Friday, September 14, 2007

Menyiram bunga dengan Matematika

tiba-tiba aku berpikir tentang rumus-rumus Matematika.

ceritanya aku lewat Jalan Hanoman dalam perjalanan singkat 6 menit dari rumah ke kantor. lalu aku lihat orang sedang menyiram bunga. alih-alih pake gembor, dia melubangi pantat ember dan membawa embernya keliling-keliling di sekitar petak bunga. keliatannya sama aja, sih. tapi kalo dipikir lagi, dibandingkan dengan gembor yang hanya berlubang di bagian mulutnya... pada proses mengisi air dan membawa ember itu dari keran air ke petak bunga, pasti udah ada air yang tumpah. dan bunga yang paling deket dengan keran air akan menerima air paling banyak, atau malah kebanyakan, sementara petak bunga yang letaknya paling jauh dari keran air akan menerima air paling sedikit. tanpa rumus Matematika, kita bisa tahu kalau gembor lebih efektif daripada ember yang pantatnya dilubangi.

nah, pikiran tentang rumus Matematika itu datang karena aku bertanya dalam hati, mana yang lebih efektif dan efisien. menyiram dengan gembor, atau selang air?
persoalannya dengan selang air adalah, kita nggak bisa langsung mengukur berapa banyak air yang dikeluarkan untuk sepetak bunga. kalo di gembor air kan gampang banget. sekali angkut 5 liter, tiga kali angkut 15 liter. katakan yang tumpah dalam sekali angkut 200 ml, berarti bisa menyiram seluruh petak bunga dengan 14,4 liter.

sementara untuk mengukur dengan selang air, kita harus memperhitungkan kecepatan air mengalir dan jumlah air yang keluar dari mulut selang dalam satu waktu tertentu (misalnya 5 menit), dan air yang tumpah atau nggak terpakai adalah air yang masih ada dalam badan selang setelah air dimatikan.

kalau udah bisa menghitungnya, baru ketahuan, pada saat bagaimana selang lebih efektif, dan pada saat bagaimana gembor lebih efektif. walaupun jelas pakai gembor lebih capek ngangkatnya daripada kalo pake selang air.

setelah memikirkan itu, dan tidak berhasil mengingat-ingat rumus Matematikanya, aku jadi menyesal dulu suka nggak serius sama pelajaran Matematika, dan memandang papan tulis dengan pikiran..."mo dipake apa sih rumus kayak gitu?". dan akibatnya nilai Matematika-ku emang paling bagus 7. hihihi... itu pun udah pake acara minta diajarin sama cowok ganteng tetangga depan rumah temen sekelasku.

tapi memang sepanjang sejarahku sekolah, guru Matematika yang aku temui tidak pernah berusaha membuat pelajarannya jadi menarik. sepertinya lebih menikmati citra kalau pelajaran Matematika itu sulit, kalau gurunya membosankan, atau killer.
sebenarnya ini semacam seruan buat para guru Matematika, supaya orang-orang seperti aku semakin berkurang:D

anyway, ada yang mau ngerjain hitungan Matematika buat masalah yang diatas tadi?

Wednesday, September 12, 2007

peti untuk jantungku

aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertamaku sesaat setelah sampai di Aneh-Aneh.

tempat itu adalah penggambaran yang sempurna terhadap Jones Salvage Yard milik Paman Titus dalam cerita Trio Detektif. bedanya, Aneh-Aneh melulu berisi kayu. dari pangkalan terbukanya, yang terlihat hanyalah kayu sepanjang mata memandang. sebagian besar dari kayu-kayu yang ada disana adalah bagian bonggol pohon, yang paling dekat dengan akar. lalu ada juga lempengan kayu yang tebalnya berbelas atau berpuluh senti, dengan ukuran lebar yang membuatku berdecak kagum. membayangkan bahwa lempengan kayu itu berasal dari sebuah pohon yang begitu besar, sampai diameternya bisa mencapai 2M, atau lebih. apapun yang terbuat dari kayu yang bisa kamu bayangkan ada disini. kursi, meja, lemari, papan, balok, patung, pitu kuno, kerangka rumah, tiang yang biasa ditemui dalam rumah-rumah Jawa di Kudus, patung, fosil kayu, lempengan papan yang memotong penampang melintang akar (dan membuatnya jadi mempunyai lekukan indah secara alami), serbuk kayu, serutan kayu, serpihan kayu... apapun.

di tempat itu juga aku melihat berbagai jenis kayu. jati, ebony, ulin, asam, johar, sonokeling dan entah apalagi. selain daerah hamparan terbuka, terdapat juga berbagai ruangan yang merupakan tempat penyimpanan kayu-kayu khusus, bengkel kerja untuk proyek-proyek yang berhubungan dengan kayu, ruang pamer patung dan benda-benda yang hendak dijual, kantor, rumah tinggal pak insinyur, pokoknya... tempat itu adalah labirin kayu yang menyimpan dan mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan kayu.

dari kartu namanya, aku bisa membaca kalau Aneh-Aneh yang menyebut dirinya 'Curious Arts' ini bisa mengerjakan segala jenis furniture kayu, rumah yang bisa dibongkar pasang, mereproduksi benda-benda tua yang terbuat dari kayu (mungkin bisa juga mendiskusikan pembuatan benda antik, hihi), mencarikan benda-benda yang jarang ditemukan (aku nggak tau bendanya harus terbuat dari kayu atau nggak), juga membuat benda-benda berdasarkan pesanan.

sore itu, aku menemani Onet memesan kursi yang diinspirasi oleh desainer-arsitek-seniman kesayangannya, Gaudi.
dan saat menelusuri tempat itu, aku justru tertarik pada benda ini:





mungkin aku akan memesan peti ini untuk menyimpan jantungku. agar bisa kuberikan padamu, supaya aku bisa selamanya mengarungi lautan. dan kamu menjelma jadi penguasa lautan karena mencintaiku.
yaya, ini khayalan untuk menemani hari pertama berpuasa yang baru dimulai 5 jam yang lalu. selamat berpuasa juga buat kamu:D

Monday, September 10, 2007

siapa yang bilang...



kalau film ini film komedi yang lucu?

jangan tertipu sama gambarnya yang cheesy, maupun pilihan font-nya, dan tampang para pemainnya yang terlihat imut. jangan cepat-cepat bilang  kalo dari covernya, film ini mestinya film nggak penting kayak reality show-nya Paris Hilton yang nggak banget.

ceritanya manis dan mengalir dengan enak. dialognya enak didengarkan, nggak berlebihan dan dalam beberapa scene cukup penting untuk dikutip. dan karena film ini bercerita tentang persahabatan, banyak adegan yang terasa sangat mengharukan.

padahal aku mau nonton film ini karena dikasih tau kalo filmnya lucu dan menghibur.
tapi sekarang aku malah bersimbah air mata. haduh...

*ambil tisu lagi*

Sunday, September 09, 2007

lagi baca bukunya Pak Wimar

sekarang ini, lagi baca refleksinya Wimar Witoelar yang judulnya 'No Regrets'.

yaya, aku tau ini basi banget karena buku itu udah terbit dari sejak tahun 2002. bahkan sebelum aku lulus kuliah. tapi nggak papa kan? malah menurutku, sebaiknya aku baca buku ini skarang, karena pengalaman menyaksikan naik turunnya presiden udah aku alami beberapa kali.

Suharto-Habibie-Gus Dur-Megawati-SBY

sempat nggak nonton TV selama hampir dua tahun, dan sempat merasa ketinggalan isu-isu politik yang beredar disana sini. tapi nggak apalah. lha wong kalo ngeliat berita di TV, aku malah jadi emosi sendiri. kenapa sih otak pada nggak dipake? kok bisa-bisanya bikin kebijakan konyol kayak gitu?

tadinya kukira, kalau aku nggak ngerti isu yang beredar dan sibuk sama diriku sendiri untuk beberapa saat, aku akan lebih bisa menghargai apa yang dilakukan pemerintah negara ini dan bis amengharapkan perubahan ke arah yang lebih positif. tapi ternyata aku salah besar. rasanya segala hal makin parah aja.

aku suka berpikir kalau para politisi, orang-orang yang duduk di pemerintahan, anggota DPR yang selalu sok kebakaran jenggot tapi nggak berbuat apa-apa untuk hal-hal yang penting, sebaiknya disuruh duduk manis di kelas mata kuliah Strategi. supaya jangan terlalu sering bikin kebijakan konyol yang membuat mereka semakin bodoh. tapi kalo dipikir lagi...

mungkin mereka malah akan tertidur di kelas, mungkin mereka akan bengong dan menanyakan hal-hal yang bodoh dan tidak relevan, mungkin mereka hanya akan manggut-manggut dengan tatapan kosong dan bilang setuju sambil bertepuk tangan di akhir kelas, tapi don't have the slightest idea, apa yang dibicarakan di kelas itu. capek deh...

aku jadi memikirkan politik lagi gara-gara baca 'No Regrets'.

tapi yang paling penting sebenarnya, buku ini mengklarifikasi hal-hal yang membuat keningku berkerut di masa lalu, atas sikap dan kebijakan Gus Dur. aku jadi bisa manggut-manggut sambil bergumam "oo... ternyata gitu toh?" pada diriku sendiri sambil mebaca-baca tulisan yang tercetak di dalamnya.

makasih ya, Pak Wimar...
*kasih senyum yang paling manis*

hmmm, mungkin habis ini akan aku teruskan dengan baca 'Hell, Yeah!'
eh tapi... Cosa Nostra: A History of The Sicilian Mafia-nya masih menganggur tergeletak di meja. hihihi... kalo sama buku memang suka lapar mata. dan tau-tau khilaf berbelanja:D

Pak Wimar, kapan ke Bali lagi? nanti saya ajak makan bebek goreng:D

Sunday, September 02, 2007

disambiguation

Kevin told Azlina that he likes me because I'm a giggler. hihihi.
komentar yang autentik dari orang yang mengomentari Thom Yorke dalam album The Eraser dengan "how cute..."

Norman bilang aku adalah seorang komedian.
waktu itu kami baru selesai meeting sambil makan dessert di La Lucciola. tempat itu dipilih karena letaknya persis di depan pantai Kayu Aya. tapi jangan tanya harganya.
entah bagaimana, tiba-tiba obrolannya sampai pada soal kucing. Norman bercerita tentang Lucifer, kucing hitamnya yang sangat lucu sekaligus nakal.
hari itu, tetangga Norman di apartemen mengundang bosnya untuk makan. entah bagaimana, Norman tahu kalau perempuan separuh baya ini nggak begitu pintar memasak, tapi hari itu dia menyiapkan pie daging untuk menjamu bosnya. setelah pie itu matang, ia mengeluarkannya dari oven, lalu meletakkannya diatas meja supaya dingin. tapi ia lupa menutup jendela. Lucifer yang nakal kemudian masuk ke dapur wanita itu dan menyantap pie daging, sampai tertangkap basah oleh wanita malang yang harus menanggung malu di hadapan bosnya. atau kira-kira begitulah yang dia katakan ketika mendatangi apartemen Norman sambil marah-marah, sementara Norman tak kuasa menahan tawa.
aku bilang sama Norman, harusnya bos wanita itu berterima kasih pada Lucifer. "he might get poisoned, you know!" kataku pada Norman yang seketika terpingkal-pingkal.

kata Krishna, aku selalu pintar. bahkan meskipun belum makan.
makanya dia nggak setuju Indra menyebutku SAM karena aku baru smart after meal. kalaupun harus SAM, mestinya untuk smarter after meal.

kata Erwin, bertahun-tahun yang lalu, aku terlalu rasional.
karena ketika dia mengeluh panjang lebar tentang kematian teman-temannya waktu mendaki gunung, aku bilang padanya "yang meninggal harus direlakan, supaya mereka tenang. yang ditinggalkan, masih punya banyak urusan yang belum selesai. termasuk diantaranya menghadapi orangtua mereka-mereka yang meninggal, dan meminta penjelasan"

kalo dipikir-pikir lagi, ngomong begitu sama yang lagi susah itu terdengar kejam. dingin.

beberapa yang lain bilang pikiranku seperti kartun. terlalu banyak gambar yang berseliweran dalam kepalaku sampai sulit buatku untuk membedakan mana yang nyata, dan mana yang terjadi di dalam mimpi. misalnya seperti ingatan tentang senja ketika aku melihat beberapa orang Kaukasian berpakaian lusuh berjejalan di dalam mobil bak terbuka. mereka seperti kumpulan tukang batu yang baru pulang bekerja. tapi mereka Kaukasian. masa sih mereka jadi tukang batu?
sampai hari ini aku nggak ingat apakah itu mimpi atau bukan.

tapi aku juga sempat sedih karena ada dua orang yang pernah bilang kalau aku terlalu pintar dan terlalu maju. halah, itu maksudnya apa ya?
apa karena mereka merasa bodoh? apa mereka merasa minder? atau karena menurut mereka, semestinya perempuan nggak lebih pintar dan lebih maju dari laki-laki?

mayoritas orang bilang aku banyak bicara, atau disebut juga ceriwis, atau disebut juga cerewet. Ido bilang dia langsung tahu kalau aku yang datang ke Warkop karena suaraku terdengar membahana dari ujung ke ujung ruangan. "kamu nggak pernah capek bicara ya?" tanya-nya. hihihi
kalau dipikir-pikir, mulut inilah yang "memberiku makan" dalam beberapa tahun terakhir. jadi aku nggak keberatan dengan segala sebutan itu.

kemarin, Windu bilang aku ini mutant. seperti Wolverine. he? kok bisa?
*ngeluarin pisau tajam dari sela-sela jari*
aku cakar-cakar kamu, Ndu!

Friday, August 31, 2007

pesan dini hari

Success! All wrapped up.
So relieved.:-) hugs.
K
12:14am 31/8/07

I'm sooo happy for you, my dear. akhirnya, setelah semua masalah, kerepotan, ketegangan dan caci maki, kamu berhasil melewati semuanya dengan baik. selamat yaaa:D

oh, yours is the best sms I've received this week.
you make my day;)

Thursday, August 30, 2007

the song of the reed

And when the rose is gone, the garden faded,
you will no longer hear the nightingale.

The lover is a veil, All is Beloved,
Beloved lives, the lover is a corpse.

When Love no longer has a care for him
he's like a wingless bird - alas for him!

How can I understand the things around me
when my companion's light is not around me?

But Love demands that these words shall be spoken;
how can a mirror be without reflection?

--The Song of The Reed,
dari Masnavi. The Spiritual Verses--

untuk kalian yang mendukung dan membesarkan hatiku sampai saat-saat ketika larik-larik itu selesai dituliskan. mungkin aku nggak way beyond classification, not that talented, and can not make lovely lines, but I guess I've declared it clear enough.

and to have you all meant so much for me. thank you very big yaa!
mwah!

Wednesday, August 29, 2007

govinda

waktu dia pergi keluar negeri, aku minta dibawakan spot wand, semacam kosmetik untuk menghilangkan noda-noda di wajah. tadinya aku nggak menyangka cowok akan mau dititipi benda semacam itu. tapi dia menyanggupi.

waktu pulang, dia tidak berhasil menemukan benda yang aku maksudkan. dia bilang, dia sudah bertanya pada penjaga toko di setiap pusat perbelanjaan yang didatanginya, tetapi hasilnya nihil. mereka malah menyarankan padanya untuk pergi ke sebuah toko yang cukup terkenal. dia tahu, aku juga memakai produk dari toko itu.

lalu aku membuka bungkusan yang diulurkannya. dia memberiku concealer.
"fungsinya sama kan?" tanyanya.
aku mengangguk sambil bergumam tak jelas. bagaimana caranya menjelaskan perbedaan mendasar antara spot wand dengan concealer pada seorang laki-laki (yang nggak dandan), tanpa membuatnya merasa gagal menemukan barang yang tepat?

aku perhatikan lagi concealer itu tanpa membukanya. aku tau benda ini mestinya datang dengan berbagai tone warna yang nyaris sama dan hanya dibedakan oleh angka.
"kenapa milih warna yang ini?" tanyaku padanya
"kan itu warna kulit kamu" katanya dengan ringan, seperti menceritakan hal yang sudah jelas. gitu aja kok pake nanya sih? kira-kira gitu deh.

dan aku tersenyum. kamu memang laki-laki yang sensitif dan bisa mengerti perempuan, mas. nggak heran ada sederet nama (termasuk aku) yang rajin mendatangimu waktu perlu curhat. tapi kok masih belum ada yang bisa membuatmu berlabuh dan meletakkan sepeda juga kamera pada prioritas ke-sekian ya?

Thursday, August 23, 2007

ini Pak Nasir yang itu

aku disambut dengan senyum oleh tiga orang yang duduk di meja itu. tentu saja aku segera mendatangi Azlina, karena padanya aku berjanji untuk datang dan menemui teman-temannya dari Jakarta yang sedang ada di Ubud.

"this is Laura" katanya memperkenalkan gadis muda yang sibuk dengan pensil dan buku sketsa. wajahnya separuh asing namun bernuansa Asia. pastilah ia berdarah campuran.
"ini Pak Nasir" lelaki separuh baya itu tersenyum dan mengulurkan tangannya yang hangat.

aku duduk di satu-satunya kursi yang tersisa, membaca menu yang disodorkan pelayan, memesan dan mulai terlibat dalam percakapan mereka. Laura masih sibuk berkutat dengan pensil dan buku sketsanya. sudah bertahun-tahun aku tidak menganggap sikap seperti itu sebagai tidak sopan. seniman yang baik adalah seniman yang mencurahkan hidupnya untuk berkarya.
seperti yang ditulis Laura di sampul buku sketsanya.

home is here.
home is where a pen is near.

ketika Pak Nasir bercerita mengenai "Tribute to Rumi" yang sedang dipersiapkannya untuk Ubud Writers and Readers Festival, barulah Laura bereaksi. tampaknya dia sudah Rumi overloaded, karena selama lebih dari sebulan ini, ia terus menerus mendengar Pak Nasir bicara mengenai Rumi, pada siapapun yang duduk dengannya. "No more Rumi!" katanya sebelum memutuskan pindah ke meja di sebelah.

kami tertawa.
sejujurnya aku hanya tau sedikit sekali tentang Rumi. dan sempat berpikir untuk mencari tahu lebih banyak. aku membuat mental note untuk membaca karya Rumi. segera.

pesananku datang dan aku mulai makan. sebenarnya, mereka sudah lebih lama sampai dan sudah menyelesaikan makan malam, karena aku lebih dulu menyempatkan datang ke pembukaan pameran "Luminescence"-nya Tisna Sanjaya di Tonyraka Gallery. sambil makan aku sempat bercerita tentang diriku, latar belakangku dan pekerjaanku pada Pak Nasir.

tampaknya ia tertarik, karena kemudian memutuskan untuk datang ke Komaneka hari ini.

ia kemudian bercerita tentang biografi seorang tokoh yang tengah ditulisnya. mula-mula aku mengalami kesulitan mengingat nama perempuan yang fotonya ia tunjukkan. tapi kemudian aku ingat, setelah ia memberi petunjuk tambahan. wah! dari cerita Pak Nasir, perempuan ini hebat sekali. dan dia pasti bukan penulis sembarangan kalau sampai mendapat kesempatan menulis biografinya.

Laura baru kembali ke meja kami setelah seseorang nyaris memindahkan kursinya yang saat itu kosong ke meja yang lain. ia lalu menunjukkan gambar yang dibuatnya. potret diri dengan kedua tangan tertangkup di telinga, meneriakkan "NO MORE RUMI!" dengan bulan sendu yang separuhnya tertutup awan di latar belakang. sementara di bagian bawah gambar dirinya, ia menulis "I was raw, I got baked and sold at Casa Luna"

kami semua tertawa melihatnya. Casa Luna itu Restoran dan bakery di Ubud, kalo ada yang nggak tau. dan adalah Rumi yang berkata "I was raw, I got cooked, I burned"

Laura kemudian menunjukkan buku sketsanya. karena Pak Nasir bilang kalau aku manager galeri seni dan mengkurasi pameran juga. sambil melihat drawing didalamnya, kami mulai bicara tentang Takashi Murakami. aku bilang padanya kalau menurutku Takashi adalah salah satu seniman paling penting di Asia saat ini karena karyanya merangkum pop culture, media massa dan sub culture sekaligus. karya-karyanya menjelaskan bagaimana generasi yang tumbuh pada dekade 80'an dan seterusnya dibesarkan di depan televisi, oleh kartun, anime dan manga. dan fenomena ini menurutku, tidak hanya terjadi di Jepang, tapi juga beberapa negara lain di Asia Timur dan Tenggara.
*lirik-lirik id-anime*

sampai kemudian aku menemukan salah satu halaman buku sketsa Laura berisi gadis berusia belasan, dengan ekspresi yang mengingatkanku pada Usagi Tsukino, yang bilang "Leo, do you, do you, do you want to?"
and I simply said "Franz Ferdinand"
Ha! kami ternyata sama-sama suka 4 cowok Scottish yang tergabung dalam grup post-punk itu:D

sementara Pak Nasir berurusan dengan bill (he said jokingly "di negara ini, membayar bill adalah urusan laki-laki"), Laura menulis alamat emailnya untukku, karena aku berjanji merekomendasikan bacaan tentang Takashi Murakami untuknya. ia menulis. Laura-NASIR TAMARA.

aku tertegun.

pantas wajah itu terasa familiar.
bertahun-tahun yang lalu, waktu masih SMP, setiap hari aku membaca artikel-artikel yang ditulis oleh Nasir Tamara, karena kami langganan koran Republika di rumah dan ia menjadi editor disana. wawasan dan pikiranku tumbuh bersama tulisan-tulisannya. aku belum sepenuhnya memahami apa yang kubaca saat itu, tapi setidaknya, tulisan Nasir Tamara yang paling mudah dibaca. dan tentu akibat kelihaian kamera, aku mengira ia lebih jangkung daripada waktu aku bertemu langsung dengannya tadi malam. dulu juga rasanya ia lebih kurus:p

it was nice meeting you, Pak Nasir.

Tuesday, August 21, 2007

I'm only happy when it rains

hujan yang nggak habis-habis sejak selepas tengah malam tadi, udara yang dingin menusuk tulang, orang-orang kantor sebelah yang permintaannya aneh-aneh dan telepon-telepon nggak penting sepanjang hari ini sukses bikin otakku membeku, lalu terus-terusan pengen ngemil. tapi kok ya pas Florentine Cookies-ku habis dan persediaan cemilan yang lainnya nggak dibawa hari ini.

bengong menatap tetes air jatuh diatas daun Heliconia Oranye di depan jendela. daun bambu dan daun kelapa juga basah kuyup terguyur hujan. di depan pintu duduk seorang cowok bule yang jangkung dan kurus, berkaus merah dan lagi bengong. sama-sama menatap langit yang sendu kelabu.

entah dari mana datangnya, di kepalaku melayang potongan lirik-lirik lagu yang disangkut-sangkutkan sama hujan. mungkin ini sisa kenangan waktu jaman sekolah dulu, suka menulis ulang dan menghafalkan lirik lagu, sambil menebak-nebak artinya, karena kalo diartikan pake kamus satu demi satu, setelah disambungkan malah jadi aneh.

malu-malu aku bertanya pada Oom Google dan katanya, ada sekitar 800 lagu yang bercerita tentang hujan, lebih dari 50 diantaranya berjudul Rain saja. dan ada lebih dari 5000 judul album yang didalamnya ada lagu yang pake kata hujan. tapi ini kan terbatas untuk lagu berbahasa Inggris dan mungkin berasal dari Amerika Serikat dan Inggris aja. jadi bangsanya "Tik...tik..tik...bunyi hujan diatas genteng" (lagu ini apa sih judulnya?) dan "Hujan di Malam Minggu" atau "Mendung Tak Berarti Hujan" (aduh, ini kok lagunya nggak ada yang keren sih) nggak termasuk dalam daftar ini.

salah satunya adalah lagu yang mengiringi masa pertumbuhanku, "November Rain" dari band legendaris yang nggak mungkin kamu nggak tau. itu adalah saat-saat aku duduk di depan televisi, mengagumi mata Gilby Clarke yang senantiasa berasap (smokey eyes), legam oleh eyeliner dan maskara.

'Cause nothin' lasts forever
And we both know hearts can change

And it's hard to hold a candle
In the cold November rain
We've been through this such a long long time

Just tryin' to kill the pain

inget nggak gadis berpakaian pengantin yang ada di dalam video klip lagu itu. cakep banget ya? dan katanya sih pas dia jadi model di klip itu dia masih pacaran sama Axl Rose.
mulailah aku bergosip:p

lalu disaat-saat itu juga, lagi heboh-hebohnya lagu "No Rain" dari band yang sampe sekarang masih nggak kupahami kenapa namanya begitu. Blind Melon. emang ada gitu melon yang bisa melihat, mengedip dan melirik?
sebenarnya lagu ini sama sekali nggak bercerita tentang hujan, karena toh judulnya aja nggak ada hujan. tapi memang lagunya bagus, dan ada kata-kata hujannya. nggak papa kan kalo diceritain juga?

All I can say is that my life is pretty plain
I like watchin' the puddles gather rain

And all I can do is just pour some tea for two
and speak my point of view

But it's not sane, It's not sane


Blind Melon sebenarnya band yang cukup oke, tapi berakhir tragis setelah ditinggal vokalisnya yang tewas akibat overdosis cocaine. jadi kayaknya ini juga satu-satunya lagu dari band tersebut yang aku kenal, karena sesudahnya mereka tak terdengar lagi.

nah, waktu aku SMP, ada kelompok vokal cheesy yang lagi ngetop banget, yang namanya Color Me Badd. berhubung pada masa itu aku masih gampang terombang-ambing dan kehilangan arah, walaupun rajin mendengarkan Metallica, aku masih sempat menghapalkan lagu "Close to Heaven" yang mereka nyanyikan dalam dua versi, English dan Spanish. niat yah, aku?
lagu mereka yang bernuansa hujan ini diambil dari album keempat mereka, sekaligus album terakhir yang aku ingat dari kelompok vokal ini. judulnya "The Earth, The Sun, The Rain"

I will love you for the earth at my feet
I will love you for the sun in the sky

I will love you for the falling rain...

I will love you for the heart that could break

I will love you for the dreams that we share
I will love you for the falling rain...

oh, alangkah romantisnya kalo ada yang menyanyikan lagu itu di telingaku, disaat hari sendu kelabu seperti ini. misalnya kalo yang nyanyi itu Andrea Casiraghi, dengan logat Monaco, dan rambut pirang yang berkibar-kibar dihembus angin gunung yang membuatku bergetar kedinginan ini... lalu...
ups! kok tiba-tiba ada adegan sensor berkelebat? kayaknya otakku kebanyakan berfantasi nggak penting nih...

jadi lebih baik kita membahas lagu yang lain saja:D

suatu ketika, di sebuah masa, salah satu mantanku sangat suka "Purple Rain" yang dinyanyikan oleh Prince. penyayi yang sureal dan dandanannya menurutku menyeramkan. dia ini kayak tokoh yang cuma eksis di Wonderland-nya Alice sehingga duluuu... aku terheran-heran kenapa dia begitu dipuja-puja. lha wong dandan aja nggak konsisten. pelihara cambang dan kumis dan jenggot tipis, tapi tetep pake lipstik dan eye shadow dan full make up seperti perempuan. mungkin ini yang namanya dandanan kalengan ya?

aku punya lagu ini setelah putus dengan orang itu. seolah-olah dia yang berusaha berbaik-baik ngomong sama aku, sementara aku males noleh sama sekali:D

I never meant to cause you any sorrow
I never meant to cause you any pain
I only wanted one time to see you laughing

I only want to see you laughing in the purple rain

Purple rain, purple rain

I only want to see you bathing in the purple rain

sejauh ini, nggak terbersit dalam pikiranku untuk bersedih-sedih, menangis bombay, dan meratapi sesuatu yang sudah pergi. jadi lagu tentang hujan yang pilu seperti lirik lagu di bawah ini, biasanya aku hindari. abis efeknya besar sekali, lho!
bahkan ketika dengerin lagu ini dibawah panas terik matahari, suasana bisa mendadak berubah jadi sedikit mellow. judulnya aja "Rain and Tears"

Rain and tears are the same
But in the sun, you've got to play the game

When you cry in winter time

You can pretend it's nothing but the rain


makanya lebih baik mendengarkan lagu comeback-nya tante Mariah Carey dari kehancuran yang memalukan menyusul album dan film berjudul Glitter yang gagal total dan membuatnya tampak sangat murahan. okelah, "Through The Rain" ini juga nggak terlalu berhasil. tapi setidaknya, ada semangat yang bisa bikin orang merasa lebih positif.

I can make it through the rain
I can stand up once again

On my own and I know

That I’m strong enough to mend

And every time I feel afraid

I hold tighter to my faith
And I live one more day

And I make it through the rain


bagian paling seru dari hujan sebenarnya adalah waktu kita bisa hujan-hujanan di tengah jalan, menari-nari sambil merasakan air membasahi seluruh tubuh, merasa seperti sedang dibasuh bersih oleh air yang dicurahkan langsung dari langit. seperti kata Thom Yorke di "And It Rained All Night"

And it rained all night and washed the filth away
Down New York airconditioned drains

The click click clack of the heavy black trains

A million engines in neutral

di seluruh penjuru dunia, hujan dipercaya sebagai perlambang kesuburan dan berkah. menurunkan rejeki dan kemakmuran bagi tanah yang menerima curahannya. maka ketika mendung dan hujan mulai turun, yang kita senandungkan adalah lirik-lirik "Paranoid Android" seperti Radiohead menyanyikannya:

Rain down, rain down
Come on rain down on me
From a great height
From a great height... height...
(yang diulang-ulang sampe ke bagian)
Come on rain down on me

dan bau tanah basah yang wangi segar setelah hujan. dan embun yang terbentuk di jendela. dan bunyi air yang gemericik di atas genting. dan minuman hangat yang mengepulkan asap disaat hujan. dan rinai tipis seperti jarum yang membuat kebun seperti diselimuti sari bunga. dan pelangi samar yang mengambang diatas lembah, sementara dari air sungai kabut naik perlahan. dan aku, adalah gadis yang sangat menyukai hujan.

Thursday, August 16, 2007

telepon genggam

Adis! kenapa harus pake nimpuk? skarang kepalaku benjol:(
duh! ditimpuk juga sama Mami Mira !

kemarin pagi dapet tendangan lewat YM untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang HP. sebenarnya ini topik yang tidak terlalu aku pikirkan, walaupun aku rada susah hidup tanpa HP. karena biasanya, aku mikirin HP cuma kalo udah waktunya harus ganti:D
eh ternyata, ada juga yang menimpuk aku lewat blognya.

baiklah, mari kita mulai melihat-lihat 10 hal tentang handphone-ku yang pernah dituduh mirip Vertu ini. halah...

Motorola E-398. ini HP#4 yang aku punya, setelah 6 tahun-an pakai telepon genggam. dan ini kayaknya juga yang pertama dari Motorola. sebelumnya pernah punya juga Erricson (waktu itu belum berduaan sama Sony) dan Siemens. warna handphone ini item.

jujur yah, aku tuh tipe orang yang memakai telepon genggam hanya buat sms-an dan nelepon aja. dan HP ini nggak ada Fasilitas 3G-nya. dan sampe hari ini, MMS di handphone ini pun belum kuaktifkan. siapa ya yang kemarin sempat mencarikan link untuk mengopreknya?
aku juga nggak pake GPRS. jadi sebenarnya, percuma punya handphone yang terlalu bergaya atau kebanyakan fitur. toh yang kupakai cuma sebegitu-begitu aja.
*menjadi malu*

kalo soal Wallpaper sih rada mendingan. aku lebih sering pake foto diri sendiri, tapi bisa juga pake gambar yang lain-lain. misalnya pernah pasang wajah Maksim Mrvica, trus pernah juga gambar Black Forest cake, foto ulet yang merambat di jendela kantor dengan latar belakang hamparan rumput (iseng banget kan?), atau gambar-gambar karakter dari kartun paling kocak sedunia, Family Guy.
kalo sekarang, aku pake foto wajahku yang dibikin jadi vektor. ini hasil karya JD Avianto. thanks yah, Anto!


didalamnya masih tetap Nomor yang sama dari sejak beli handphone untuk pertama kalinya, bertahun-tahun yang lalu. tapi ada cerita lucu dengan handphone dan nomor penuh kenangan itu. sehari setelah a bitter break up, aku jadi murung dan terdiam seribu bahasa. which in my case, is very serious... mengingat betapa cerewetnya aku di hari biasa. siang hari itu, tiba-tiba Papa ngajakin aku pergi ke toko handphone, membeli HP baru untuk dirinya sendiri, lalu memberi nomor dan menyerahkan telepon genggamnya padaku. mungkin itu caranya untuk bilang "Papa ikut sedih, nak. tapi dunia belum berakhir"

SMS terakhir yang aku terima datang dari Ibu Sarita Newson, mommy-nya Krishna. katanya pengen datang ke acara di Ubud hari Sabtu besok.

oya, tolong jangan tanya-tanya tentang Spesifikasi sama orang yang gaptek kayak aku. coba search spesifikasinya sama Uncle Google aja ya! (aku percaya kalo Google itu nama laki-laki, dan bukan Auntie)

selalu ON. soalnya aku jauh dari rumah orangtua. kalau ada apa-apa, supaya orang rumah mudah menghubungi. dan juga karena semakin banyak klien yang lebih suka menghubungi ke telepon genggam daripada ke kantor. jadi sebaiknya emang HP itu menyala terus.
oyah, aku juga suka ngobrol malem-malem di telepon:p
tapi kalo kehabisan batere pas nggak bawa charger ya, apa boleh buat...

Letak HP-ku di saku paling depan backpack yang setiap hari aku bawa-bawa ke kantor. kalo sedang di kantor, tergeletak di meja. kalo sedang jalan kesana kemari, ditaruh di saku celana depan, sebelah kiri dan kanan. kalo sedang ada ditengah party, selalu dalam vibrating mode, didalam tas kecil yang ditenteng-tenteng kesana kemari. aku nggak begitu suka pake pouch atau kantong handphone karena bikin kelamaan untuk menjawab panggilan yang masuk. dan aku nggak mau bikin orang lain menunggu. apalagi kalo teleponnya penting.

paling cepet, Batere-nya 24 jam sekali dicharge. itu terjadi kalo handphonenya kerja keras terima sms, telepon dan mengirim sms ato memanggil telepon lain. rata-rata, 2 hari sekali nge-charge. tapi pernah juga setelah 3 hari baru nge-charge lagi.

kalo ada hal kecil yang kayaknya bakalan gampang terlewat, aku sering pasang reminder di handphone deh. juga untuk waktu shalat suka pasang alarm disitu karena di Ubud nggak pernah denger adzan kecuali di TV. handphone ini disetel otomatis menghapus pesan yang umurnya udah 3 hari, jadi ada 18 SMS yang aku locked supaya nggak terhapus. ringtone yang sekarang terpasang adalah Eyes, lagunya Rogue Wave yang merupakan soundtrack serial Heroes, dan dikasihin ke aku sama Eko Juniarto. makasih ya, Oom Ganteng!

Nah! sekarang waktunya menimpuk beberapa orang yang kayaknya lebih peduli sama kecanggihan dan fitur handphone-nya daripada aku.
*kirim howler ke Ari, Didats, Henny dan tentu saja Saylow.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...