Friday, September 16, 2005

sophia latjuba

kegiatan pertama setelah bangun tidur tadi pagi adalah menghidupkan komputer,
lalu main zuma sambil dengerin infotainment.
kata mbaknya yang jadi presenter... sophia latjuba melahirkan anak perempuan dari michael villareal.
nama anak itu manuela azizah. wah...wah...wah...
aku langsung ngeliat TV deh... dan berhenti main zuma sebentar. disitu keliatan sophia yang perutnya lagi gede, gambar yang diambil semasa yang bersangkutan lagi hamil.

tunggu...tunggu...
hamil itu kan 9 bulan... tapi sepanjang yang aku ingat, aku cuma pernah nonton pas sophia lagi rebutan laki sama seorang perempuan bule. dan sekarang udah melahirkan anak?
wah...wah...wah... jadi emang udah lama banget aku nggak nonton TV yah?
kapan hamilnya coba?

Monday, August 01, 2005

tony. juragan bakso

Photobucket - Video and Image Hosting

panggil dia tony, maru atau tonymaru atau yanton. kamarnya terletak di tengah-tengah rumah warkop. persis didepan gang yang mengarah ke kamar mandi. kamarnya adalah tempat rekreasi yang baik... karena ada komputer dengan MP3 favorit keluarga... dan ada zuma! game yang digilai oleh semua anggota keluarga warkop. jadi di kamar tony, siapa aja bisa nongkrong... ditta, wisnu, tony, naomi, aku, onet... yang gak begitu sering kesitu cuma mas beny, karena dia punya singgasana-nya sendiri.

tony itu lulusan arsitek unpar dan dia sekarang menganggur setelah resign dari sebuah biro konsultasi arsitektur...si tony ini selalu nggak rela kalo tempat tidurnya aku smurf. apakah smurf itu? yaitu adalah sebuah gerakan yang aku lakukan setiap kali datang ke warkop. pertama, aku ambil ancang-ancang beberapa langkah dari pintu kamar. lalu aku berlari kencang dan menjatuhkan badanku setelah melambung sekitar 150 cm di udara, supaya jatuh ke kamar tony.

suatu ketika, dia pernah memasang tulisan di pintu kamar
"dilarang mensmurf di kamar ini"
tapi tentu saja, tulisan itu nggak ada pengaruhnya buatku. kegiatan mensmurf tempat tidur tony terus berlangsung dari hari ke hari.

kalo aku main zuma di kamarnya, dia akan ngajakin aku ngobrol, supaya main zumanya jadi kacau... karena katanya "dilihat dari cara mainnya emang nggak ada harapan untuk bikin rekor sih..." dasar nggak sopan!
setiap kali aku datang ke warkop, tony akan menagih bakso. entah itu karena dia pesan dulu atau nggak. tetap aja ngotot untuk minta bakso. saking senengnya sama bakso solo yang di peliatan itu, waktu berhenti kerja, dia bilang kalo dia mau jadi juragan bakso aja...

Friday, July 29, 2005

wisnoe. the beloved samurai

bicara tentang pak ktp berarti harus bicara tentang wisnoe. mas wisnu, begitu kami memanggilnya... dan kadang juga bisa menjadi WM, leo atau el. tergantung siapa yang memanggil. 'affair'ku dengan mas wisnu berawal dari upayanya untuk menyelamatkanku dari pak ktp...

pak ktp adalah panggilan kesayangan dari kami untuk pak ardha. pemilik rumah warkop. pada suatu pagi, jam 7 tepatnya... aku harus pulang buru-buru ke ubud karena mau ngantor. malam sebelumnya aku nginep sama ditta karena kemaleman pulang setelah sesorean kami berbelanja belanji di kuta galeria. waktu aku turun kebawah, aku ketemu dengan si bapak kos... dan dengan manis aku menyapanya "selamat pagi pak!"
alih-alih membalas sapaanku, dia malah bertanya dengan nada galak "abis nginep-nginep disini ya?"
dasar akunya masih tolol karena belum sepenuhnya bangun, ato emang hari itu lagi innocent, aku membalas kegalakannya dengan ucapan lugu "iya..."
wah! reaksi berikutnya betul-betul dahsyat... seketika dia memanggil ali, pembantunya dan bilang "aliii! kalo dia nginep-nginep disini lagi, minta ktpnya!" ihihi... seketika itu juga dia dipanggil pak ktp olehku.

waktu mas wisnu denger tentang insiden ini, dia berjanji untuk memperkenalkanku secara pribadi pada pak ktp. selama ini, nggak ada yang tau kenapa, setiap orang yang 'dibawa' oleh mas wisnu, entah itu sebagai saudara, adik, ato sepupu, atau bahkan keponakan, selalu diterima dan disambut baik oleh pak ktp sekeluarga. giliranku datang pada saat pesta ulangtahun cucu pak ktp, dimana semua anggota warkop diundang. oleh mas wisnu yang hari itu kebagian memotret, aku dikenalkan sebagai temannya. karena dia udah keabisan stok adik dan saudara.

reaksi pak ktp lagi-lagi berlebihan, karena malah langsung mengklaim-ku sebagai 'calonnya wisnu' dan lalu disambung oleh ibu ardha (karena orangnya baik, jadi jangan disebut bu ktp) dengan ucapan..."wah... cocok-cocok..." yah... jadilah aku dan mas wisnu jadi calon untuk masing-masing. calon arang.

mas wisnu bekerja sebagai fotografer profesional walaupun dia lulusan hi unpad. tipikal fotografer, dia sangat perhatian pada hal-hal kecil, pada semua detail. secara pribadi, dia adalah tempat curhat! hehehe...
karena memang karakternya yang (kata onet) seperti kakak buat kami semuanya. orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. yang padanya, kita bisa bicara nyaris apa aja, tanpa khawatir akan nggak dihargai.
dalam beberapa hal, dia pemalu. makanya di friendster pun, sampai saat ini nggak ada satupun fotonya terpasang. waktu masih muda, dia adalah pembalap sepeda. sampai hari ini pun, disaat senggang, mas wisnu masih bersepeda kesana kemari. impiannya sejak lama adalah punya rumah di ubud. I was trying to persuade him to move to ubud, eventhough he hasn't buy any house yet. and I guess he think about it seriously.
kamarnya adalah sumber bantal, selimut dan guling tambahan buat onet, ditta dan aku kalo kami nginep di warkop karena saking sibuknya, dia jarang pulang. baru sekali ini aku ketemu orang punya dua guling dan hanya satu bantal di kamarnya.

salah satu yang paling aku hargai adalah waktu aku sedih dan aku bercerita padanya... dia nggak melarangku untuk sedih. karena katanya kesedihanku itu wajar dan manusiawi. dan itu malah bikin aku nggak tenggelam lama dalam kesedihan. dia melihat sedihku dengan cara yang berbeda. mendengarkanku, lalu mengajakku ke pantai. membiarkan aku yang cerewet diam lama di depan hamparan ombak... sampai ocehanku balik lagi, pertanda aku sudah sembuh.

ini satu-satunya foto mas wisnu yang kupunya. waktu dia sedang ngantri bayar makanan di waroengkoe. jangan salah dengan yang baju ijo. itu mbak kasir!

Image hosted by Photobucket.com

Monday, July 25, 2005

naomi dari tukad musi

sepanjang bulan juli 2004, hidupku penuh petualangan. sebetulnya petualangan itu dimulai sejak akhir bulan juni. saat itu, aku berkenalan dengan beberapa orang yang tinggal bersama di sebuah rumah kos yang terletak di renon, denpasar. mereka menyebut diri sendiri anak TKM, kependekan dari Tukad Musi, nama jalan tempat kos itu berada. tapi sejak sebuah kecelakaan nama bikinan dion -seorang punker-gothic- rumah itu punya julukan baru. warkop. kalo kamu pernah nonton film-film warkop; dono, kasino, indro, pasti kebayang di rumah seperti apa mereka tinggal. ini memang tipikal rumah yang biasa mereka pergunakan untuk syuting film. tiga tokoh itu akan melakukan hal-hal yang bodoh dirumah, sementara para pemain perempuan, biasanya eva arnaz, nurul arifin, sally marcelina atau merriam bellina, akan berlari-lari alias jogging dengan legging ketat di taman bunga cibubur...

di rumah itu, tinggalah ditta. yang lalu mengenalkanku pada naomi. bisa juga dipanggil mimi atau mimi-chan, naomi lahir dari ibu yang orang jepang dan ayah yang orang kalimantan. dia bisa bicara bahasa indonesia dan bahasa jepang sama baiknya. jadi, tergantung dalam bahasa apa, naomi yang suka kucing ini akan menjelma jadi pribadi yang keliatan beda. pekerjaannya berhubungan dengan urusan kerajinan atau handicraft dan sejenisnya. dia akan mencari-cari barang barang yang diperlukan dan mengirimnya kepada pembeli di jepang. dan sekitarnya. tergila-gila sama permainan zuma. well... aku pikir semua anggota rumah warkop suka main game itu. tapi cuma naomi atau naomiawww yang akan ribut berkepanjangan kalau game itu lagi ngambek. atau hang.

naomi juga gampang lapar. dan gampang ngantuk. kalau kita naik mobil sama-sama, dia yang akan paling dulu terkapar, dimanapun dia duduk. sepertinya dia punya bakat untuk langsung terlelap setelah naik diatas kendaraan. entah mengapa. pekerja keras dan penuh perhatian. walopun suka gampang berubah pikiran juga. mungkin karena urusannya banyak... kadang naomi nggak cukup sabar untuk pergi main sama kami. karena kami sering lupa waktuuuu...

ah, ini aku, ditta-berbaju hitam- dan naomi saat kami menghadiri pesta ulang tahun cucu pak ktp yang pertama di kfc sanur. lengkap dengan topi chaki-nya. yayaya, cucu pertama, dan ulang tahun ke-1.
how do we look here? imut 'kan?

Image hosted by Photobucket.com

Wednesday, July 20, 2005

in memoriam

Image hosted by Photobucket.com

May you rest in peace, dear friend...
God shows us how He really love you
Lend your strength to us, to continue your journey
Your unfinished future and your legacy in love

Fajar
Passed away on 20 July 2005
03.30 AM
After a terrible motorbike accident on Saturday, few days before

Thursday, July 07, 2005

tiga hari dalam sepatu

ini adalah cuplikan 'surat kepada emili sabadell' yang ditulis hanafi untuk pamerannya di bentara budaya, jakarta.

...
Emili, setiap kejelasan akan membuka kejelasan yang lain, satu gagasan akan melahirkan gagasan berikutnya, dan kita tinggal di dalam aturan yang sudah ditentukan diawal permukaan, yang lebih penting dari lainnya adalah cara melihat bukan cara melakukan. Cara melihat akan menentukan perilaku hidup, hidup itu sendiri "perlakuan sudut pandang" yang membentuk "kepribadian" dan pertautan antar pribadi disebut "kebudayaan". Lalu, kebudayaan merias wajah suatu bangsa

Sepatu, ialah wajah kita, sudah berulang kali kau tanyakan kepadaku: Kenapa aku suka sepatu, setiap kita jalan di "Courte Ingles" aku selalu berdiri lama diantara rak sepatu, mengamati sepatu ialah mengamati kepribadian, rupa-rupa wajah sebuah bangsa, melihat sepatu aku terbayang wajah pemiliknya, setiap melihat sepatu aku melihat jalan panjang, seperti mobil dan jarak tempuh, melihat sepatu juga melihat awal sebuah negara dimulai.

Tetapi di negeriku, orang-orang tak punya sepatu, Bapakku hanya punya satu sepatu, itupun lantaran harus memakai sepatu bila mengambil uang pensiunan bekas tentara Veteran, di ujung jalan arah kota, dan orang Toronto tak sedih sedikitpun: di Indonesia tak mengapa tak punya sepatu, sebab disini tak ada musim salju.

...
Musim panas ini Hanafi, daun-daun jati mulai membuat layang-layang dari daun kering, begitu bunyi sms pertama hari ini, datang dari arah timur, teman lama, Afrizal Malna. Tetapi bulan Mei ini masih mengirim air hujan di malam hari, mengetuk kaca jendela rumahku dan membuat punggung kolam seperti cahaya beribu kunang-kunang dan Afrizal: di Jakarta ada orang yang masuk dalam sepatuku, ia ingin tidur disana meminjam mimpi-mimpiku. Lalu setiap aku ingin memasukkan kakiku ia berontak, ia akan tinggal disana untuk waktu yang tidak ditentukan.

"Aku bisa tinggal dimanapun aku harus tinggal, tidurlah dalam sepatuku, raih mimpi tentang keabadian, tentang syurga yang terbuat dari kulit jeruk, pulut kulitnya jadikan sutera atau kelambu yang menjaga tidurmu, tidurlah sayang..."

...
Emili Sabadell, apabila suatu hari nanti ada orang yang masuk dalam sepatumu, biarkan saja, sebab orang itu ingin kegelapan diluar matanya sendiri, setiap sepatu tak memiliki ventilasi yang cukup, pengap disana, seperti kota yang dibangun tanpa rencana, tiba-tiba dan tergesa, sebuah kota tak pernah menyediakan waktu untuk duduk sejenak: memandang hijau daun-daun Mapel digoyangkan angin, memanggil malam menjadi purnama.

...
Hari ini aku mendapat cukup banyak surat aku tak perlu membuka semuanya di hari yang menyimpan detik-detik akhir musim hujan, tetapi tiba-tiba aku tertarik oleh satu surat yang berbadan tebal. Surat tebal itu berisi sebuah kisah sedih: Bila sampai waktu yang ditentukan aku tak mendapatkan sepatu, aku tak akan diperkenankan mengikuti Ujian Akhir Nasional, dengan begitu pupuslah hari depanku... surat itu datang dari Sumatera Selatan dan ia membayar tiga ribu rupiah untuk sampai di rumahku. Kenapa kita tidak belajar dibawah pohon-pohon besar saja, setiap musim panas tiba kita bisa membuat layang-layang dari daun kering. Bukankah anak-anak suka menerbangkan kapas dibawah pohon-pohon randu tanpa sepatu.

...
Tapi kenapa Emili, kini ada orang tidur dalam sepatuku, setiap aku hendak memasukkan kakiku, ia memberontak ingin menikamku..., kenapa ia demikian hasrat: menelikungku...


kukatakan pada hanafi, aku membaca sindir dan suratan hatinya dengan senang hati, karena ia tak berusaha menegak-negakkan kebenaran dan tak pula menghujat dengan kasar, maka dengan demikian, uangkapnya jadi mengena...

Saturday, July 02, 2005

regret

kalau saja aku tau, debutku jadi model akan dimuat full page di sebuah majalah travel dari perancis... aku pasti atur supaya fotonya pake setting facial, bukan foot wash.
ah...penyesalan memang selalu datang belakangan

Image hosted by Photobucket.com

Wednesday, June 29, 2005

english course for policeman

Dear Mr. Policeman...

I got an email from a friend today, asking me to support the campaign for 'hari anti madat sedunia'
He was also sending an image in the attachment.
As I'm seeing this image, I strongly suggest you to take an English course immediately. For your own good, your own sake... please.

Best regards,

Dian Ina

Image hosted by Photobucket.com

Monday, June 27, 2005

under construction

galeriku...maksudku, galeri tempatku bekerja, mulai hari ini resmi direnovasi.
setelah tertunda selama lebih kurang sembilan bulan, akhirnya kerja untuk merombak bagian depan galeri dimulai.
akan jadi apa nanti? aku nggak bisa kasih tau sekarang.
lebih baik kalo langsung datang aja dan lihat, apa yang akan kami buat,
setelah rumah kecil serupa dangau di bagian depan dibongkar...
pohon di sebelah pagar parkiran dibongkar
dan parkirannya pun dibongkar...

selamat menebak-nebak!

Saturday, June 25, 2005

a twilight in petulu

burt, begitu dia menyebut namanya. aku sendiri nggak yakin apakah begini cara menulis namanya. sejujurnya, yang melayang diudara waktu dia menyebut namanya adalah bert, yang mengingatkanku pada nama tokoh di sesame street.

bert yang jangkung dan suaranya bernada rendah dan suara tawanya seperti robbie williams di lagu me and my shadow, kelihatan atletis di antara akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan. memakai celana pendek dan t-shirt hitam yang disablon gambar tokek dan tulisan I Love Ubud Bali. gerak geriknya seperti penjelajah, pecinta alam yang menyukai kegiatan-kegiatan di udara terbuka. menyandang back pack di punggungnya. setiap hal yang dilakukannya seolah pasti dan teratur. tenang, kalem tapi awas, seperti pengamat di sebuah pertandingan tenis. sepertinya, pergi ke petulu untuk melihat burung-burung kokokan pulang ke sarangnya adalah hal yang setiap hari dilakukannya.

waktu kami berjalan kaki menyusuri jalur pohon-pohon di tengah desa petulu, barulah aku lihat geraknya yang lebih ekspresif. dia minta aku menceritakan bagaimana aku bisa bekerja di komaneka. menyimak ceritaku sambil membidikkan kameranya kearah burung-burung kokokan yang mulai hinggap di sejumlah pohon dan kadang-kadang bergerombol mengitari udara diatas kepala kami dalam manuver yang cantik. pesolek dan tukang pamer... gerutuku pada burung-burung yang seluruh tubuhnya putih kecuali paruh, dan cakar-cakarnya itu...

aku suka caranya membahasakan maksudnya... berbeda dengan yang kusangka, ternyata dia bekerja untuk sebuah bank dengan aset senilai 120 milyar di bagian IT di philadelphia. setelah bertanya apakah aku bisa bicara bahasa jepang, dia bercerita tentang buku berjudul shogun and taipan, yang membuat orang bisa bicara bahasa jepang, tanpa memahami maksudnya.
waktu dia bicara tentang kisah yang dibuat oleh la fountaine, tentang burung bangau yang terlalu serakah dan menunggu ikan yang lebih besar datang sampai akhirnya menjelang sore, dia makan ikan yang sangat kecil, lebih kecil dari ikan yang ditemukannya di pagi hari... aku jadi berdiri sangat dekat dengannya dan bisa mengendus aroma sandalwood. mungkin parfum, mungkin juga aftershave...

nyaris dua jam aku menemaninya ke desa petulu sepanjang tur menjelang senja itu. cukup lama untuk tau kalo sebelum ke komaneka, dia pergi ke pulau komodo dengan kapal dan ber-scubadiving-ria, bahwa dia nggak suka nasi campur, sempat ketipu sama cabe hijau yang dikiranya peas, menghabiskan masa kecil dan sebagian masa sekolah di perancis, mau balik ke pulau komodo untuk membersihkan sampah-sampah yang dibuang sembarangan sama kapal pesiar ke pantai dan harus melompati turunan yang sempit dan curam karena menuruti saran seorang wayan waktu menjelajah di jalur trekking di sekitar ibah...

untunglah aku nggak langsung nolak waktu ayu bilang dia sendirian dan sebaiknya ditemani ke petulu walaupun udah ada driver. aku ingat usaha ayu untuk meyakinkanku kalo bert cakep. well, he's mature and not bad, ayu... not bad at all...

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...