Monday, December 13, 2004

a mellow night

malam ini... iseng-iseng dengerin radio. sambil makan. a late-late supper...
aku juga gak tau radio apa yang kudengerin. tapi lagunya...

...dan tak pernah terpikirkan olehku
untuk tinggalkan engkau seperti ini
tak terbayangkan jika ku beranjak pergi
betapa hancur dan harunya hidupmu...

ah...ah...it brings back hell lot of memory
abis itu, radionya malah muter lagu yang kayak gini;

...how do you heal a broken heart
that feels like it will never be this much again
oh, no... I just can't let go
how do you heal a broken heart
that feels like it will never love this much again
tonight I hold what could be right
tomorrow I'll pretend to let you go...

hmmm...
tahukah kamu kalau sampai saat ini aku masih mengharu biru?

Sunday, December 12, 2004

cinta perjaka tua

berteman dengan orang seperti hartanto yang usia lewat 40, tapi nongkrongnya sering sama anak muda, selalu bisa dijadikan cerita. laki-laki cerdas ini memang tidak akan bisa masuk daftar diajak clubbing bareng. tapi aku sering berpikir dia akan suite dengan suasana wwwok! satu-satunya tempat nongkrong di jakarta yang masih sering kurindukan.

tadi malam, aku dan yoga dan rombongan taxu datang ke pembukaan pameran di tama gallery, tetangga di monkey forest sini. selain ketemu giro (bener gak sih, gini nulisnya) --muralist san fransisco yang malam itu datang pake baju samuel indratma, di depan pintu aku ketemu sama wirata (sepantaran sama hartanto). salah satu penulis yang tinggal di bali dan tulisannya sering nongol di media massa nasional, sekaligus pentolan bali corruption watch--nyambung gak to?
wirata ini siang tadi masih kirim-kirim sms, yang menunjukkan kalau dia gak tau aku dah ada di bali. masih nanya-nanya jalan di malang (sorry.... gak bermaksud ngerjain)

akhirnya kami, aku-yoga-wirata dan erawan (seniman paruh baya yang karyanya dahsyat!) berakhir di rumah makan padang, yang didindingnya dipajang lukisan heri dono (unbelievable!) bertahun 1994 dan ada cap low art gallery--punya siapa yah? lukisan itu mungkin saja palsu, atau memang lukisan heri dono. tapi kenapa disini?
waktu sedang makan... hartanto yang sedang di jakarta kirim sms ke wirata. bilang kalo terlalu banyak orang underestimate sama pameran yang dia kerjakan...

malamnya, iseng-iseng ku sms hartanto. nggak ada kok yang underestimate... gitu bunyi smsku;
tau apa jawabnya; simaklah rangkaian sms berikut ini:

23:03
lho kamu pacaran ama putu tho

23:26
tapi putu bilang ada feel ama dian

23:30
lho jangan menyia-nyiakan cinta perjaka tua dong

23:49
masi sama putu? dia feel benar ama anda lho

00:03
stoknya tinggal putu wirata. dan udah menjelang tanggal kadaluarsa

00:06
coba amatilah dalam-dalam putu wirata, makin lama kan mirip beckham

00:11
beckham baru ngetrend

00:21
kasian dia dong, dia bener-bener jatuh hati ama dian

00:26
ya bermula dari kasian, makin lama bisa tulus kok, dicoba aja

00:33
pokoknya aku support benar kalau cinta putu tertambat di ubud

...pak hartanto, anda bikin saya terlambat bangun pagi ini...

Friday, December 10, 2004

jerit kematian

dua hari yang lalu. aku dibangunkan paksa alarm telepon genggamku. 05.00. seperti biasanya. itu jam wajib bangunku disini. pagi itu entah kenapa, sejak satu jam sebelumnya tidurku telah terganggu suara-suara. bukan dari dalam mimpi. it's actual voices. hm... pasti karena upacara itu. resminya disebut odalan. hari sebelumnya, mok mangnik bilang padaku. it's odalan for money...

tiga puluh menit kemudian, aku mendengar beberapa orang bergegas. seolah membawa sesuatu yang berat. kurasa ada tiga atau empat orang yang datang. ditingkahi suara-suara yang terdengar asing. tampaknya suara hewan...
ah! tentu saja! itu suara babi..
aku pernah mendengarnya beberapa kali. di televisi, tentu.

tapi sekali ini lain, tak berapa lama, aku mendengar suara jerit yang menyayat hati, lalu seruan beberapa orang. terdengar lega... oh, no!
mereka pasti memotong babi itu. itulah sebab kudengar jeritnya yang pilu.
jerit kematian babi-ku... yang pertama.

I blame this world for making a good man bad

one cloudy morning, almost nine years ago. I was sitting, shivering in my chair with a fresh newspaper in my lap. I couldn't believe what I was just read. completely shocking in body and soul. in the headline, the newspaper describe about huge riot in sambas, that turn into perfect two years long amok in almost every region in west kalimantan.

I recall another day...couple years later, one of my junior high mate write to us in mailing list about his night sweeping to maduranese -refugees of sambas conflict in gor pangsuma. about how he and his friends attacked them, how many people get wounded and so on...
I got very angry in the first place I read the email. how dare he! it's human being he talked about. the same creature as he is. I frankly told him about how upset I am reading his email. remember that I had some madurese friends in pontianak, as well as dayak, chinese, javanese, malay, or any other races... I simply couldn't get how people happen to kill other in the name of natural-historical differences any of us have no power to choose.

living in bali, now... some friends seriously remind me about how sensitive bali these days to urban like me. the way kurnia warn me... and how sad suklu admitted the fact. it was all happen because some mad-maniac-moron man blew sari and paddy back to october 2002.all of a sudden... nobody comes to bali. travel warn killed many business. people scream...as loud as they can. but only scream remain...

and those kindheartedly people are forced to being cruel. to do late night sweeping for ids...and suddenly... pecalang became something frightening instead of it's previous image -someone who politely remind you that a religious ceremony take place nearby. and as I feel the tension and the suspicion myself...here in the village where lots of people still couldn't handle the cultural gap of modernity... I feel sorry for them.

and I blame this world for making a good mad
it's this world that turns a killer (named bush) into a hero
I blame this world for making good man bad
--taken from bon jovi's santa fe--




Thursday, December 09, 2004

rabassa dan jalanan ubud

my first posting!

kemarin, rabassa tersayang, motorku yang kreditannya belum lunas itu sampai di denpasar. pagi-pagi, mbaknya herona udah nelepon. nanya, apa bisa diambil motornya?

bersama rabassa, datang juga dua kardus besar berisi pakaian dan buku-buku. mereka bertiga, rabassa dan kardus-kardusku-sorenya kuambil bersama gungdek. dengan penuh perjuangan.
karena indra sakit dan gak mungkin membawa motor pake mobil kijang, akhirnya aku dan gungdek mengambil alternatif yang keliatannya paling gak keren tapi sekaligus paling masuk akal. naik mobil bak terbuka, L-300.
sepanjang jalan gungdek terus menerus mengingatkan betapa derajatnya akan turun satu tingkat karena naik mobil ini. heran... padahal naik mobilnya kan sama aku. jadi kan pasti derajatnya naik beberapa tingkat. wakakaka...

pagi ini, aku menikmati segarnya pagi di jaln-jalan ubud bersama rabassa.
angin pagi yang segar, di tempat yang belum begitu parah polusinya, membelai wajahku.
muter-muter, dari padang tegal, aku melewati jalan monkey forest, membelok kanan di arah pasar ubud dan terus ke andong. lalu balik lagi melewati jalan arah padang tegal ke komaneka. menyenangkan.
lebih menyenangkan, karena radiohead-hail to the thief menemani.
angin-pagi-jalan-jalan-ubud-radiohead-hail-to-the-thief-rabassa

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...