Tuesday, August 14, 2007

on marriage

"what do you see in paintings? how do you choose them" tanyaku padanya.
"I just love seeing them" dia terdiam sesaat, menarik napas, lalu meneruskan. "this is something that my wife and I can do together. I always working long hours, everyday. and she's at home. we often couldn't find a place to go for holiday because I don't like sitting around in the hotel room, doing nothing. but now, with paintings, we have a joined hobby. we could come here together, to see the paintings we like and build our collection " aku tersenyum padanya.
"thanks for giving us a reason to come, and doing something together" katanya lagi.
"you're most welcome. it's a pleasure" hanya itu yang bisa kukatakan untuk menjawab pengakuan Mr. Cheung yang apa adanya.

mereka sudah menikah selama lebih kurang dua puluh tahun, dengan tiga anak yang berusia remaja. dua putri kembar berumur 17 tahun, dan anak laki-laki berusia 15 tahun. Mr. Cheung berpembawaan serius, dan selalu fokus pada apapun yang dia inginkan. persistent juga, mengingat dia begitu rajin mengingatkan aku lewat telepon dan email bahwa dia sedang ingin mengoleksi karya salah satu seniman Indonesia yang aku kenal baik. Mrs. Cheung, dilain pihak, adalah a giggler. gampang tertawa dan lebih santai. tapi disisi lain, sangat keibuan dan penuh perhatian.

terlepas dari antusiasme mereka terhadap lukisan, atau jumlah uang yang mereka keluarkan untuk hobi ini, hal yang paling menyentuh buatku adalah waktu dan energi yang mereka luangkan untuk melakukan sesuatu bersama-sama dengan pasangan. menurutku, inilah pernikahan.

dan sepertinya, aku punya banyak cerita-cerita sejenis untuk dibagi. bulan lalu aja, ada sekian banyak cerita cinta yang singgah dalam hari-hariku, membuatku jadi bagian dalam hidup mereka, karena aku ada disana, menjadi saksi dan ikut terlibat.

salah satunya adalah Douglas dan Tracy yang mendatangiku pada suatu Jumat pagi, memintaku membantu mereka untuk renew their vow. ini seperti mengulang janji setia sehidup semati yang dulu pernah diucapkan waktu menikah, setelah pernikahan berlangsung selama beberapa waktu. aku nggak tanya udah berapa lama Douglas dan Tracy berumah tangga, tapi aku tahu anak gadis mereka, yang penampilannya seperti Sarah Michelle Gellar di Buffy the Vampire Slayer, sudah berusia 15 tahun. mereka melakukan upacara itu dalam adat Bali dua hari kemudian.

dan hasilnya memang tak kalah mengharukan. karena pada saat mengulang janji yang sudah saling mereka ucapkan dulu, aku ikut hanyut oleh pandangan Tracy yang berkaca-kaca. dan senyum Douglas yang tak mampu menyembunyikan kebahagiaan di dalam dirinya.

aku percaya kalau pernikahan adalah komitmen yang harus diperjuangkan setiap hari. karena ketika keseharian kita menjadi begitu rutin, ketika berbagai persoalan datang dan menghadang jalan panjang yang tengah ditempuh, hanya akal sehat dan kepala dingin yang bisa menyelamatkan sebuah pernikahan. agar kalimat perpisahan tidak begitu mudah diucapkan.

maka aku juga percaya kalau keputusan untuk menikah lebih banyak terkait dengan pikiran-pikiran rasional. gombal deh, semua kata cinta yang tertulis dalam buku-buku dan lagu-lagu, yang menggelora dan berapi-api menggairahkan. maybe it's just lust, just a desire. karena ketika api itu mulai mengecil nyalanya, hanya usaha menambah kayu bakar dan meniupkan oksigen yang akan dapat membesarkannya lagi.

then, it's not finding love. it's finding someone to spend the rest of your life with.

1 comment:

Anonymous said...

ina, tulisan2nya menarik.hm..suka yg ini :-)

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...