Wednesday, June 15, 2011

this notebook is sending someone to grad school

Cecil Mariani (Cecil) diterima di program Master of Fine Arts Design, Designer as Author, School of Visual Arts,New York, Amerika Serikat. Program ini hanya menerima 20 mahasiswa per tahun. Pengajar sekolah ini terdiri dari desainer-desainer terkemuka seperti Milton Glaser, Stephen Heller dan Stefan Sagmeister. Cecil memilih bidang studi ini untuk mengembangkan bentuk-bekntuk kolaborasi antar disiplin yang lebih berkelanjutan, lewat mengajar dan merintis laboratorium desain untuk indusri kecil menengah dan para pelaku seni. Felencia Hutabarat (Ellen) diterima di program Creative Economics and Cultural Entrepreneurship di Erasmus School of History, Culture and Communication, Rotterdam, Belanda. Jurusan yang terbilang sangat baru ini didirikan untuk mempelajari lebih lanjut potensi dari ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap kemajuan sektor seni dan budaya. Ellen memilih bidang ini karena ingin menggali potensi sektor seni dan budaya yang terkait dengan ekonomi, sehingga praktisi kesenian dapat memanfaatkan kekuatan pasar untuk mendukung keberlanjutan karya kreatif mereka. Lisabona Rahman (Lisa) diterima di program Preservation and Presentation of the Moving Image, Universiteit van Amsterdam, Belanda. Di seluruh dunia, jurusan dengan ilmu yang sangat spesifik ini hanya terdapat di 3 universitas. Lisa memilih bidang studi ini karena ingin memastikan film Indonesia dilestarikan agar dapat dinikmati generasi mendatang. Kondisi film klasik Indonesia yang ada sekarang, sebagian besar mengkhawatirkan. Jika tidak segera direstorasi, maka film-film ini akan rusak dan hilang dalam waktu dekat.
Lalu, apa hubungan kisah mereka dengan foto-foto notebooks ini?
Notebook yang gambarnya terpampang di sini didesain Cecil Mariani dalam 3 ukuran: A6, A5 dan A4 dan diperjual belikan secara luas sebagai caranya mengumpulkan dana beasiswa kolektif. untuk membiayai pendidikanS-2 mereka bertiga.
Untuk mengumpulkan cukup biaya, mereka harus menjual 100.000 notebook dalam 2 tahun ini.
Buat yang tertarik untuk membeli notebook warna-warni yang cantik ini, silakan menghubungi gerai ini.
Aku ikut mendukung mereka mewujudkan cita-cita. Apakah kamu juga?

Sunday, June 12, 2011

Nderek Mariah: dan yang hilang

Orang-orang dalam film karya Garin Nugroho semuanya menari. Demikian lebih kurang kesimpulan yang saya tangkap dari cuplikan film, video, foto, patung dan instalasi yang dipamerkannya dalam pameran yang menandai 30 tahun perjalanan kekaryaannya: Nderek Mariah-Post Cinema yang diselenggarakan di Bentara Budaya Kamis malam lalu (9/6). Melihat bagaimana suasana dan tata artistik diciptakan dalam karyanya, godaan untuk menari memang sulit ditepis. Padang sabana nan luas, hutan hijau, ritual yang ritmis dan menggugah, suasana kota yang riuh rendah nan fotografis, panggung yang megah, instalasi yang mempesona, membuat tokoh-tokoh dalam karyanya menggerakkan tangan, menggoyangkan kaki, menciptakan irama, lalu mulai menari. Tetapi, tidak seperti film India yang mengekspresikan segala hal melalui tarian dan nyanyian, tokoh-tokoh dalam karya Garin Nugroho menari untuk ketidakpastian, kemuraman yang pilu dan perasaan masygul.
Karya-karya Garin, sebagai mana diakuinya, menguarkan aroma upacara dan ritual yang kental. Ia dengan sadar dan sengaja melakukan itu. Baginya, setiap karya dikerjakan dan disajikan selayaknya upacara, dengan berbagai ritual dan dihadirkan melalui perayaan. Kesan ini semakin kuat mengingat Garin selama tiga puluh tahun terakhir mengelilingi Indonesia untuk menghadiri dan merekam berbagai upacara dan ritual tradisional yang diselenggarakan atas berbagai alasan. Rekaman-rekaman itu yang kemudian muncul sebagian atau keseluruhannya dalam berbagai dokumenter, film televisi dan iklan layanan masyarakat yang disutradarainya. Sejumlah ritual direka ulang, direspon, dilahirkan kembali dengan bentuk berbeda, kemudian muncul dalam berbagai filmnya.
“Lahir di Jogja dan berkelana dalam mencipta di berbagai pulau-pulau Indonesia, sesungguhya menjadikan saya selalu (hidup) mengalami beragam upacara: dari kelahiran, kematian, pernikahan, membuat rumah, hingga meruwat nama, rumah, sampai bumi. Bagi saya, mencipta seperti bekerja dalam upacara tradisi” tulis Garin. Acara pembukaan pamerannya malam itu pun bagaikan sebuah upacara. Mengingatkan saya pada acara lamaran tradisional Jawa. Sebelum diperkenankan masuk ke dalam rumah, tanda pinangan diterima, terjadi prosesi saling berjawab, berbalas kiasan. Efix Mulyadi, Radhar Panca Dahana dan Nirwan Dewanto menceritakan dalam versi mereka masing-masing siapa Garin Nugroho dan bagaimana karya-karyanya melintas lalu meruntuhkan batas-batas antara film, seni pertunjukan, seni rupa, fotografi. Membuatnya berada di tengah-tengah perlintasan berbagai jenis kesenian sekaligus. Lalu sanjungan diwujudkan pula dalam video persembahan, penampilan musik, nyanyi, baca puisi. Para kampiun musik tradisional, biduan bersuara merdu memamerkan kebolehan, menunjang segala yang akan disajikan Garin dalam pamerannya. Para artisan dan pada akhirnya Garin Nugroho dimunculkan. Pameran ini dipersembahkan bagi sosok Mariah, mendiang ibunda Garin Nugroho, yang sepanjang karirnya banyak memberi dorongan dan inspirasi. Hal tersebut merupakan kesan kuat kedua yang diekspresikan dalam pameran Nderek Mariah-Post Cinema. “Nderek dalam bahasa Jawa berarti mengikuti, menjalani, menuruti. Pameran ini ingin mengungkap dunia ibu: dunia ibu yang mendidiknya dan melahirkan karya-karyanya. Ibu di sini juga bisa berarti ibu siapa saja. Termasuk dalam pengertian tertentu adalah ibu pertiwi.” Demikian Efix Mulyadi menulis dalam pengantarnya. Tokoh-tokoh perempuan dan ibu bermunculan dalam berbagai penafsiran pada karya-karya yang dipamerkan mulai Kamis malam itu. Hubungan dengan ibu adalah pokok yang paling banyak dieksplorasi. Karya instalasi “Labirin Ibu#2” menampilkan patung perempuan dalam posisi telungkup dengan bokong mencuat. Bagian kepala hingga punggung ditutup secarik bidang merah, seluruhnya terbuat dari resin dan alumunium. Dari bagian bawah tubuhnya muncul kawat melengkung berujung setrika berpaku. “Kusetrika punggungku, agar licin kulitku bisa kau pakai untuk masa depanmu” Karya ini menurut Garin menuturkan paradoks kehidupan Ibu dan dunianya; antara ketidakberdayaan berhadapan dengan perlawanan, kediaman dengan transformasi, kelembutan dengan kekerasan, keindahan dengan kekacauan, yang keseluruhannya bisa dibaca dalam tubuh, kerja dan benda (yang dipakai) ibu. Pada salah satu sudut, sejumlah neon box yang menampilkan still foto dari sejumlah film Garin: Daun di Atas Bantal, Puisi yang Tak Terkuburkan, Angin Rumput Savana, Opera Jawa, Aku Ingin Menciummu Sekali Saja dan lain sebagainya, dilengkapi potongan dialog yang berhubungan dengan film atau potongan adegan tersebut. Bagi mereka yang mengikuti perkembangan kekaryaan Garin, setidaknya sejak film Cinta Dalam Sepotong Roti, karya yang retrospektif ini tentu membangkitkan nostalgia akan masa dan kejadian yang mengiringi persinggungan dengan film-film tersebut. Sampai di bagian ini, saya agak bertanya-tanya. Mengapa bukan film-filmnya yang dahsyat itu yang lebih banyak digali dalam pameran ini? Karya-karya dalam pembukaan yang saya datangi malam itu adalah karya-karya baru, tak secara langsung mencerminkan perjalanannya selama tiga puluh tahun. Agak mengherankan mengapa Garin seolah tak sungguh percaya dengan film-filmnya, kemudian mencari-cari makna melalui karya patung dan instalasi itu. Padahal, karya Garin menurut saya sudah sampai pada tahap melegenda, dan menimbulkan perubahan yang luar biasa. Siapa yang, misalnya, tak kenal dengan film dokumenter Anak Seribu Pulau? Judul dan film ini pada akhirnya memasuki ingatan kolektif publik dengan begitu gencarnya, hingga kita dapat mencermati sejumlah perubahan. Istilah anak seribu pulau jadi sebuah idiom yang berarti globetrotter dalam Bahasa Inggris. Orang yang kerap bepergian dari satu tempat ke tempat lain, sudah berpindah-pindah kesana kemari. Tanpa dijelaskan pun, semua langsung paham. Dan, film ini mengawali perubahan isi televisi Indonesia. Yang pada mulanya hanya berisi tayangan yang semata menonjolkan Jakarta saja, karena daerah lain (terutama di luar Jawa) dianggap terbelakang, dan nggak keren. Kini terbalik. Siaran televisi swasta justru diisi petualangan ke daerah terpencil. Mulai dari yang bergaya bertahan hidup di rimba, menjelajahi daerah-daerah perawan yang ekstrem dan belum dijamah manusia, sampai yang menceritakan kehidupan anak-anak. Saya yakin, semuanya berutang dan meminjam pada Anak Seribu Pulau-nya Garin Nugroho. Mungkin, lain kali, ada pameran restrospeksi 30 tahun-nya berkarya yang dipusatkan pada film. Yang menunjukkan kekuatan, kelebihan dan kedahsyatan Garin dari sisi ‘dalam’, yang akrab dan lebih intim, dan selama ini tertutup dari pandangan publik. Semoga saja.

Thursday, May 26, 2011

The Bad Boys from Boston

Aerosmith. Hal pertama yang terlintas saat mendengar kata ini disebutkan bisa berbeda untuk tiap orang. Buatku, yang terbersit pertama kali adalah Big Ones, album kompilasi lagu-lagu hits milik band ini, yang dibuat berdasarkan 3 album multi platinum yang mengantarkan mereka pada kebangkitan kembali Aerosmith setelah sempat terpuruk di akhir 70-an sampai awal 80-an akibat heroin. Tahun itu, 1994. Aku masih SMP. Ya, sebagian dari kalian masih TK atau baru mau masuk SD. Nggak papa, aku lebih berpengalaman dan dibesarkan pada masa yang lebih berselera:)
Big Ones berisi 12 lagu. Dua diantaranya, Walk on Water dan Blind Man adalah lagu baru. Sisanya berasal dari album Permanent Vacation (1987), Pump (1989) dan Get a Grip (1993). Dari judul album terakhir terbaca bahwa mereka sedang berusaha bangkit. Dan memang upaya yang diproduksi Geffen Records ini berhasil. Sampai hari ini, Aerosmith telah menjual 250 juta keping album. Ini melebihi gabungan jumlah seluruh penduduk Malaysia, Singapura dan Thailand. Hal lain yang terlintas tentu penampilan mereka. Terutama Steven Tyler, vokalis dengan suara dan bentuk bibir khas yang selalu melilitkan syal di mic stand-nya. Belakangan aku baru tahu, gaya terkait syal ini dicontoh Tyler dari idolanya, Janis Joplin. Dan di beberapa bagian lagu-lagu Aerosmith, tarikan suara Tyler menyerupai Joplin pula. Ia kini dikenal sebagai juri American Idol season 10 bersama Randy Jackson dan Jennifer Lopez. Yang paling epik dari penampilannya ada dua. Pertama, terlalu sering memaki sampai dalam suatu episode mulutnya diplester:) Kedua, pertanyaan "Where the hell did you get those lips?" yang dilontarkan kalau ada kontestan cantik berbibir lebar. Tentang pertanyaan ini, ia mengakui: "I can't remember many parts of the 70's" Tahun ini Aerosmith berusia 40 tahun. Dengan formasi yang nyaris tak berubah sejak pertama kali didirikan. Hanya satu orang yang betul-betul digantikan, yaitu Ray Tabano yang hengkang sebelum Aerosmith berjaya. Sementara dua personil lain hanya jadi pengganti selama Perry dan Whitford keluar, lalu kembali lagi. Bagi sebuah band rock yang nakal, berani, ugal-ugalan dan menyala-nyala sampai dijuluki The Bad Boys from Boston, jatuh bangun bersama selama 4 dekade sudah tentu merupakan prestasi tersendiri. Terlebih karena band ini telah mengalami masa ketenaran, keterpurukan, kebangkitan dan kejayaan silih berganti. Juga lebih sulit karena selama kurun itu, para personilnya hanya bekerja pada Aerosmith, tak ada yang bersolo karir atau membuat proyek sendiri di luar band ini. The Joe Perry Project, satu-satunya proyek solo oleh personil Aerosmith, dibuat Perry hanya selama dia keluar dari band ini. Dua diantara lagu favoritku adalah Janie's Got a Gun dan What It Takes. Dalam kedua lagu ini, aroma ballad dan blues yang kental sangat terasa. Perpaduan musik yang kaya dengan lirik menyayat pedih dan lengkingan khas Tyler merupakan suguhan menarik. Paling tidak buatku. Lagu yang terakhir menurutku juga bisa jadi lagu tema patah hati yang gagah:) Sementara Janie's Got a Gun berkisah tentang persoalan anak-anak muda Amerika. Ada isu bullying di sini, ada pula soal paham kekerasan bersenjata yang dianggap bisa menyelesaikan masalah. Lalu kesadaran bahwa sekecil apapun pemicunya, semua hal, segala yang mengelilingi hidup kita bisa berubah drastis setiap saat. Dalam What It Takes Tyler berkisah: You spend me up like money Now you hung me up to dry ... lalu bertanya: Tell me what it takes to let you go? Tell me how the pain suppose to go? Tell me how it is that you can sleep in the night, without thinking you lost everything that was good in the life to the toss of the dice? Tell me what it takes to let you go! Perih. Tapi dinyanyikan dengan gagah. Penggunaan drugs jadi salah satu aspek penting dalam karir mereka. Penting, karena jika tak berhasil melepaskan diri, besar kemungkinan mereka tak akan mampu bertahan. Tyler mengaku, kalau dihitung-hitung dia telah menghabiskan sekitar US$ 20 juta atau sekitar 200 milyar untuk drugs. "I snorted my house, I snorted my plane" katanya tentang hal itu. Baru-baru ini kudengar karena Tyler menjadi juri American Idol, penjualan album Aerosmith meningkat 250%. Fantastis. Tapi memang bisa dibayangkan, setelah 1995 mereka tidak lagi aktif membuat album baru sementara penonton TV dan pendengar musik saat ini tentu didominasi oleh anak muda umur belasan dan 20-an awal yang tak pernah tahu siapa Tyler. Lalu mereka mencari tahu:) Hal juga yang tak kubayangkan, saat jadi juri, Tyler lebih seperti tante dandan yang rendah hati, ceplas-ceplos tapi perhatian. Nakal sudah tentu, tapi dari caranya mengomentari dan berinteraksi dengan peserta, kita bisa melihat bahwa pada dasarnya ia baik hati dan sensitif, serta apa adanya. Kalau Tyler bosan, dia cuma komentar sekenanya, lalu diam dengan wajah malas. Hihihi.
Karena mengikuti kisah mereka, aku jadi penasaran berat waktu dengar kabar kalau biografi Tyler baru saja dilincurkan. Judulnya Does The Noise In My Head Bother You?: A Rock 'n' Roll Memoir by Steven Tyler. Bersama buku ini diluncurkan pula single solo-nya Tyler. Aku coba menitip pada teman, tapi rupanya di Kinokuniya Takashimaya Orchard masih belum dijual. Atau sudash keburu habis! Membuatku makin penasaran:) Untuk sementara, harus puas dulu hanya mendengar lagu-lagunya, sampai kudapat bukunya, supaya aku bisa bercerita lagi tentang salah satu band rock paling seru dalam sejarah musik. *Muter Girls of Summer*

Wednesday, May 18, 2011

childhood

malam itu, kami makan bersama di area food festival sebuah mal. tempatnya nyaman. area terbuka dengan pepohonan dan meja kursi yg diletakkan di luar ruangan. deretan kedai yang menjual beraneka makanan menguarkan aroma lezat. masakan Cina, penyet-penyetan (ayam, lele, tahu, tempe), soto (daging, madura, sulung), ayam kremes dan tulang lunak, bahkan babi panggang. udara malam sejuk, area terbuka yang luas ini cukup lengang. sebuah suasana langka untuk suatu sabtu malam di sebuah mal, di jakarta. kami duduk di depan kedai sate. sudah jadi kebudayaan, pesanan kami nyaris selalu terdiri dari seporsi sate daging tanpa lemak, setengah porsi sate hati, setengah porsi sate ayam, seporsi sup ayam...
eh, laper nggak sih? membahas makanan aku jadi lapar-
malam itu, ditambahkan seporsi tongseng dalam pesanan kami. sambil menunggu pesanan, kami melihat-lihat suasana sekitar, sambil ngobrol. minuman datang, masing-masing kami menikmatinya. aku masih menyesap es jeruk yang manis-asam segar ketika tiba-tiba iparku tergelak. kami yang penasaran memintanya bercerita. masih dengan menyisakan tawa kecil, ia memulai ceritanya: "barusan ada anak kecil berdiri di depan pohon itu..." kami menoleh ke arah pohon yang tumbuh di dekat tempat duduk kami. pohon berdaun rimbun yang batangnya dililit lampu. "anak itu mengulurkan tangannya ke arah batang pohon, nggak sampe kena, sih... tapi sambil mengulurkan tangan dia bergaya seakan-akan sedang kesetrum, badannya kejang sambil ngomong 'zzzzzt... zzzzttt..' gitu" spontan kami semua tertawa geli mendengarnya. aku membatin, dia pasti merasa "oh, I am so cool" hihihi. esoknya, kami pergi ke mal lagi! kali ini ke mal lain yang punya Ace Hardware, toko perlengkapan rumah dan rumah tangga yang sejauh ini paling lengkap walaupun harganya juga paling mahal. sebegitu lengkapnya hingga kadang-kadang kita baru merasa heran karena barang itu ada, atau baru merasa perlu sama barang itu setelah melihatnya dijual di toko ini. kami sedang berjalan melintasi sederetan rak yang menjual berbagai macam kebutuhan kamar mandi waktu seorang anak perempuan berbaju merah lari-lari ke arah kami datang. tangannya digerak-gerakkan ke segala arah, sambil berteriak-teriak "buaya-buaya-buaya-buaya-buaya-buaya-buaya-buaya-buaya" terus-terusan begitu sambil terus berlari melewati kami yang terheran-heran. sejurus kemudian tawa kami pecah. ah, don't you remember how much fun we had when we we're little?

Thursday, April 21, 2011

resensi media dan humor-Nya

dalam dua minggu terakhir ini, media kita diisi dengan beberapa berita yang bikin aku geleng-geleng kepala. kombinasi antara rasa ingin ngelus dada sambil menarik nafas panjang karena prihatin, tak habis pikir, kesal dan kasihan sambil ingin memaki-maki. seorang anggota DPR tertangkap basah menonton video porno saat sidang paripurna. belakangan berkembang istilah sidang pariporno. karena kejadian itu, si anggota DPR menjawab: saya sedang jenuh karena rapat membosankan, lalu iseng membuka link video yang dikirim teman. dari fotonya, kita bisa lihat kalau dia sedang membuka file dari direktori dalam hard disk tabletnya. menanggapi hal ini, menteri yang paling ribut tentang urusan pornografi bilang kalau mengunduh dan memiliki konten porno tidak melanggar UU ITE. hanya yang menyebarkan yang bisa terjerat. diantara gelombang hujatan dan protes, tampaknya rencana pembangunan gedung baru DPR terus dijalankan. tiap-tiap anggota dewan akan memiliki ruangan seluas lebih kurang 800m persegi untuk bekerja bersama 5 staf. biayanya trilyunan. 50 anggota DPR di Jember akan dibelikan iPad dengan dana APBD. biaya pengadaan iPad itu 500 juta, berarti per iPad 10 juta. harga iPad Wifi 16GB adalah 4 juta menurut Apple store Indonesia. banyak diantara anggota DPR yang tidak tahu bagaimana cara memakai iPad. kabarnya, akan ada pelatihan khusus mengenai cara menggunakan benda itu. lalu aku teringat. setelah aku bekerja, semakin aku nggak bisa menghormati pns, saking banyaknya kejadian yang aku alami sendiri, tentang bagaimana nggak tau malu dan mata duitan dan nggak bertanggung jawabnya mereka sama kerjaan mereka sendiri. temanku dulu ada yang kerja di LSM, pendampingan untuk beberapa lembaga sosial. beberapa kali terjadi, katanya, kalo ada sumbangan dari perusahaan (contoh: komputer) yang dilewatkan depsos yang terjadi adalah: orang depsos datang bersama perwakilan perusahaan bawa komputernya. lalu ada acara penyerahan dengan difoto-foto sebagai bukti untuk si perusahaan, kadang bawa media. lalu besoknya, atau paling lambat dua hari kemudian, ada orang dari depsos yang akan datang dan mengambil komputer yang kemarin sudah diserahkan itu. tentu untuk dijual lagi, lalu uangnya dibagi-bagi sesama pegawai depsos lain hari, aku mengurus perpanjangan visa sosial budaya seorang seniman yang sedang residensi. aku datang ke loket imigrasi, mengantri, gak pake calo, surat-surat semua lengkap. aku dicharge 2 kali lipat harga yang resmi tertera. aku minta kuitansi, dia ngasih kuitansi biasa yang bisa dijual beli di mana-mana. tanpa cap imigrasi. aku minta cap imigrasi dan tandatangan dan kuitansi berkop. dijawab "kalo kamu minta yang macam-macam, lebih baik visanya nggak usah diperpanjang aja. kamu ngertilah, ini kan untuk dibagi-bagi sama semua yang udah ngerjain suratnya di sini" dengan nada seolah mereka selama ini kerja di imigrasi tanpa dibayar. aku nyerah cuma karena nggak ada loket lain di dunia ini yang bisa ngurus perpanjangan visa itu. di waktu yang lain, mau ngurus pendaftaran merek. waktu menelepon mengkonfirmasi syarat-syarat yang aku baca di website, mereka bilang, nanti ada petugas yang akan datang karena ada layanan keliling. ya iyalah, yang namanya layanan keliling itu oknum berseragam, datang pada hari dan jam kerja, minta biaya pendaftaran merek yang 3 kali biaya resmi. di bagian lain negara ini, seorang anak berusia 5 tahun harus mengurus ibunya yang lumpuh dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sementara ayahnya bekerja di luar kota dan hanya kembali seminggu sekali. bicara saja dia belum sempurna, masih cadel dan pilihan katanya sama sekali nggak canggih. tapi tiap hari ia membersihkan rumah, memasak, mencuci, menyediakan air untuk keperluan ibunya. mataku berkaca-kaca membaca berita tentang anak itu, sambil mengadu pada-Nya dalam hati. wahai Tuhan yang Maha Baik, sungguh selera humormu belum bisa kupahami.

Friday, April 15, 2011

just a simple thought

checked my blog two days ago and I still find people from all over said that they got 'lost' all over the internet and somehow made their way into my writings. I actually surprised that all the mundane things in my life are, for whatever reason, mean something for others.
I'll start writing again, folks.
I need to. immediately. I am in desperate need to get lots of funny thoughts about this world I live in, strange incidents and other rants out of my system. made their way out of my world and into yours.
I'll try to set a deadline and keep up with it. and really do it. I need a purpose now. seriously. in the mean time... I'll see you soon, then.

Friday, January 21, 2011

desain Jepang hari ini

Galeri Nasional Indonesia tengah menjadi tuan rumah untuk sekitar 100 karya desain yang dipamerkan oleh The Japan Foundation dalam "Japanese Design Today 100". Pameran yang dibuka Selasa malam lalu (18 Januari 2011) tak hanya menampilkan karya desain produk karya desainer Jepang sejak tahun 90-an hingga kini. Beberapa diantaranya bahkan dibuat tak lama setelah Perang Dunia II berakhir.

Berbagai produk yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari mobil (Subaru 360, Prius Hybrid dan Mazda K360) dan kereta api super cepat (shinkansen) hingga pisau dapur (kyocera), penghapus pensil (buatan Kokuyo Co., Ltd.) serta asbak yang praktis dibawa ke mana saja (Abitax 4301 outdoor Ashtray) dapat ditemui dalam pameran ini.

Memasuki ruang pameran dan melihat benda-benda tersebut, kita seperti diingatkan bagaimana karya desainer ini telah membentuk dan jadi bagian dalam hidup kita. Berapa banyak dari kita yang pernah memikirkan bahwa benda sekecil permen karet pun memerlukan penanganan khusus dari desainer untuk membuatnya dapat ditampilkan lebih menarik?

Pameran ini, sebagaimana diungkap Hiroshi Kashiwagi, profesor dari Universitas Seni Musahino- bagaikan pengalaman saat berkunjung dan melakukan tur di suatu kota, menampilkan kehidupan Jepang pada saat ini, sebuah tinjauan yang substansial atas kebudayaan urban Jepang.

Tak pelak, karya-karya desain yang hadir dalam ruang pameran juga menunjukkan perpaduan keindahan seni, bentuk yang sederhana, pemahaman akan bentuk tubuh dan keperluan manusia, mengutamakan fungsi, serta teknologi canggih. Banyak diantara karya-karya desain ini mengambil bentuk yang universal. Sulit diduga, misalnya, karya A-POC, sepotong kain yang dapat diubah menjadi pakaian hanya dengan membuat potongan sederhana menggunakan gunting rancangan Issey Miyake, sebagai buatan Jepang karena nyaris tak ada jejak bentuk-bentuk umum kriya dan seni Jepang di dalamnya.

Terdapat pula sejumlah karya yang kental dengan nuansa Jepang, dengan kerumitan kriya tangan yang mahir, meskipun kemudian karya-karya ini jadi mendunia dan dapat kita lihat di mana-mana sehingga sulit diterka asal-muasalnya. Misalnya lampu karya Isamu Noguchi yang diinspirasi oleh lampion kertas tradisional Jepang. Lampu ini begitu terkenal dan mudah diterima sehingga lampu-lampu dengan bentuk serupa dapat dengan mudah ditemui di Bali.

Nobuko Shimuta, salah satu kurator pameran yang juga menjadi Kepala Produser di Pusat Desain Jepang, menandai kecenderungan desain kontemporer Jepang menunjukkan interaksi yang makin besar antara desain modern, tren terbaru dan bentuk yang diilhami nuansa Jepang tradisional.

Karya-karya desain yang dibuat pada tahun 50-60-an dalam pameran ini menunjukkan dari mana desain masa kini berakar, menawarkan sebuah nostalgia. Alat penanak nasi (rice cooker) karya Yoshiharu Iwata untuk Toshiba buatan 1955, mengingatkan kita pada model peralatan rumah tangga milik orangtua kita. Di Indonesia, desain ini masih dikenal sampai tahun 80-an. Sementara di bagian lain ruang pameran, dipajang sebuah rice cooker digital yang serba otomatis dan lebih modern.

Begitu pula desain Honda Super Cub C100 buatan tahun 1958 yang kemudian digantikan oleh Honda C70, yang (terutama) versi warna merahnya sangat terkenal di Indonesia dan di beberapa bagian pulau Jawa diberi julukan “Pitung”.

Kemampuan memadukan seni kriya tradisional Jepang dengan garis dan struktur desain modern Barat tampak jelas dalam karya Shin dan Tomoko Azumi, dua desainer ternama yang telah mencatatkan karya mereka dalam koleksi Design Museum, London. Karya table=chest, sebuah laci susun tiga yang dapat diurai menjadi meja jika diperlukan, menunjukkan kecenderungan ini. Sementara sentuhan seni yang menonjol ditampilkan melalui karya Snowman Salt&Pepper Shakers, wadah garam dan lada berbentuk manusia salju.

Bagi sebagian yang lain, deretan karya-karya desain ini selain fungsinya, juga menentukan dan jadi penanda gaya hidup dan kelas sosial. Kepopuleran produk-produk seperti Sony Vaio P Series, Play Station 2 SCPH-50000, Canon Digital Camera EOS 10D, Soul of Chogokin GX-01R atau Aibo Ers-111 merupakan bagian dari identitas pemiliknya.

Juga banyak menarik perhatian pengunjung adalah rak panjang berisi peralatan makan, pisau dapur (berbilah keramik dengan desain gagang yang ergonomis) serta perabot rumah yang tampak minimalis nan modern.

Thursday, January 13, 2011

the fighter

aku tertegun lama di hadapan rak penuh majalah di Kinokuniya melihat majalah ini. melihat wajahnya, siapa sangka perempuan cantik berwajah lembut keibuan ini dikurung selama dua puluh tahun di rumahnya, oleh sebuah rejim militer tanpa belas kasihan. Platon, fotografer yang disewa TIME untuk memotret Aung San Suu Kyi berhasil menangkap kekuatan yang dimiliki perempuan berhati baja ini, di balik wajahnya yang nyaris tanpa riasan, pakaian dan perhiasannya yang sederhana. ekspresi wajahnya, sorot matanya yang kuat dan kata-kata yang menggambarkan kegigihannya: The Fighter. kombinasi inilah yang aku yakin membuat para anggota rejim militer Burma sebetulnya sangat ketakutan. karena mereka mengetahui kekuatannya, pesonanya. aku dan Platon adalah dua diantara yang terpesona, diantara ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan orang yang pada hari-hari di akhir tahun bersuka cita menyambut kebebasannya. teman baikku yang akhir-akhir ini sedang terdampar di Rangoon bilang, di depan rumah Suu Kyi dibangun tembok tinggi nan tebal, melintang di tengah jalan. menutup akses keluar masuk, menutup pemandangan. tak seorang pun diizinkan mendekati, apalagi memotret rumah ini. ia bahkan tak diperkenankan melihat dunia luar. mereka berusaha mencabutnya dari seluruh harapan. meskipun kita dan mereka sama-sama tau, semua usaha itu sia-sia. dan kini ia dapat menghirup udara bebas. suasana hiruk pikuk. semuanya begitu deras mengalir berebutan. ratusan media mengantri meminta waktu bicara dan mewawancarainya. pendukung berbondong-bondong mengunjunginya. ditengah semua keriuhan itu, ia tetap menjadi energi tenang yang mengalir dengan kecepatan tetap. baginya, kini, sekali lagi ia diberi kesempatan untuk melakukan semua hal yang selama dua puluh tahun telah tertunda. aku menyambutmu, wahai perempuan luar biasa. selamat berjuang.

Monday, January 10, 2011

daftar (yang tak) penting: 2010

gara-gara baca daftar buatan TIME ini, aku jadi ingat kalau aku belum membuat daftar hal-hal menarik yang kutemui selama tahun 2010. memang sebagian diantaranya bukan hal yang penting-penting banget. tapi paling tidak, itu membuat tahun 2010 lain daripada yang lain:) sepatu Alexander McQueen sampe hari ini aku masih belum ngerti gimana caranya orang bisa jalan dengan sepatu yang bentuknya seperti ini, atau berapa banyak yang sudah terkilir atau patah kaki karena coba memakainya dan berusaha jalan cepat atau lari-lari. ini adalah sepatu dari peragaan busana terakhir karya Alexander McQueen yang meninggal 17 Februari 2010. karena hobinya menyelam, banyak karyanya yang diilhami oleh kehidupan laut. misalnya sepatu ini, yang agak-agak kayak capit kepiting. Lady Gaga berhasil memakai sepatu ini dengan selamat untuk video klipnya, Bad Romance. kalau ada yang memberiku sepatu ini, dengan senang hati akan aku buatkan kotak kaca atau akrilik untuk dipajang di ruang tamu, atau kugadaikan lalu ditukar iPad+iPhone. yup, semahal itu! harem pants familiar dengan celana ini? ban pinggang yang agak tinggi dan lebar, berlawanan dengan hipster yang tipis dan rendah. pipa celana yang agak lebar sampai ke lutut dan menyempit di betis sampai ujung celana. setelah celana skinny yang merajalela di mana-mana pada tahun sebelumnya, tahun ini harem pants yang jadi ngetop berat. dalam gambar ini memang bahan yang dipakai cenderung mengkilap dan jatuh, hingga sepintas agak mirip dengan salwar kameez, alias celana a la India (terutama kalau bagian selangkangan celana turun ke bawah dan agak menggantung) tapi harem pants juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih kaku, membuatnya sedikit lebih formal. kalau badanmu kurang tinggi, sebaiknya celana ini dipakai dengan sepatu berhak, supaya kesan menjulang bisa didapat dan siluetnya jadi lebih bagus. tahu bulat gara-gara benda ini, aku jadi pengen kenalan sama Pak Wahyu. soalnya, di hampir setiap gerobak dagang tahu bulat yang aku lihat, selalu ada tulisan nama Wahyu di situ. agak susah membayangkan betapa banyak uang yang dia dapatkan dari ribuan atau puluhan ribu tahu bulat yang terjual setiap harinya. aku harap Pak Wahyu benar-benar kaya raya, karena ini memang inovasi yang luar biasa. tahu bulat ini secara tekstur nggak ada apa-apanya dibandingkan tahu sumedang atau tahu Yun Yi atau tahu Tauhid. tapi siapa yang bisa menahan godaan menyantap bola-bola tahu yang masih hangat mengepulkan asap dan gurih ini? gurihnya sih aku curiga dari MSG juga. kalo mau protes silakan. cuma, berhubung harganya murah meriah, harusnya sih nggak protes kalo gurihnya bukan dari daging cincang, hihihi. Korea-koreaan setidaknya di sekitarku, demam Korea-koreaan akhirnya masuk ke kamarku, gara-gara kelompok ini: SNSD alias Girl's Generation. liat yang celananya kuning? nah itu kesukaan Mahen. makanya dia sibuk ngumpulin video klipnya, video-video rekaman wawancara mereka di TV, lagu-lagunya.... dan setelah itu dia meracuni Abi untuk nonton juga. lalu bagaimana dengan aku? aku terseret-seret diajak nonton dan terpapar musik mereka. nggak heran, Pusat Kebudayaan Korea sampai membuat Pekan Kebudayaan Korea, yang diisi dengan pemutaran film Korea, acara masak-memasak Korea, dan lain-lain. dan nggak heran juga, suatu hari di dalam busway, aku tiba-tiba ikutan nyanyi... "nobody, nobody but you!" *lengkap dengan gerakan kepala dan tangan* beuh... Oh, oh! Obama selama berbulan-bulan, orang-orang di negara ini menanti-nantikan dia datang. dan setelah 3 kali tertunda, akhirnya dia benar-benar datang. nggak lama, cuma semalam saja. dengan salah satu agenda utamanya menyampaikan pidato di hadapan 3000 orang di Balairung UI. pidatonya, sebagaimana diharapkan, luar biasa. ia, atau tepatnay yang menulis pidato itu, tau betul bagian mana yang harus diangkat dan dititiberatkan dalam pidatonya, beberapa sentuhan kata-kata dalam bahasa Indonesia juga membuat para pendengarnya makin terkagum-kagum dan terpesona. yang lucu, orang-orang yang tadinya berkoar-koar mau mengusirnya, mengatainya kafir-haram, segala jenis ucapan para penggiat garis keras di sisi kanan ternyata tidak terbukti. beneran, deh. pas ketemu orangnya beneran, yang ada mereka-mereka ini jadi tergopoh-gopoh menyambut dan tersenyum girang seperti penggemar yang tersihir kedatangan pujaannya:) tapi yang membuatku lebih bersimpati pada Obama adalah, dia tidak sekedar memuaskan hasrat orang sini untuk bernostalgia. sebagaimana yang aku baca dalam bukunya "The Dreams for My Father", Obama memandang masa tinggalnya di Jakarta adalah sebuah masa yang memberinya pencerahan, akan sisi kehidupan lain, yang sama sekali berbeda dengan sisi kehidupannya di Amerika. dia belajar tentang keragaman yang kontras, tentang toleransi, tentang penghargaan pada harkat dan martabat manusia, dan memberinya perspektif yang berbeda dari kebanyakan orang Amerika mengenai dunia tempatnya tinggal. saat ia kembali ke Jakarta menjadi sebagai presiden Amerika, ia bisa menempatkan diri sebagai kawan yang memuji hal-hal yang menjadi kekuatan dasar Indonesia sebagai sebuah bangsa. aku yakin, bahkan para anggota DPR dan menteri-menteri di kabinet SBY (mungkin juga SBY-nya sendiri) belum tentu bisa memaknai dan membahasakan ulang Bhinneka Tunggal Ika sebaik pidato Obama. aku merasa, kita selama ini terlalu dikungkung oleh slogan. sayang ya, kita masih harus belajar dari orang lain mengenai siapa dan apa sebenarnya kita dan yang kita punya. the tiffie strikes back yang ini gak usah pake foto ya?! dalam kaitannya dengan kunjungan Obama di atas, orang ini sambil cengangar-cengingir dan muka kagum mengulurkan tangannya untuk nyalamin Michelle Obama. waktu di twitter dipertanyakan, kenapa bukan muhrim kok dipegang-pegang (disalami, maksudnya)... sambil ngeles gak penting orang yang berpoligami ini (istrinya 2 atau 4 gitu) bilang kalo itu semua gara-gara Bu Obama maksa-maksa, nyodorin tangannya. dasar pembual. di Indonesia, baru dia barangkali menteri yang serba lintas batas. tapi tiap kali bikin berita, selalu aja diawali dengan pernyataan yang kurang tepat, disambung sanggahan yang tidak pintar, yang mengakibatkan kita semua (okay, nggak semuanya, tapi cukup banyak orang pintar) meragukan kecakapan dan kemampuannya dalam bidangnya sendiri. sebagai menkominfo, aku rasa tidak ada perubahan mendasar yang dibuatnya yang menjadi terobosan bagi dunia kominfo di Indonesia. kenapa? menurutku, itu karena yang ada di dalam pikirannya adalah hal-hal porno melulu. memang, maksudnya baik. tetapi, cara-cara yang ditempuhnya selalu meleset, kalo tidak bisa disebut tidak tepat sasaran. berita pertaama yang terdengar dari dia adalah, akan memberikan sapi bagi para penduduk di sekitar BTS, supaya kotorannya bisa dikumpulkan untuk biogas yang akan digunakan buat pasokan tenaga listrik di BTS itu. now, you tell me. what kind of smart thinking this is? and to hear such thing from a minister? *geleng-geleng kepala* #nurdinturun satu lagi musuh bersama kita di twitter sampai sempat jadi trending topic. Nurdin Halid. mungkin hanya dia satu-satunya orang yang pernah diteriaki ramai-rama oleh lebih dari 30.000 orang di dalam stadion GBK supaya mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI. dia juga orang pertama yang dibuatkan spanduk besar-besar: Lindungilah kami dari Nurdin yang terkutuk. tapi? dia bergeming. tahun 2010 PSSI membuat kebijakan naturalisasi pemain asing. selain itu merekrut Alfred Riedl menjadi pelatih. dua kebijakan ini berhasil menjadikan permainan tim nasional Indonesia jadi lebih baik, publik seketika jatuh cinta pada Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales. tentu saja, kita semua tau kalo yang bekerja keras adalah Oom Riedl dan para pemain asuhanya. keberhasilan mereka sampai di final Piala AFF bukan karena kehebatan para petinggi PSSI dalam menerapkan manajemen, memberi fasilitas atau mengelola penyelenggaraan AFF yang dari urusan tiket aja, udah kacau berat. jadi, NURDIN BURUAN TURUN! peterporn tak kalah dengan peluncuran iPhone4, Ariel Peterporn menjadi trending topic di twitter. selama beberapa hari, para pemilik akun twitter dari negara-negara lain bertanya-tanya "who the hell is ariel peterporn? it's twitter trending topic but none of it is in english". yang termasuk dalam deretan frustrasi ini misalnya: Paris Hilton dan Justin Bieber. ini adalah salah satu alasan kenapa sejumlah media dan perusahaan multinasional kemudian menyadari betapa besar potensi Indonesia di dunia maya. "lebih dari 20% pengguna internet di Indonesia memiliki akun twitter", demikian Newsweek menulis. ini adalah prosentase yang lebih besar, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa sekalipun. demikian daftar yang bisa aku sampaikan. aku rasa sih nggak akan terlalu bermanfaat untuk kehidupan kita semua. kalo ada hal-hal lain yangbelum masuk daftar dan kemudian nanti teringat, ada kemungkinan daftar ini aku edit lagi. tapi gak papa 'kan ya?:D

Saturday, January 01, 2011

2011

dua hari ini melihat-lihat lagi ke sini dan ada rasa kangen campur bersalah karena menelantarkan tempat yang kubuat sendiri. pastinya blogku nggak akan protes karena ditinggalkan begitu lama tanpa ada kabar berita. memang blog itu tulus ikhlas. memberi dan tak harap kembali, ehehe. sudah agak lama juga sebenarnay merasakan letupan-letupan untuk mulai menulis lagi. barangkali nantinya selain tulisan-tulisan di sini, juga akan mengambil bentuk yang lain. harus semangat! oya, tahun baruan kali ini dihabiskan dengan tidur nyenyak! ini tahun baru pertama bareng Mahen dan tahun baru kedua yang kami lewati sama-sama. seperti di awal 2008, waktu aku melewatkan saat pergantian tahun dengan tidur, gak peduli di sekitarku heboh ampun-ampunan, tahun ini juga demikian. Mahen malah menyingkir naik ke lantai 3 biar bisa lihat kembang api. akunya pules. akhir-awal tahun ini pertama kalinya aku libur panjaaaang. sebelumnya libur selama ini mungkin pas liburan sekolah, ya. sampe bingung karena tak perlu ke kantor dari tanggal 24 Desember sampai tanggal 2 Januari. yak, yang laen boleh ngiri! hal baru apa yang ingin kulakukan di tahun 2011? belajar menjahit! kebayang pengen beli mesin jahit Singer yang gede, atau mesin jahit listrik yang kecil. targetnya sih gampang aja dulu yaaa... bisa menjahit lurus! terbayang kalo bisa bikin cushion cover sendiri akan seru. yeah! selamat tahun baru, teman-teman. have a great start up and wonderful year *wink*

Friday, May 14, 2010

O Sounds

TARI Jumat-Sabtu, 14-15 Mei, 2010, 20:00 WIB O Sounds T.H.E. Dance Company - Singapore Koreografer: Kuik Swee Boon Teater Salihara Jl. Salihara No.16 Jakarta Selatan Telp: 021-789 1202 Tiket Umum: Rp 50,000,- Tiket Mahasiswa: Rp 25,000,- O Sounds adalah sebuah ramuan bebunyian kota modern, dialek-dialek yang hampir punah, lagu rakyat, tarian dan gambar pada layar. Karya tari multimedia sepanjang satu jam ini menjelajahi tegangan dalam hubungan intim manusia modern dengan tradisi yang mulai pudar dan berbagai perubahan di lingkungannya. Untuk menyiapkan karyanya ini, Kuik Swee Boon telah melakukan riset dan mengumpulkan dialek-dialek yang hampir punah di Singapura, dalam bentuk memoar, cerita, dan nyanyian rakyat. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi sebuah komposisi oleh Darren Ng, seorang pemusik dan seniman bunyi terkemuka di Singapura. Seniman video asal Brazil, Gabriela Tropia Gomes, menggarap video dan proyeksi gambar pada layar dalam pertunjukan ini. Seniman lain yang terlibat dalam O Sounds adalah fotografer Ngiap Heng Tan dan penata cahaya Tommy Wong. Kuik Swee Boon adalah pemenang Young Artist Award 2007 di Singapura. Sebelumnya ia pernah menjadi penari utama dalam Compania Nacional de Danza di Spanyol selama lima tahun, di mana ia berkolaborasi dengan sejumlah koreografer ternama seperti Nacho Duato, Mats Ek, Jiri Kylian, dan Ohad Naharin.
begitu bunyi keterangan mengenai pertunjukannya. tapi itu semua masih harus diberi info tambahan lagi yang nggak kalah pentingnya. koreografer Singapura yang merancang pertunjukan ini, ganteng sekali. aku sempat ternganga tak berkedip waktu ketemu sama dia di lift dan terus jadi ngobrol bareng. semakin banyak alasan untuk menonton pertunjukan ini. apalagi diadakan di blackbox theater, satu-satunya di Indonesia, dengan akustik yang bagus banget sehingga dari sisi manapun kamu menonton, suara yang terdengar di telingamu sama rata, seolah kamu sedang mendengarkan pertunjukan ini menggunakan headphone. aku mau nonton. ketemu di sana, yuk?!

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...