setiap kali ada postingan judul baru. dan ketika malam tiba, situasi ternyata lebih memanas dan menggila, karena judul-judul yang dikirimkan sangatlah dahsyatnya.
berikut adalah daftar judul-judul film yang telah dikumiskan, yang menurutku paling menarik. daftar ditulis berdasarkan genre film.
Film Horror
1. Tali Kumis Perawan
2. Kumis Keramas
3. Siluman Kumis Putih
4. Jerat Santet Kumis Muda
Film Komedi
1. Maju Kumis Mundur Kumis
2. Atas Kumis Bawah Kumis
3. Makin Kumis Makin Asyik
4. Kumis Minta Kawin
5. Saya Suka Kumis Punya
6. Kumis-kumis Bergincu
7. Aduh, Kumisnya!
Film Laga
1. Pengkhianatan Kumis PKI
2. Kumis Beratjoen
3. Kumis Membara
4. Jaka Sembung Menumpas Kumis Maksiat
Film Romantis
1. Masih Ada Kumis Yang Lewat
2. Kumis Ingin Pulang
3. Cinta Dalam Sepotong Kumis
4. Kejarlah Kumis Kau Kutangkap!
5. Satu Kumis Sejuta Rasa
6. Kumisku di Kampus Biru
Film Drama
1. Ratapan Kumis Tiri
2. Kumis di Atas Bantal
Film Syur
1. Akibat Guna-guna Kumis Muda
2. Jangan Renggut Kumisku
3. Birahi Kumis Halus
4. Jeritan Kumis Madu
5. Pesona Kumis Simpanan
6. Terjebak Kumis Erotis
7. Getaran Kumis
8. Gadis Diatas Kumis
ditambah dengan peribahasa menarik:
Sepandai-pandai tupai bercukur, akhirnya akan kumisan juga.
etapi ngomong-ngomong, judul film Indonesia memang menakjubkan, yah?
ROFL.
PS. foto kumis diambil dari flickr
Thursday, January 07, 2010
telepon siluman
dia hanya tertawa waktu dengan geram aku bercerita soal telepon-telepon misterius yang sering aku terima akhir-akhir ini. telepon yang tak beridentitas karena yang bersangkutan dengan pengecut menyamarkan nomornya jadi 'private no.'
"kemarin dulu pembantunya ibu Jane hamil. dan waktu ditanya, jawabnya 'saya nggak tau, saya cuma sms-an sama cowok ini' lucu sekali" mau nggak mau aku ikutan ngakak denger ceritanya.
klasik. dalam berbagai versi cerita yang pernah aku dengar, semua bermula ketika ada yang telepon, entah memang asal aja, atau karena kebetulan salah sambung. ketika diangkat, dan dikasih tau salah sambung, malah terus ngajak kenalan. abis itu sering teleponan dan sms-an. terus memutuskan ketemuan.
setelah ketemuan, bisa berlanjut sms-an dan teleponannya, bahkan sampai hamil seperti dalam kasus pembantu ibu Jane, atau kemudian tak berlanjut karena target dirasa kurang mantap atau prospektif.
buat aku, hal seperti ini absurd.
salah sambung ya, salah sambung. ngajak kenalan orang yang sama sekali nggak ketahuan siapa dan nggak ada perlunya itu konyol. lewat manapun caranya, baik telepon, hp, chatting atau social networking, cara-cara seperti ini buatku sama sekali nggak bisa diterima. sombong? bukan itu soalnya. tapi karena terlalu aneh.
aneh?
iya. bayangkan situasinya begini.
hpku berdering dari nomor yang tidak kukenal, atau bahkan private number, keterangan di layar hp yang biasanya muncul kalau kita mendapat telepon dari luar negeri. begitu aku angkat, aku bilang
"selamat siang"
"selamat siang, ini siapa ya?"
ini satu jenis keanehan. kalo memang nggak tau ini nomor telepon siapa, kok ya masih juga ditelepon? udah bisa ngeliat keanehannya?
versi keduanya adalah, aku menjawab lagi-lagi dengan
"selamat siang"
"halo, bisa bicara dengan sianu?"
"ini bukan nomor telepon sianu, salah sambung"
"lalu ini siapa?"
"ini ina"
"um... boleh kenalan?"
oh, tentu saja jawabnya nggak boleh. orang yang pikirannya normal, kalo dia salah sambung, dia akan segera minta maaf dan menutup telepon. karena salah sambung hanya membuang waktunya dan waktu orang yang ditelepon.
apa itu berarti aku nggak pernah bicara dengan orang asing?
nah, itu juga asumsi yang salah. setiap hari dalam pekerjaanku, aku bicara dengan orang asing. nggak hanya bicara lewat telepon, aku juga bicara dengan orang asing secara langsung, bahkan kadang aku juga harus mengundang mereka makan. beberapa diantara mereka yang jadi teman-temanku sekarang adalah orang yang aku temui secara tak sengaja.
bedanya, saat aku bicara dengan orang-orang ini, aku atau mereka tidak memulai percakapan dengan kalimat basi seperti boleh kenalan?
kami memulai percakapan karena memang ada sesuatu yang pantas dibicarakan. aku bicara dengan orang asing atas berbagai alasan. mulai dari yang serius seperti orang-orang yang datang ke galeriku karena mereka tertarik pada seni dan budaya Indonesia, karena mereka perlu rekomendasi tempat penjualan kerajinan atau barang antik, tanya rekomendasi restoran dan hal-hal yang pantas dicoba dan dikunjungi di Bali, atau karena alasan sepele seperti tersesat lalu mau tanya jalan, dan pinjem toilet.
salah satu ceritanya, misalnya, dialami sutradara film dokumenter asal Singapura yang suatu hari masuk ke dalam galeri tempatku bekerja, tanpa niatan apa-apa. dia melihat-lihat lukisan, lalu bertanya maksud judul yang tertulis dalam bahasa Indonesia, sampai kemudian, dengan ragu-ragu dia bercerita bahwa dia sedang mencari perempuan pendatang dari negeri lain yang menikah dengan laki-laki Bali dan bersedia diwawancarai untuk filmnya. dia kemudian bertanya, apa aku tau pasangan-pasangan yang seperti ini di Ubud?
saat aku memberi beberapa rekomendasi tempat yang dimiliki pasangan seperti ini, seketika itu juga kami mulai jadi teman.
ia tak perlu mengajukan pertanyaan tolol; boleh kenalan?
makanya aku kesal sekali sama pengecut yang selama berminggu-minggu bolak-balik meneleponku dengan menyembunyikan nomor teleponnya, membuatku nggak bisa ngeblok nomernya biar gak usah muncul aja walopun dia nelepon sampe bego. beneran, deh. aku nggak ada waktu buat ngurusin hal konyol kayak gini.
tapi aku rasa, sudah tiba saatnya merancang pembalasan.
selama hampir dua minggu terakhir aku mulai menyulam lagi, melatih keterampilan menjahit dan mengelola jarum yang selama ini sudah mulai berkarat. rencananya sih, orang-orang iseng yang ngotot gangguin aku mau aku voodoo aja pake jarum sulam.
ada yang bisa bikinin bonekanya?
:p
Wednesday, December 23, 2009
prita, pengadilan dan drama
ada yang salah dengan proporsi dalam ruang sidang yang kecil ini. lebih sempit daripada ruang sidang lainnya, namun dengan perabot dan perlengkapan yang sama besarnya dengan ruangan yang empat kali lipat lebih besar.
tiang bendera dengan bendera yang kebesaran, hingga menjuntai sekitar 10cm saja dari lantai. tidakkah para pegawai Pengadilan Negeri Denpasar mengetahui tata cara perlakuan Bendera Nasional?
kursi hakim yang seperti dijejalkan paksa dalam ruangan sempit ini, beserta mejanya yang jelas-jelas salah ukuran, atau barangkali ini efek yang disengaja? aku merasa ruangan itu menyusutkan ukuran badanku, membuatku merasa senasib dengan Stuart Little, atau anak-anak yang disusutkan secara tak sengaja oleh ayah mereka. jika disengaja, mereka berhasil. aku merasa tercekam sekaligus menyusut, karena hal-hal yang menjulang sekaligus menyesakkan.
keanehan lain yang aku lihat, dinding yang kosong tanpa foto pasangan presiden dan wakil presiden. tapi... di dinding sebelah kiriku, tampak gambar hakim dalam lukisan gaya Cina. apakah itu Judge Bao?
sepanjang sidang, ketegangan meruap dari tubuh terdakwa yang duduk kaku tak jauh dariku. apakah semua sidang mencekam seperti ini? apakah sidang Prita juga?
pengalaman pertamaku terlibat dalam sebuah sidang pengadilan ternyata jauh berbeda dengan adegan dalam serial seperti Boston Legal atau Ally McBeal. juga tak sama dengan penggambaran dalam Find Me Guilty atau Ghosts of Mississippi. sepanjang sidang, aku terheran-heran, mengapa jaksa yang sudah mengetahui kalau ada saksi dan terdakwa yang tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia, justru membaca dakwaannya dengan menabrak semua tanda baca, tanpa intonasi, dengan volume suara yang rendah, tapi ngebut habis-habisan sehingga dua pertiga dari yang dikatakannya seperti hilang terserap udara, nggak pernah sampai ke telinga orang-orang yang harus mendengarnya.
kesimpulanku setelah hari itu adalah sidang pengadilan lebih seperti rekaan drama dalam sinetron, tetapi dengan pemeran yang tanpa kemampuan akting. bahkan akting membelalakkan mata dengan ekspresi dramatis pun tak mereka miliki.
dan kisah bagaimana sesorang bisa sampai ke ruang pengadilan, adalah kisah yang berwarna-warni. sebagian diantara mereka, memang melakukan suatu kejahatan, entah direncanakan, entah karena kalap. sebagian lagi karena sengaja ingin ditangkap, supaya bisa merasakan keteraturan di dalam penjara, sebab kehidupan dunia luar menyisakan sangat sedikit peluang untuk dia yang tak tahu apa yang hendak dilakukannya. seperti tokoh dalam novel John Steinbeck: The Grapes of Wrath. sebagian lagi, karena nasib sial, seperti yang dialami Prita Mulyasari.
berapa banyak diantara kita yang pernah mengeluh, lewat email pada teman, status facebook, twitter, plurk atau tulisan di blog. berapa banyak juga diantara kita yang melakukan itu dari mulut ke mulut, bercerita pada siapapun yang mau mendengarkan, mengenai pengalaman buruk yang kita alami saat berhubungan dengan lembaga layanan publik, supaya orang lain hati-hati, atau malah sekalian menghindarinya.
adalah hal yang biasa kalau misalnya; aku menceritakan kekesalan karena tidak boleh meminjam toilet karyawan di Circle K depan Pantai Kuta, sementara toilet mereka yang diluar sedang rusak (dan sangat kotor), padahal aku dan teman-temanku sudah menghabiskan sekitar Rp 150,000 sebelum berniat meminjam toilet mereka. menurutku itu namanya pelit! dan kelewatan. yang membaca paragraf ini pasti paham kenapa aku kesal.
juga hal yang biasa kalau aku bersungut-sungut saat keluar dari kantor Bank Bumiputera cabang Denpasar, karena teller yang aku tanyai "kenapa di layar ATM tertulis: 'Anda sudah melewati batas transfer/penarikan dana hari ini' padahal saya cuma transfer Rp 200,000?" menjawabku dengan ketus "saldonya nggak cukup, mungkin" tanpa mengangkat muka, tetap sibuk menghitung uang, dengan wajah jutek. meh.
atau, orang juga bisa mengerti kenapa aku ngomel-ngomel waktu denger pemberitahuan PLN, karena rencana pemadaman bergilir yang harusnya beres akhir tahun ini, masih diperpanjang lagi beberapa bulan ke depan. bah. tagihan gak boleh bayar telat, tapi kerja perusahaan negara yang memonopoli pasokan energi listrik ini asal-asalan. semua orang yang pintar (baik yang minum tolakangin atau bukan) tahu kalau setiap mesin ada jangka pemakaiannya, maka acara perawatan alias maintenance bisa dijadwalkan. lalu, apakah nggak cukup masuk akal buat para pemimpin PLN untuk, misalnya, punya cadangan pembangkit yang bisa dioperasikan selama masa maintenance? kesannya kok kayak pasang TV di kecamatan. karena TV sedang rusak, acara nonton bareng di kantor kecamatan ditiadakan untuk sementara. bisa-bisanya punya logika dangkal seperti ini, saat berhubungan dengan jutaan pelanggan.
dan ketika keluhan semacam ini ditanggapi berlebihan, orang-orang yang pernah mengalami rasa kesal dan kecewa akibat pelayanan yang kurang profesional, mereka menumpahkan kekesalan dan kekecewaan itu dengan berupaya membebaskan Prita, dari putusan hukum yang telah dibuat sedemikian rupa, dengan cara apapun. termasuk mengumpulkan uang receh, karena keadilan telah direcehkan.
maka selama lebih kurang dua minggu itu, dengan penuh rasa haru aku mengamati berita di surat kabar, di televisi, email-email dalam mailing list dan komentar di beberapa situs, status twitter, plurk dan facebook yang berisi ajakan untuk mengumpulkan koin, bagaimana membawanya dari seluruh Indonesia dan berbagai negara ke pusat pengumpulan di Jalan Langsat, sampai saat penghitungannya. tajuk dan artikel di surat kabar mencatat komentar orang-orang, dari beragam profesi dan usia, yang menyisihkan waktu dan energinya untuk membawa koin, update juga terus bermunculan di situs koinkeadilan. koin-koin itu datang dalam celengan, ransel, buntelan serbet, amplop, kantong kain, karung beras, naik motor, naik mobil, berjalan kaki, didatangkan dengan truk, lalu TIKI JNE juga membebaskan biaya pengiriman koin-koin itu dari berbagai kota di Indonesia ke Jakarta. sebagian dari koin-koin itu telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. gerakan ini adalah alasan yang tepat untuk menggunakannya. sebagian besar mereka yang menyumbang menolak menulis nama, atau mengambil tanda terima.
kisah ini sampai pada bagian yang membuatnya pantas difilmkan, dengan adegan dramatis seperti dalam Lean on Me, atau Milk. tentu sutradaranya Gus van Sant, Mike Nichols atau Francis Coppola.
dan di manapun wadah pengumpulan koin itu diletakkan, meskipun terbuka, tak seorang pun berniat untuk mengambil isinya. mereka, yang mengumpulkan koin itu, memahami sakitnya ketidakberdayaan. dan Rp 204,000,000 itu, mereka kumpulkan karena tak mau Prita sendirian menanggungnya.
saat aku menulis ini, jumlah koin itu telah mencapai lebih dari Rp 800,000,000.
lalu ketika uangnya terkumpul, terbetik kabar RS. Omni Internasional mencabut gugatannya. apakah ini akhirnya, Prita? atau apakah ini sekedar ketakutan sementara karena uang receh yang berton-ton beratnya itu sedianya (menurut gosip) akan dilemparkan ke arah mereka-mereka dengan cara seperti melempar jumrah?
tiang bendera dengan bendera yang kebesaran, hingga menjuntai sekitar 10cm saja dari lantai. tidakkah para pegawai Pengadilan Negeri Denpasar mengetahui tata cara perlakuan Bendera Nasional?
kursi hakim yang seperti dijejalkan paksa dalam ruangan sempit ini, beserta mejanya yang jelas-jelas salah ukuran, atau barangkali ini efek yang disengaja? aku merasa ruangan itu menyusutkan ukuran badanku, membuatku merasa senasib dengan Stuart Little, atau anak-anak yang disusutkan secara tak sengaja oleh ayah mereka. jika disengaja, mereka berhasil. aku merasa tercekam sekaligus menyusut, karena hal-hal yang menjulang sekaligus menyesakkan.
keanehan lain yang aku lihat, dinding yang kosong tanpa foto pasangan presiden dan wakil presiden. tapi... di dinding sebelah kiriku, tampak gambar hakim dalam lukisan gaya Cina. apakah itu Judge Bao?
sepanjang sidang, ketegangan meruap dari tubuh terdakwa yang duduk kaku tak jauh dariku. apakah semua sidang mencekam seperti ini? apakah sidang Prita juga?
pengalaman pertamaku terlibat dalam sebuah sidang pengadilan ternyata jauh berbeda dengan adegan dalam serial seperti Boston Legal atau Ally McBeal. juga tak sama dengan penggambaran dalam Find Me Guilty atau Ghosts of Mississippi. sepanjang sidang, aku terheran-heran, mengapa jaksa yang sudah mengetahui kalau ada saksi dan terdakwa yang tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia, justru membaca dakwaannya dengan menabrak semua tanda baca, tanpa intonasi, dengan volume suara yang rendah, tapi ngebut habis-habisan sehingga dua pertiga dari yang dikatakannya seperti hilang terserap udara, nggak pernah sampai ke telinga orang-orang yang harus mendengarnya.
kesimpulanku setelah hari itu adalah sidang pengadilan lebih seperti rekaan drama dalam sinetron, tetapi dengan pemeran yang tanpa kemampuan akting. bahkan akting membelalakkan mata dengan ekspresi dramatis pun tak mereka miliki.
dan kisah bagaimana sesorang bisa sampai ke ruang pengadilan, adalah kisah yang berwarna-warni. sebagian diantara mereka, memang melakukan suatu kejahatan, entah direncanakan, entah karena kalap. sebagian lagi karena sengaja ingin ditangkap, supaya bisa merasakan keteraturan di dalam penjara, sebab kehidupan dunia luar menyisakan sangat sedikit peluang untuk dia yang tak tahu apa yang hendak dilakukannya. seperti tokoh dalam novel John Steinbeck: The Grapes of Wrath. sebagian lagi, karena nasib sial, seperti yang dialami Prita Mulyasari.
berapa banyak diantara kita yang pernah mengeluh, lewat email pada teman, status facebook, twitter, plurk atau tulisan di blog. berapa banyak juga diantara kita yang melakukan itu dari mulut ke mulut, bercerita pada siapapun yang mau mendengarkan, mengenai pengalaman buruk yang kita alami saat berhubungan dengan lembaga layanan publik, supaya orang lain hati-hati, atau malah sekalian menghindarinya.
adalah hal yang biasa kalau misalnya; aku menceritakan kekesalan karena tidak boleh meminjam toilet karyawan di Circle K depan Pantai Kuta, sementara toilet mereka yang diluar sedang rusak (dan sangat kotor), padahal aku dan teman-temanku sudah menghabiskan sekitar Rp 150,000 sebelum berniat meminjam toilet mereka. menurutku itu namanya pelit! dan kelewatan. yang membaca paragraf ini pasti paham kenapa aku kesal.
juga hal yang biasa kalau aku bersungut-sungut saat keluar dari kantor Bank Bumiputera cabang Denpasar, karena teller yang aku tanyai "kenapa di layar ATM tertulis: 'Anda sudah melewati batas transfer/penarikan dana hari ini' padahal saya cuma transfer Rp 200,000?" menjawabku dengan ketus "saldonya nggak cukup, mungkin" tanpa mengangkat muka, tetap sibuk menghitung uang, dengan wajah jutek. meh.
atau, orang juga bisa mengerti kenapa aku ngomel-ngomel waktu denger pemberitahuan PLN, karena rencana pemadaman bergilir yang harusnya beres akhir tahun ini, masih diperpanjang lagi beberapa bulan ke depan. bah. tagihan gak boleh bayar telat, tapi kerja perusahaan negara yang memonopoli pasokan energi listrik ini asal-asalan. semua orang yang pintar (baik yang minum tolakangin atau bukan) tahu kalau setiap mesin ada jangka pemakaiannya, maka acara perawatan alias maintenance bisa dijadwalkan. lalu, apakah nggak cukup masuk akal buat para pemimpin PLN untuk, misalnya, punya cadangan pembangkit yang bisa dioperasikan selama masa maintenance? kesannya kok kayak pasang TV di kecamatan. karena TV sedang rusak, acara nonton bareng di kantor kecamatan ditiadakan untuk sementara. bisa-bisanya punya logika dangkal seperti ini, saat berhubungan dengan jutaan pelanggan.
dan ketika keluhan semacam ini ditanggapi berlebihan, orang-orang yang pernah mengalami rasa kesal dan kecewa akibat pelayanan yang kurang profesional, mereka menumpahkan kekesalan dan kekecewaan itu dengan berupaya membebaskan Prita, dari putusan hukum yang telah dibuat sedemikian rupa, dengan cara apapun. termasuk mengumpulkan uang receh, karena keadilan telah direcehkan.
maka selama lebih kurang dua minggu itu, dengan penuh rasa haru aku mengamati berita di surat kabar, di televisi, email-email dalam mailing list dan komentar di beberapa situs, status twitter, plurk dan facebook yang berisi ajakan untuk mengumpulkan koin, bagaimana membawanya dari seluruh Indonesia dan berbagai negara ke pusat pengumpulan di Jalan Langsat, sampai saat penghitungannya. tajuk dan artikel di surat kabar mencatat komentar orang-orang, dari beragam profesi dan usia, yang menyisihkan waktu dan energinya untuk membawa koin, update juga terus bermunculan di situs koinkeadilan. koin-koin itu datang dalam celengan, ransel, buntelan serbet, amplop, kantong kain, karung beras, naik motor, naik mobil, berjalan kaki, didatangkan dengan truk, lalu TIKI JNE juga membebaskan biaya pengiriman koin-koin itu dari berbagai kota di Indonesia ke Jakarta. sebagian dari koin-koin itu telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. gerakan ini adalah alasan yang tepat untuk menggunakannya. sebagian besar mereka yang menyumbang menolak menulis nama, atau mengambil tanda terima.
kisah ini sampai pada bagian yang membuatnya pantas difilmkan, dengan adegan dramatis seperti dalam Lean on Me, atau Milk. tentu sutradaranya Gus van Sant, Mike Nichols atau Francis Coppola.
dan di manapun wadah pengumpulan koin itu diletakkan, meskipun terbuka, tak seorang pun berniat untuk mengambil isinya. mereka, yang mengumpulkan koin itu, memahami sakitnya ketidakberdayaan. dan Rp 204,000,000 itu, mereka kumpulkan karena tak mau Prita sendirian menanggungnya.
saat aku menulis ini, jumlah koin itu telah mencapai lebih dari Rp 800,000,000.
lalu ketika uangnya terkumpul, terbetik kabar RS. Omni Internasional mencabut gugatannya. apakah ini akhirnya, Prita? atau apakah ini sekedar ketakutan sementara karena uang receh yang berton-ton beratnya itu sedianya (menurut gosip) akan dilemparkan ke arah mereka-mereka dengan cara seperti melempar jumrah?
Wednesday, November 11, 2009
Wake up, Mr. President!
dua tiga hari ini, aku makin gencar browsing-browsing berita soal ricuh skandal KPK + Tim 8 + MK vs. Polri + Kejaksaan + DPR, yang awalnya lumayan jelas, lalu makin lama makin nggak karuan dan sekarang semakin kabur kanginan, campur aduk nggak jelas. udah capek nonton TV, gemas karena kok seolah-olah orang-orang yang ngomong di dalamnya, pada nggak sadar kalo mereka nggak sepintar itu, dan banyak orang udah nggak percaya sama kebohongan mereka.
seperti film-film drama thriller konspirasi, jalan cerita makin rumit dan berbelit-belit.
tapi diantara semua keruwetan ini, ada satu hal yang aku amati. presidenku, sepertinya anteng dan kalem sekali, nggak kasih pernyataan, nggak mengambil tindakan, nggak menunjukkan dimana sebenarnya dia berpijak, dan apa yang dia pegang. ketika orang-orang di bawahnya menunjukkan tipu muslihat, keserakahan, kebodohan dan perilaku yang nggak tahu malu... presidenku, yang aku pilih waktu pemilu, mendadak jadi mute. is it also selective mute disorder? seperti yang terjadi pada Raj?
aku menagih pernyataan selama kampanye yang menyebut dia sebagai tokoh yang tegas, taktis dan cermat. aku menagih buktinya.
tunjukkan padaku, SBY.
"be a man! do the right thing!"
PS.
judul post ini diambil dari hash tag buatan treespotter.
quote milik Russell Peters.
Tuesday, November 10, 2009
maxidress is still in season
sejak akhir tahun lalu, aku makin sering melihat gaun-gaun semacam ini berseliweran di jalan-jalan. sebetulnya kalau diingat baik-baik, tahun 2007-an juga udah ada sih yang pakai maxi-dress macam ini, tapi tentu saja saat itu, hanya segelintir ultra-ultra chic aja yang memakainya. seiring berjalannya waktu, wabah yang penyebarannya disulut oleh, diantaranya, Diane von Furstenberg ini, semakin menyebar.
tapi memang, saat satu model baju sudah mulai keliatan menyebar luas dan semakin banyak yang pakai, tiba-tiba bentuknya jadi makin aneh, dan makin nggak pantas pakai. sepertinya memang ada semacam konspirasi, bahwa bentuk pakaian yang bagus, enak dilihat dan bikin semua yang lihat mengiri menganan, hanya disediakan buat the certain beautiful people who sway and steer the world under their gaze.
lalu tiba-tiba, muncul maxi dress berwarna ungu tua dengan motif belang macan warna hitam. atau warna merah ngejreng dengan motif belah ketupat besar-besar dalam berbagai warna, kuning, hijau, biru, ungu, oranye, kombinasi yang begitu mencengangkan dan tak terbayangkan bisa tercipta.
dan kalau gaun-gaun yang menyilaukan mata semacam ini aku temui di acara resital piano anak-anak, aku hanya bisa mengasihani anak itu, bukan salahnya sehingga ia harus berada di tengah-tengah kecelakaan mode semacam ini.
sebetulnya, pilihan maxidress yang sangat beragam baik bahan maupun motif membuatnya bisa dipakai oleh nyaris semua bentuk tubuh. bisa menutupi bagian bawah badan yang terlalu besar, menyamarkan perut yang tidak rata, dan memberi volume pada tubuh yang terlalu kurus. tapi jenis gaun ini memang sebaiknya tidak dipakai oleh mereka yang bertubuh pendek, karena bisa membuat pemakainya jadi seperti tenggelam.
dan karena ini gaun musim panas, paling cocok dipadukan dengan sendal yang tipis dan terbuka tanpa hak, atau sepatu wedges untuk acara malam yang lebih formal.
lalu tiba-tiba, muncul maxi dress berwarna ungu tua dengan motif belang macan warna hitam. atau warna merah ngejreng dengan motif belah ketupat besar-besar dalam berbagai warna, kuning, hijau, biru, ungu, oranye, kombinasi yang begitu mencengangkan dan tak terbayangkan bisa tercipta.
dan kalau gaun-gaun yang menyilaukan mata semacam ini aku temui di acara resital piano anak-anak, aku hanya bisa mengasihani anak itu, bukan salahnya sehingga ia harus berada di tengah-tengah kecelakaan mode semacam ini.
sebetulnya, pilihan maxidress yang sangat beragam baik bahan maupun motif membuatnya bisa dipakai oleh nyaris semua bentuk tubuh. bisa menutupi bagian bawah badan yang terlalu besar, menyamarkan perut yang tidak rata, dan memberi volume pada tubuh yang terlalu kurus. tapi jenis gaun ini memang sebaiknya tidak dipakai oleh mereka yang bertubuh pendek, karena bisa membuat pemakainya jadi seperti tenggelam.
dan karena ini gaun musim panas, paling cocok dipadukan dengan sendal yang tipis dan terbuka tanpa hak, atau sepatu wedges untuk acara malam yang lebih formal.
Saturday, October 24, 2009
Bersama Thomas Heatherwick untuk Indonesia
Tahun 2004. Mataku tertumbuk pada sebuah artikel mengenai program istimewa di Design Museum, London. "Thomas Heatherwick Conran Collection at the Design Museum: The intersection of mundanity, necessity and the sublime" kata-kata yang provokatif sekaligus menimbulkan kernyitan di dahi. Apa urusannya sampe mundanity bisa dengan leluasa masuk ke Design Museum?
Artikel itu rupanya mengenai pameran terbaru yang didanai oleh Terence Conran Foundation, di mana yayasan ini menyediakan £30,000 agar kuratornya, Thomas Heatherwick, bisa mengumpulkan 1000 benda yang karena desain (dan kegunaannya) menjadi barang-barang yang ingin dimilikinya. "Things I want to live, with. Things people should live with" katanya. Dan tidak seperti pameran desain yang lain, yang isinya barang-barang yang bentuknya begitu bagus sampe nggak kebayang gimana cara makenya, pameran ini sarat oleh benda-benda sehari-hari yang fungsional, sekaligus didesain ciamik. Misalnya dental floss buatan Jepang yang bisa dipakai membersihkan gigi hanya dengan satu jari, Pop Tarts, peti mati berbahan kardus, atau benang gelasan (senar yang dilapisi kaca) supaya bisa menang waktu adu layang-layang. Hebat, dia sampai tahu senjata andalan anak-anak yang main layangan di Indonesia:))
Gara-gara baca artikel ini, aku jadi pengagum Thomas Heatherwick dan tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang Design Museum, membaca semua keterangan yang ada di dalamnya, dan selama beberapa hari kemudian sibuk mengaduk-aduk isi perpustakaan desainer yang menulis tentang sederet desainer berbakat dan karya-karyanya yang menarik. Mulai dari Manolo Blahnik si empu sepatu, sampai The Experimental Jetset yang salah satu desainnya nempel di kaus hitam favoritku yang bertuliskan:
John&
Paul&
Ringo&
George.
Semua orang tahu nama belakang mereka.
Tahun demi tahun berganti dan setiap kali aku menemukan Thomas Heatherwick bikin karya baru yang lebih menarik dari sebelumnya. Dia terus melaju. Benang merah dari keseluruhan karya itu adalah desain yang sederhana, tapi eksekusinya mengejutkan. Lipatan, gulungan, helaian pita, ledakan kembang api. Siapa lagi sih, selain dia, yang bisa memikirkan The Rolling Bridge untuk dipasang di Paddington Basin-London? Jembatan biasa yang nggak terlalu gede karena tempatnya sempit, tapi sewaktu-waktu bisa digulung kalau ada kapal mau lewat. Ribuan orang yang sengaja datang cuma buat ngeliat jembatan itu digulung (sampai diputuskan untuk menggulungnya tiap Jumat, ada atau gak ada kapal yang lewat) pasti punya hal yang sama di kepala mereka. "Kok kepikir ya?" Gak heran Heatherwick disebut-sebut sebagai 'orang paling kreatif di Inggris'.
Pendekatannya itu dikerjakan melalui pemilihan bahan yang cermat dan penyelesaian yang sangat rinci. Dan hal ini bisa diterapkan pada segala bidang, mulai dari bangunan East Beach Café atau display toko Harvey Nichols yang seolah-olah dibuat dari helaian pita; monumen B of the Bang yang yang seperti dibuat dari sumpit raksasa dalam bentuk pijaran kembang api; gedung-gedung bisnis kreatif di Universitas Aberystwyth, yang tulisan dalam situsnya mirip dengan bahasanya Arwen dari Lord of the Ring, membuatku percaya kalau universitas ini adalah tempat belajar para peri, jembalang dan goblin; sampai tas ritsleting buatan Longchamp.
Mengikuti perkembangan karir Heatherwick membuatku kerap memikirkan desain dari sisi ide dan fungsi. Disadari atau tidak, hampir setiap benda yang kita pegang dan pergunakan sehari-hari, semuanya dirancang oleh seseorang. Tapi sekedar desain bagus saja nggak cukup. Untuk jadi sesuatu yang bisa dibuat dalam jumlah massal, harus ada ide kuat yang mendasari suatu benda, ditunjang dengan fungsi benda itu. Lalu harus ada yang bisa menerjemahkan desain itu sehingga layak dikembangkan, bisa jadi trend, mengubah cara pandang orang, atau membuat hidup lebih nyaman. Aku bicara tentang iPod, celak berbentuk pasta yang dipulaskan dengan sikat, kemasan roll-on deodorant yang tutupnya ada di bawah, pisau lipat serbaguna, peralatan makan bayi yang bisa berubah warna sesuai suhu, sampai cetakan es batu yang menempel dalam kulkas dan bisa diputar supaya langsung lepas dan tertampung. Sejak beberapa tahun yang lalu, aku tertarik untuk belajar Manajemen Desain, utamanya untuk industri kreatif.
Menurutku, Indonesia punya potensi industri kreatif yang luar biasa. Bakat, perajin yang terampil dan tekun, serta pasar yang sangat besar. Semua hal ini bisa dihubungkan oleh suatu manajemen desain yang efektif dan bisa membaca perkembangan. Aku yakin manajemen desain adalah salah satu kunci keberhasilan Inggris sebagai negara dengan industri kreatif yang paling maju di dunia. Itu sebabnya, menurutku, belajar dalam bidang ini, langsung di negara yang telah menghasilkan desainer menakjubkan seperti Heatherwick, akan memberi landasan yang kokoh, terutama dalam pendekatan dan pola pemikiran, sehingga dapat diterapkan dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia. Dan yang sama menariknya, adalah terbukanya kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan orang-orang paling kreatif dalam bidangnya, lalu mengubah dunia.
Tuesday, October 13, 2009
puisi-puisi cinta
pada Kompas Minggu, 30 November 2008, puisi Iyut Fitra dimuat di halaman Sastra.
SESEORANG YANG TERUS BERLARI
:Dino Umahuk
kau tentu ingat ketika kita bercakap di tepi kolam sebuah hotel
gerimis turun ragu dan matamu merah lindap setelah beberapa botol wine
"aku lelah untuk terus berlari. tapi dari kota ke kota ledakan itu terus memburu!" ujarmu menyingkap badan.
ada beberapa bekas luka menghitam "ini bunga dari pertikaian!" diam kubuang puntung rokok ke dalam kolam
sebagaimana teman madura kita yang juga tak percaya.
bahwa rusuh yang tumbuh di tubuhmu adalah rasa cinta pada tuhan:
"aku telah berkali berganti nama demi kebenaran!" hentakmu memecah botol
aku memungut derainya. di dalamnya kulihat wajahmu yang tercabik
simpang-simpang dari arah matahari yang tak jelas
kita berpisah juga. kau seorang ambon yang dulu ke jakarta dan sekarang di aceh
di payakumbuh kotaku yang sunyi kubayangkan seseorang terus berlari memanggul marah.
puisi-puisi di pundaknya berceceran sepanjang jalan
"kurasakan tempat tidur seperti papan bertabur paku. merebahkan nasib sama saja menikam tubuh. engkau dan aku menumpuk sengketa setinggi gunung..." tulismu dalam pesan yang ngilu.
kuingat sepasang bule australia yang bertengkar di seberang kolam.
kita seolah-olah ingin berdansa karena tertawa
tapi bukankah pertengkaran-pertengkaran serupa itu yang kita cemaskan?
kau tentu ingat ketika kita bercakap di tepi kolam sebuah hotel
aku takut ledakan-ledakan itu juga sampai ke kotaku
Payakumbuh, November 2008
setahun kemudian, dalam buku kumpulan puisinya yang ketiga, 'Mahar Cinta Lelaki Laut', Dino Umahuk mencantumkan puisi ini:
LEDAKAN ITU TELAH SAMPAI DI KOTAMU
:Iyut Fitra
Di koran minggu, kau tuliskan untukku sebuah puisi
Tentang seseorang yang terus berlari memanggul amarah
Demi mencari hakikat hati dan pintu-pintu menuju Ilahi
Berganti nama berpindah kota mengaitkan nasib di ujung belati
Ada sisa luka menghitam dari dalam dada hingga ke muka
Aku seorang Ambon yang memecah botol itu, masih kau simpan derainya?
Dari kotamu sepucuk puisi semakin rapat merangkul kawan
Aku ingat kita sering makan di Warung Putri Minang
Kegilaan membaca puisi dan lagu sendu di pesta jalanan
Naik motor sewaan sambil sering tersasar arah tersalah alamat
Atau bercakap dan baca puisi di tepi kolam dan aku mabuk
Sepasang bule Australia itu bertengkar karena cinta aku tahu
Mereka dalam kemabukan saling membakar hingga berubah jadi cemburu
Tak perlu kau cemaskan karena kita punya luka sendiri yang lebih nyeri
Luka yang membuhul dari ujung ke ujung negeri semoga tidak di kotamu
Koran minggu kubaca berulang seolah hendak merapal mantera
Lalu keharuman aroma puisimu bertebaran seisi kamar
Kubayangkan kau sedang bersandar di batang ara melepas dahaga
Menikmati panorama ngalau indah, mungkin berkhayal
Tentang gadis berkebaya kuning dan merah hati
Atau berumah di Istana Asserayah Hasyimiah yang barangkali
Aku selalu ingat percakapan di tepi kolam hotel itu
Kau tahu ledakan-ledakan itu telah sampai di kotamu, ledakan puisi
Banda Aceh, Desember 2008
setelah membaca kedua puisi itu, aku tiba-tiba paham rasanya menjadi mak comblang yang berhasil. tak kusangka, upaya mempertemukan mereka untuk tampil di festival jalanan tahun lalu ternyata berujung bahagia. puisi-puisi cinta ini begitu romantis dan mesra, penuh kiasan terselubung, bahasa intim yang hanya dipahami oleh dua insan yang sedang memadu asmara. LOL.
kedua puisi ini adalah rekaman kisah antara Lelaki Ternate, 35, 175/65, Islam, penyair, cokelat gelap, berpenampilan menarik, agak pendiam, baik, sabar, penyayang, pengertian, perhatian, apa adanya, sehat jasmani dan rohani, merokok, ngebir, senang musik, pecinta alam, suka traveling. yang tahun lalu telah dipertemukan dan ditambatkan hatinya pada Pria Minang, 41, 165/57, Islam, penyair, sawo matang, rambut gondrong, agak pendiam, jujur, setia, taat, tanggung jawab, penyayang, perhatian, pengertian, terbuka, tidak materialistis, apa adanya, sehat jasmani dan rohani, senang baca, tidak terlibat narkoba. ROFL.
aku doakan semoga keduanya selalu rukun senantiasa, langgeng dan berbahagia sampai tua:))
SESEORANG YANG TERUS BERLARI
:Dino Umahuk
kau tentu ingat ketika kita bercakap di tepi kolam sebuah hotel
gerimis turun ragu dan matamu merah lindap setelah beberapa botol wine
"aku lelah untuk terus berlari. tapi dari kota ke kota ledakan itu terus memburu!" ujarmu menyingkap badan.
ada beberapa bekas luka menghitam "ini bunga dari pertikaian!" diam kubuang puntung rokok ke dalam kolam
sebagaimana teman madura kita yang juga tak percaya.
bahwa rusuh yang tumbuh di tubuhmu adalah rasa cinta pada tuhan:
"aku telah berkali berganti nama demi kebenaran!" hentakmu memecah botol
aku memungut derainya. di dalamnya kulihat wajahmu yang tercabik
simpang-simpang dari arah matahari yang tak jelas
kita berpisah juga. kau seorang ambon yang dulu ke jakarta dan sekarang di aceh
di payakumbuh kotaku yang sunyi kubayangkan seseorang terus berlari memanggul marah.
puisi-puisi di pundaknya berceceran sepanjang jalan
"kurasakan tempat tidur seperti papan bertabur paku. merebahkan nasib sama saja menikam tubuh. engkau dan aku menumpuk sengketa setinggi gunung..." tulismu dalam pesan yang ngilu.
kuingat sepasang bule australia yang bertengkar di seberang kolam.
kita seolah-olah ingin berdansa karena tertawa
tapi bukankah pertengkaran-pertengkaran serupa itu yang kita cemaskan?
kau tentu ingat ketika kita bercakap di tepi kolam sebuah hotel
aku takut ledakan-ledakan itu juga sampai ke kotaku
Payakumbuh, November 2008
setahun kemudian, dalam buku kumpulan puisinya yang ketiga, 'Mahar Cinta Lelaki Laut', Dino Umahuk mencantumkan puisi ini:
LEDAKAN ITU TELAH SAMPAI DI KOTAMU
:Iyut Fitra
Di koran minggu, kau tuliskan untukku sebuah puisi
Tentang seseorang yang terus berlari memanggul amarah
Demi mencari hakikat hati dan pintu-pintu menuju Ilahi
Berganti nama berpindah kota mengaitkan nasib di ujung belati
Ada sisa luka menghitam dari dalam dada hingga ke muka
Aku seorang Ambon yang memecah botol itu, masih kau simpan derainya?
Dari kotamu sepucuk puisi semakin rapat merangkul kawan
Aku ingat kita sering makan di Warung Putri Minang
Kegilaan membaca puisi dan lagu sendu di pesta jalanan
Naik motor sewaan sambil sering tersasar arah tersalah alamat
Atau bercakap dan baca puisi di tepi kolam dan aku mabuk
Sepasang bule Australia itu bertengkar karena cinta aku tahu
Mereka dalam kemabukan saling membakar hingga berubah jadi cemburu
Tak perlu kau cemaskan karena kita punya luka sendiri yang lebih nyeri
Luka yang membuhul dari ujung ke ujung negeri semoga tidak di kotamu
Koran minggu kubaca berulang seolah hendak merapal mantera
Lalu keharuman aroma puisimu bertebaran seisi kamar
Kubayangkan kau sedang bersandar di batang ara melepas dahaga
Menikmati panorama ngalau indah, mungkin berkhayal
Tentang gadis berkebaya kuning dan merah hati
Atau berumah di Istana Asserayah Hasyimiah yang barangkali
Aku selalu ingat percakapan di tepi kolam hotel itu
Kau tahu ledakan-ledakan itu telah sampai di kotamu, ledakan puisi
Banda Aceh, Desember 2008
setelah membaca kedua puisi itu, aku tiba-tiba paham rasanya menjadi mak comblang yang berhasil. tak kusangka, upaya mempertemukan mereka untuk tampil di festival jalanan tahun lalu ternyata berujung bahagia. puisi-puisi cinta ini begitu romantis dan mesra, penuh kiasan terselubung, bahasa intim yang hanya dipahami oleh dua insan yang sedang memadu asmara. LOL.
kedua puisi ini adalah rekaman kisah antara Lelaki Ternate, 35, 175/65, Islam, penyair, cokelat gelap, berpenampilan menarik, agak pendiam, baik, sabar, penyayang, pengertian, perhatian, apa adanya, sehat jasmani dan rohani, merokok, ngebir, senang musik, pecinta alam, suka traveling. yang tahun lalu telah dipertemukan dan ditambatkan hatinya pada Pria Minang, 41, 165/57, Islam, penyair, sawo matang, rambut gondrong, agak pendiam, jujur, setia, taat, tanggung jawab, penyayang, perhatian, pengertian, terbuka, tidak materialistis, apa adanya, sehat jasmani dan rohani, senang baca, tidak terlibat narkoba. ROFL.
aku doakan semoga keduanya selalu rukun senantiasa, langgeng dan berbahagia sampai tua:))
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...