Thursday, April 16, 2015

warung ibu belakang


sebelumnya ia berjualan sayur-mayur untuk penghuni kompleks di belakang kantor kami. beberapa tahun yang lalu, ia memutuskan untuk mengubah bisnisnya, dari sekedar menjual bahan mentah menjadi makanan siap saji. bukan, bukan fast food. tapi jadi warung makan yang menyediakan hidangan segar bagi orang-orang di sekitar.

aku biasa menyebutnya warung ibu belakang. saat waktu makan siang tiba, biasanya kami bergegas pergi ke sana bersama-sama. masakannya cukup enak, makanannya selalu baru, dan yang terutama, harganya mencengangkan. saking murahnya, awal-awal makan di situ aku selalu nggak percaya pada jumlah yang disebutkannya. jarang mencapai lima belas ribu rupiah, sudah dengan minuman. apakah ibu yang menyebut dirinya bude yati ini tidak khawatir tergerus inflasi? apakah ia tidak memiliki perencanaan keuangan dan business plan untuk warungnya? atau apakah ia sedang mengerjakan sebuah misi kemanusiaan untuk memastikan tidak ada orang yang kelaparan dalam radius 500 meter dari tempatnya berada?

ketika harga-harga mulai merambat naik akibat kenaikan BBM, aku mendapati bahwa dia juga ikut menaikkan harga. sedikit, tapi menenangkan. karena dengan demikian, ada jaminan bahwa dia akan terus berjualan selama keadaan memungkinkan, dan tak akan bangkrut dalam waktu dekat karena memberikan harga jauh di bawah daya beli pasar.

menu di warung ibu belakang cukup bervariasi, meskipun didasarkan pada genre masakan rumahan. sayur yang hampir selalu tersedia adalah sup sayuran atau sup kacang merah, sayur sambel goreng krecek yang mengandung kacang tolo, tahu dan tetelan dengan bumbu merah dan kuah santan, serta berbagai macam tumisan. selain tumis labu siam, juga cukup sering ada tumis kacang panjang, tumis toge, tumis kangkung, atau daun pepaya.

dalam kesempatan-kesempatan yang menyenangkan, kami akan menemukan lodeh terong, atau lodeh kluwih. ikan cuwe yang digoreng setengah matang lalu disiram sambal merona dengan potongan petai yang serius, ikan nila dimasak dengan cabai ijo dan oncom, ikan bandeng bakar atau masak pesmol adalah juga lauk yang sering kami temukan. pada hari lain, ada ayam bakar atau ayam opor atau ayam semur dengan kuah kecap yang sedap. setiap kali oncom dimasak dengan kemangi dan leunca muncul, biasanya sebagian akan kupindahkan ke piringku. sambal goreng kering berisi udang atau kentang dan hati adalah hidangan sehari-hari. selain itu biasanya selalu ada orek tempe, semur jengkol, rendang dan dendeng sapi, tahu goreng, telur asin, perkedel jagung, perkedel kentang, ikan kembung dan lele goreng serta ayam goreng lengkuas.

dua hal yang selalu kami tunggu-tunggu saat masih panas dan baru saja diangkat dari penggorengan adalah peyek udang segar dengan bagian tepung yang renyah dan udang nan gurih bertonjolan di berbagai penjuru. juga, tempe goreng yang dibumbu bawang putih dan garam. kami akan menyantapnya panas-panas dengan suka cita, diiringi sambal terasi ekstra pedas atau sambal kecap yang senantiasa terhidang di meja.

jadi kapan mau makan di warung ibu belakang bersamaku?


Wednesday, April 15, 2015

a notorious week

kalau ada ramalan bintang yang bilang: "minggu ini adalah saat anda dirundung kesialan berturut-turut. berhati-hati dan waspadalah" pasti aku nggak akan percaya. selama bertahun-tahun, aku terbiasa untuk percaya hanya pada peruntungan baik saja. jadi kalau ada kalimat-kalimat seperti "ada masalah keuangan" atau "cuaca kurang baik, menyebabkan anda sakit" aku akan menolaknya mentah-mentah.

tapi sayangnya, saat-saat kita ditimpa kemalangan memang benar-benar ada. dan dalam satu minggu, kemalangan itu bisa datang bertumpuk-tumpuk. seperti sedang dihinggapi penyakit sial.

awalnya, ketika aku ketinggalan pesawat.
seumur hidup, baru dua kali ini aku mengalaminya. dan dua-duanya di jakarta. dari semua kota di mana aku pernah terbang dari bandaranya, hanya di Jakarta aku selalu was-was dan khawatir ketinggalan pesawat setiap kali akan terbang dari bandara Soekarno-Hatta. dan hari itu, lalu lintas memang luar biasa macetnya. belakangan aku baru tahu bahwa kemacetan terjadi sejak sesaat setelah matahari terbit, sampai tengah malam. teman kantor bilang dia perlu 5 jam untuk pulang ke rumahnya hari itu. perjalanan yang biasanya ditempuh hanya dalam 45 menit sampai 1 jam saja.

tapi kesialan memang datang bertumpuk hari itu. nggak ada taksi tersedia dan jalanan depan kompleks sudah padat merayap. naik kereta ke pangkalan DAMRI dan kereta pun mengalami gangguan. sepanjang Jalan Raya Pasar Minggu sampai Pancoran, perlu waktu satu setengah jam sendiri. aku tiba di loket check-in tepat ketika pintu pesawat baru saja ditutup. karma selama bertahun-tahun mengalami keterlambatan pesawat ternyata tak terbayar hari itu. saat aku memerlukannya terlambat, pesawatku terbang tepat waktu, sesuai jadwal.

maka kesialan pertama hanya bisa ditebus dengan membeli tiket lagi. jangan tanya harganya. mahal. karena rupanya dua lembar tiket terakhir yang tersisa pada hari itu. semua penerbangan penuh. orang-orang bergegas pergi liburan.

kesialan kedua terjadi beberapa hari kemudian. di tengah kepadatan INACRAFT.
aku sudah datang di saat yang tepat. ketika orang sedang sibuk shalat Jumat dan makan siang. dengan sabar kukunjungi macam-macam stand. mencatat barang-barang yang menarik, dan seperti biasa, memegang barang-barang yang harganya paling mahal. seleraku masih bagus rupanya.

menjelang sore, aku kelaparan dan memutuskan makan dulu. lalu rencananya, pulang setelah selesai makan siang yang telat. tapi rencana tinggal rencana. setelah makan, aku melihat satu bagian di lobi utama yang belum aku lihat. jadi aku masuk lagi, memilih lagi, tertarik lagi. dan waktu berencana membeli sesuatu di salah satu stand, aku menyadari kalau dompetku hilang.
mungkin tertinggal di salah satu stand, tapi entah yang mana. mungkin diambil orang waktu secara tidak sadar kuletakkan di sebelah tanganku. yang jelas, dompet yang kusayang-sayang beserta kartu flazz limited edition DWP yang cakep itu, lenyap tak berbekas. lengkap dengan uang jajanku selama seminggu:(
#sedih

tapi ternyata itu pun masih belum cukup. dua hari kemudian, selepas tengah malam, waktu aku sedang enak-enaknya tidur, aku dibangunkan oleh rasa sakit yang luar biasa di perutku. tadinya kupikir ini mimpi aja, mimpi melahirkan bayi alien, mungkin. ternyata bukan. rupanya perutku unjuk rasa dan memaksaku untuk pergi ke kamar mandi. sekarang juga!

dengan mata pedas setengah terpejam, aku pergi ke kamar mandi dan menurutinya. membiarkan rasa sakit menyiksaku selama menit-menit yang panjang ketika unjuk rasa berlangsung, sampai akhinya kantuk sepenuhnya hilang. kurasa ini akibat bebek goreng dengan sambal luar biasa pedas sehari sebelumnya. menurutku enak, perutku tak setuju.

jam setengah tiga, setengah empat, sampai setengah lima. berkali-kali aku ke kamar mandi untuk memenuhi permintaan unjuk rasa, dan berkali-kali pula kantuk yang sudah sempat hinggap, terbang lagi. siyal. baru setengah enam pagi aku bisa tidur lagi. selama kira-kira sejam. *tarik-tarik selimut*

ketika minggu itu berakhir, aku harap minggu berikutnya --yaitu minggu ini-- akan lebih baik. cukuplah seminggu saja kesialan datang bertumpuk. dan biarkan aku hidup sehat, tenang, dan bahagia, setidaknya sampai saat tagihan kartu kredit datang minggu depan.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...