aku menulis ini sambil menonton Ally McBeal episode "Blowin in the Wind" karena masih belum bisa beranjak dari konser dua hari yang lalu. sebagian dariku masih berharap konsernya lebih spektakuler dan lebih mengesankan. sebagian lagi berusaha menerima kenyataan bahwa sudah dua puluh tahun berlalu dari laki-laki ganteng di dalam kepalaku yang berseru-seru
"all I got is my guitar,
these chords and the truth.
all I got is my guitar,
and all I want, baby… you!"
dia masih ganteng. Jon Bon Jovi masih punya pesona saat menyanyi di panggung, membuatmu merasa mau memberikan segala-galanya. dengan senyum maut sama, yang mematikan; caranya mengerucutkan bibir yang bikin dia keliatan paling keren diantara 40,000 orang isi GBK Jumat lalu.
ada satu adegan dari Ally McBeal yang masih selalu aku ingat, waktu Victor Morrison menunduk dan Ally mendekatinya dari belakang, lalu mengendus bokongnya yang bagus, ketat-padat dan tampak menggemaskan saat diremas. aku masih ingat adegan itu seperti terjadi beberapa hari yang lalu, meskipun tiga belas tahun sudah lewat. banyak hal terjadi tahun itu, termasuk dirilisnya album Crush, yang menjembatani Bon Jovi dengan fans-nya yang lebih muda, yang mengenal mereka dengan lagu "It's My Life"
tampaknya aku yang lebih banyak berubah daripada Jon Bon Jovi. dia masih punya rumah di pinggir sungai di New Jersey, dengan keluarga yang sama, band yang sama. sementara aku sudah kehilangan sebagian besar perasaan mabuk kepayang dan terbuai itu. setiap kali mendengar lagunya, aku nggak lagi merasa dia sedang berbagi perasaan denganku. meskipun aku masih ingin memeluknya waktu dia bilang
"You know I need you like a poet needs the pain.
And I would give anything,
my blood my love, my life,
if you were in these arms tonight"
dan membalas "you don't have to beg".
tapi di dalam hatiku, aku tahu setelah jejeritan di lapangan GBK sambil jingkrak-jingkrak, aku akan pulang ke pelukan Mahen sambil sibuk bercerita "baru sekali ini aku liat orang yang makin keringetan keliatan tambah ganteng, sayang. he's aging gracefully!"
memang sebagian lagunya nggak kukenal dengan baik lagi, karena aku berhenti beli album Bon Jovi setelah Lost Highway. meskipun kebetulan aku masih sepintas ngerti "Who Says You Can't Go Home" dan "Because We Can" tapi keduanya terasa lebih sebagai kenalan daripada teman akrab.
level hubungan yang jauh dengan "I'll Be There For You", "Never Say Goodbye" atau "Dry County"
bahkan wajah Jon yang mulai berkerut dan rambutnya yang kelabu juga tak kukenali. yang bikin dadaku tetap berdesir dengan cara yang sama adalah saat kamera menyorot bokongnya. saat dia membelakangi kami dan menandak-nandak, lalu bergoyang seirama gebukan drum Tico Torres, gitar Phil X, bass Hugh McDonald dan permainan keyboard David Bryan.
sepertinya aku harus menerima kenyataan bahwa sebuah era sudah berakhir, seiring perubahan musik dan jenis lagu yang terjadi. aku bukan lagi fans dengan cara dan kadar yang sama. meski posisi Bon Jovi, dan terutama posisi Jon Bon Jovi tetap tak tergantikan.
ia adalah laki-laki yang penting dalam hidupku, karena telah membantuku belajar bahasa Inggris di SMP. aku masih ingat keningku berkerut, membuka-buka kamus tebal sambil berusaha menerjemahkan frase seperti wayward son, atau memahami penggunaan ain't, kosakata yang nggak dikenal di kelas.
dan sesungguhnya, di satu sudut hatiku, aku merasa sedikit sendu, karena sepertinya, aku tak akan pernah bisa menonton konser Bon Jovi bersama Richie Sambora. pengalaman yang jika mungkin terjadi, rasanya akan luar biasa.
apa kamu masih menyukai band kesayanganmu saat remaja dengan cara yang sama?
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Showing posts with label musik. Show all posts
Showing posts with label musik. Show all posts
Sunday, September 13, 2015
Thursday, May 26, 2011
The Bad Boys from Boston
Aerosmith. Hal pertama yang terlintas saat mendengar kata ini disebutkan bisa berbeda untuk tiap orang. Buatku, yang terbersit pertama kali adalah Big Ones, album kompilasi lagu-lagu hits milik band ini, yang dibuat berdasarkan 3 album multi platinum yang mengantarkan mereka pada kebangkitan kembali Aerosmith setelah sempat terpuruk di akhir 70-an sampai awal 80-an akibat heroin. Tahun itu, 1994. Aku masih SMP. Ya, sebagian dari kalian masih TK atau baru mau masuk SD. Nggak papa, aku lebih berpengalaman dan dibesarkan pada masa yang lebih berselera:)
Big Ones berisi 12 lagu. Dua diantaranya, Walk on Water dan Blind Man adalah lagu baru. Sisanya berasal dari album Permanent Vacation (1987), Pump (1989) dan Get a Grip (1993). Dari judul album terakhir terbaca bahwa mereka sedang berusaha bangkit. Dan memang upaya yang diproduksi Geffen Records ini berhasil. Sampai hari ini, Aerosmith telah menjual 250 juta keping album. Ini melebihi gabungan jumlah seluruh penduduk Malaysia, Singapura dan Thailand.
Hal lain yang terlintas tentu penampilan mereka. Terutama Steven Tyler, vokalis dengan suara dan bentuk bibir khas yang selalu melilitkan syal di mic stand-nya. Belakangan aku baru tahu, gaya terkait syal ini dicontoh Tyler dari idolanya, Janis Joplin. Dan di beberapa bagian lagu-lagu Aerosmith, tarikan suara Tyler menyerupai Joplin pula. Ia kini dikenal sebagai juri American Idol season 10 bersama Randy Jackson dan Jennifer Lopez. Yang paling epik dari penampilannya ada dua. Pertama, terlalu sering memaki sampai dalam suatu episode mulutnya diplester:) Kedua, pertanyaan "Where the hell did you get those lips?" yang dilontarkan kalau ada kontestan cantik berbibir lebar. Tentang pertanyaan ini, ia mengakui: "I can't remember many parts of the 70's"
Tahun ini Aerosmith berusia 40 tahun. Dengan formasi yang nyaris tak berubah sejak pertama kali didirikan. Hanya satu orang yang betul-betul digantikan, yaitu Ray Tabano yang hengkang sebelum Aerosmith berjaya. Sementara dua personil lain hanya jadi pengganti selama Perry dan Whitford keluar, lalu kembali lagi.
Bagi sebuah band rock yang nakal, berani, ugal-ugalan dan menyala-nyala sampai dijuluki The Bad Boys from Boston, jatuh bangun bersama selama 4 dekade sudah tentu merupakan prestasi tersendiri. Terlebih karena band ini telah mengalami masa ketenaran, keterpurukan, kebangkitan dan kejayaan silih berganti. Juga lebih sulit karena selama kurun itu, para personilnya hanya bekerja pada Aerosmith, tak ada yang bersolo karir atau membuat proyek sendiri di luar band ini. The Joe Perry Project, satu-satunya proyek solo oleh personil Aerosmith, dibuat Perry hanya selama dia keluar dari band ini.
Dua diantara lagu favoritku adalah Janie's Got a Gun dan What It Takes. Dalam kedua lagu ini, aroma ballad dan blues yang kental sangat terasa. Perpaduan musik yang kaya dengan lirik menyayat pedih dan lengkingan khas Tyler merupakan suguhan menarik. Paling tidak buatku. Lagu yang terakhir menurutku juga bisa jadi lagu tema patah hati yang gagah:) Sementara Janie's Got a Gun berkisah tentang persoalan anak-anak muda Amerika. Ada isu bullying di sini, ada pula soal paham kekerasan bersenjata yang dianggap bisa menyelesaikan masalah. Lalu kesadaran bahwa sekecil apapun pemicunya, semua hal, segala yang mengelilingi hidup kita bisa berubah drastis setiap saat.
Dalam What It Takes Tyler berkisah:
You spend me up like money
Now you hung me up to dry
... lalu bertanya:
Tell me what it takes to let you go?
Tell me how the pain suppose to go?
Tell me how it is that you can sleep in the night, without thinking you lost everything that was good in the life to the toss of the dice?
Tell me what it takes to let you go!
Perih. Tapi dinyanyikan dengan gagah.
Penggunaan drugs jadi salah satu aspek penting dalam karir mereka. Penting, karena jika tak berhasil melepaskan diri, besar kemungkinan mereka tak akan mampu bertahan. Tyler mengaku, kalau dihitung-hitung dia telah menghabiskan sekitar US$ 20 juta atau sekitar 200 milyar untuk drugs.
"I snorted my house, I snorted my plane" katanya tentang hal itu.
Baru-baru ini kudengar karena Tyler menjadi juri American Idol, penjualan album Aerosmith meningkat 250%. Fantastis. Tapi memang bisa dibayangkan, setelah 1995 mereka tidak lagi aktif membuat album baru sementara penonton TV dan pendengar musik saat ini tentu didominasi oleh anak muda umur belasan dan 20-an awal yang tak pernah tahu siapa Tyler. Lalu mereka mencari tahu:)
Hal juga yang tak kubayangkan, saat jadi juri, Tyler lebih seperti tante dandan yang rendah hati, ceplas-ceplos tapi perhatian. Nakal sudah tentu, tapi dari caranya mengomentari dan berinteraksi dengan peserta, kita bisa melihat bahwa pada dasarnya ia baik hati dan sensitif, serta apa adanya. Kalau Tyler bosan, dia cuma komentar sekenanya, lalu diam dengan wajah malas. Hihihi.
Karena mengikuti kisah mereka, aku jadi penasaran berat waktu dengar kabar kalau biografi Tyler baru saja dilincurkan. Judulnya Does The Noise In My Head Bother You?: A Rock 'n' Roll Memoir by Steven Tyler. Bersama buku ini diluncurkan pula single solo-nya Tyler. Aku coba menitip pada teman, tapi rupanya di Kinokuniya Takashimaya Orchard masih belum dijual. Atau sudash keburu habis! Membuatku makin penasaran:)
Untuk sementara, harus puas dulu hanya mendengar lagu-lagunya, sampai kudapat bukunya, supaya aku bisa bercerita lagi tentang salah satu band rock paling seru dalam sejarah musik.
*Muter Girls of Summer*
Monday, January 10, 2011
daftar (yang tak) penting: 2010
gara-gara baca daftar buatan TIME ini, aku jadi ingat kalau aku belum membuat daftar hal-hal menarik yang kutemui selama tahun 2010. memang sebagian diantaranya bukan hal yang penting-penting banget. tapi paling tidak, itu membuat tahun 2010 lain daripada yang lain:)
sepatu Alexander McQueen
sampe hari ini aku masih belum ngerti gimana caranya orang bisa jalan dengan sepatu yang bentuknya seperti ini, atau berapa banyak yang sudah terkilir atau patah kaki karena coba memakainya dan berusaha jalan cepat atau lari-lari.
ini adalah sepatu dari peragaan busana terakhir karya Alexander McQueen yang meninggal 17 Februari 2010. karena hobinya menyelam, banyak karyanya yang diilhami oleh kehidupan laut. misalnya sepatu ini, yang agak-agak kayak capit kepiting.
Lady Gaga berhasil memakai sepatu ini dengan selamat untuk video klipnya, Bad Romance. kalau ada yang memberiku sepatu ini, dengan senang hati akan aku buatkan kotak kaca atau akrilik untuk dipajang di ruang tamu, atau kugadaikan lalu ditukar iPad+iPhone.
yup, semahal itu!
harem pants
familiar dengan celana ini?
ban pinggang yang agak tinggi dan lebar, berlawanan dengan hipster yang tipis dan rendah. pipa celana yang agak lebar sampai ke lutut dan menyempit di betis sampai ujung celana. setelah celana skinny yang merajalela di mana-mana pada tahun sebelumnya, tahun ini harem pants yang jadi ngetop berat.
dalam gambar ini memang bahan yang dipakai cenderung mengkilap dan jatuh, hingga sepintas agak mirip dengan salwar kameez, alias celana a la India (terutama kalau bagian selangkangan celana turun ke bawah dan agak menggantung) tapi harem pants juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih kaku, membuatnya sedikit lebih formal.
kalau badanmu kurang tinggi, sebaiknya celana ini dipakai dengan sepatu berhak, supaya kesan menjulang bisa didapat dan siluetnya jadi lebih bagus.
tahu bulat
gara-gara benda ini, aku jadi pengen kenalan sama Pak Wahyu.
soalnya, di hampir setiap gerobak dagang tahu bulat yang aku lihat, selalu ada tulisan nama Wahyu di situ. agak susah membayangkan betapa banyak uang yang dia dapatkan dari ribuan atau puluhan ribu tahu bulat yang terjual setiap harinya. aku harap Pak Wahyu benar-benar kaya raya, karena ini memang inovasi yang luar biasa.
tahu bulat ini secara tekstur nggak ada apa-apanya dibandingkan tahu sumedang atau tahu Yun Yi atau tahu Tauhid. tapi siapa yang bisa menahan godaan menyantap bola-bola tahu yang masih hangat mengepulkan asap dan gurih ini? gurihnya sih aku curiga dari MSG juga. kalo mau protes silakan. cuma, berhubung harganya murah meriah, harusnya sih nggak protes kalo gurihnya bukan dari daging cincang, hihihi.
Korea-koreaan
setidaknya di sekitarku, demam Korea-koreaan akhirnya masuk ke kamarku, gara-gara kelompok ini: SNSD alias Girl's Generation. liat yang celananya kuning? nah itu kesukaan Mahen. makanya dia sibuk ngumpulin video klipnya, video-video rekaman wawancara mereka di TV, lagu-lagunya.... dan setelah itu dia meracuni Abi untuk nonton juga. lalu bagaimana dengan aku? aku terseret-seret diajak nonton dan terpapar musik mereka.
nggak heran, Pusat Kebudayaan Korea sampai membuat Pekan Kebudayaan Korea, yang diisi dengan pemutaran film Korea, acara masak-memasak Korea, dan lain-lain. dan nggak heran juga, suatu hari di dalam busway, aku tiba-tiba ikutan nyanyi... "nobody, nobody but you!" *lengkap dengan gerakan kepala dan tangan*
beuh...
Oh, oh! Obama
selama berbulan-bulan, orang-orang di negara ini menanti-nantikan dia datang. dan setelah 3 kali tertunda, akhirnya dia benar-benar datang. nggak lama, cuma semalam saja. dengan salah satu agenda utamanya menyampaikan pidato di hadapan 3000 orang di Balairung UI.
pidatonya, sebagaimana diharapkan, luar biasa. ia, atau tepatnay yang menulis pidato itu, tau betul bagian mana yang harus diangkat dan dititiberatkan dalam pidatonya, beberapa sentuhan kata-kata dalam bahasa Indonesia juga membuat para pendengarnya makin terkagum-kagum dan terpesona.
yang lucu, orang-orang yang tadinya berkoar-koar mau mengusirnya, mengatainya kafir-haram, segala jenis ucapan para penggiat garis keras di sisi kanan ternyata tidak terbukti. beneran, deh. pas ketemu orangnya beneran, yang ada mereka-mereka ini jadi tergopoh-gopoh menyambut dan tersenyum girang seperti penggemar yang tersihir kedatangan pujaannya:)
tapi yang membuatku lebih bersimpati pada Obama adalah, dia tidak sekedar memuaskan hasrat orang sini untuk bernostalgia. sebagaimana yang aku baca dalam bukunya "The Dreams for My Father", Obama memandang masa tinggalnya di Jakarta adalah sebuah masa yang memberinya pencerahan, akan sisi kehidupan lain, yang sama sekali berbeda dengan sisi kehidupannya di Amerika. dia belajar tentang keragaman yang kontras, tentang toleransi, tentang penghargaan pada harkat dan martabat manusia, dan memberinya perspektif yang berbeda dari kebanyakan orang Amerika mengenai dunia tempatnya tinggal.
saat ia kembali ke Jakarta menjadi sebagai presiden Amerika, ia bisa menempatkan diri sebagai kawan yang memuji hal-hal yang menjadi kekuatan dasar Indonesia sebagai sebuah bangsa. aku yakin, bahkan para anggota DPR dan menteri-menteri di kabinet SBY (mungkin juga SBY-nya sendiri) belum tentu bisa memaknai dan membahasakan ulang Bhinneka Tunggal Ika sebaik pidato Obama.
aku merasa, kita selama ini terlalu dikungkung oleh slogan. sayang ya, kita masih harus belajar dari orang lain mengenai siapa dan apa sebenarnya kita dan yang kita punya.
the tiffie strikes back
yang ini gak usah pake foto ya?!
dalam kaitannya dengan kunjungan Obama di atas, orang ini sambil cengangar-cengingir dan muka kagum mengulurkan tangannya untuk nyalamin Michelle Obama. waktu di twitter dipertanyakan, kenapa bukan muhrim kok dipegang-pegang (disalami, maksudnya)... sambil ngeles gak penting orang yang berpoligami ini (istrinya 2 atau 4 gitu) bilang kalo itu semua gara-gara Bu Obama maksa-maksa, nyodorin tangannya.
dasar pembual.
di Indonesia, baru dia barangkali menteri yang serba lintas batas. tapi tiap kali bikin berita, selalu aja diawali dengan pernyataan yang kurang tepat, disambung sanggahan yang tidak pintar, yang mengakibatkan kita semua (okay, nggak semuanya, tapi cukup banyak orang pintar) meragukan kecakapan dan kemampuannya dalam bidangnya sendiri.
sebagai menkominfo, aku rasa tidak ada perubahan mendasar yang dibuatnya yang menjadi terobosan bagi dunia kominfo di Indonesia. kenapa?
menurutku, itu karena yang ada di dalam pikirannya adalah hal-hal porno melulu. memang, maksudnya baik. tetapi, cara-cara yang ditempuhnya selalu meleset, kalo tidak bisa disebut tidak tepat sasaran.
berita pertaama yang terdengar dari dia adalah, akan memberikan sapi bagi para penduduk di sekitar BTS, supaya kotorannya bisa dikumpulkan untuk biogas yang akan digunakan buat pasokan tenaga listrik di BTS itu. now, you tell me. what kind of smart thinking this is?
and to hear such thing from a minister?
*geleng-geleng kepala*
#nurdinturun
satu lagi musuh bersama kita di twitter sampai sempat jadi trending topic. Nurdin Halid.
mungkin hanya dia satu-satunya orang yang pernah diteriaki ramai-rama oleh lebih dari 30.000 orang di dalam stadion GBK supaya mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI. dia juga orang pertama yang dibuatkan spanduk besar-besar: Lindungilah kami dari Nurdin yang terkutuk. tapi? dia bergeming.
tahun 2010 PSSI membuat kebijakan naturalisasi pemain asing. selain itu merekrut Alfred Riedl menjadi pelatih. dua kebijakan ini berhasil menjadikan permainan tim nasional Indonesia jadi lebih baik, publik seketika jatuh cinta pada Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales.
tentu saja, kita semua tau kalo yang bekerja keras adalah Oom Riedl dan para pemain asuhanya. keberhasilan mereka sampai di final Piala AFF bukan karena kehebatan para petinggi PSSI dalam menerapkan manajemen, memberi fasilitas atau mengelola penyelenggaraan AFF yang dari urusan tiket aja, udah kacau berat.
jadi, NURDIN BURUAN TURUN!
peterporn
tak kalah dengan peluncuran iPhone4, Ariel Peterporn menjadi trending topic di twitter. selama beberapa hari, para pemilik akun twitter dari negara-negara lain bertanya-tanya "who the hell is ariel peterporn? it's twitter trending topic but none of it is in english". yang termasuk dalam deretan frustrasi ini misalnya: Paris Hilton dan Justin Bieber.
ini adalah salah satu alasan kenapa sejumlah media dan perusahaan multinasional kemudian menyadari betapa besar potensi Indonesia di dunia maya. "lebih dari 20% pengguna internet di Indonesia memiliki akun twitter", demikian Newsweek menulis. ini adalah prosentase yang lebih besar, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa sekalipun.
demikian daftar yang bisa aku sampaikan.
aku rasa sih nggak akan terlalu bermanfaat untuk kehidupan kita semua. kalo ada hal-hal lain yangbelum masuk daftar dan kemudian nanti teringat, ada kemungkinan daftar ini aku edit lagi.
tapi gak papa 'kan ya?:D
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...