Thursday, November 23, 2006

start worrying, start living

awalnya sederhana. pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dan pada akhirnya menimbulkan kecemasan. lalu mengganggu dan nggak bisa diusir dengan gampang dari dalam kepala. apalagi kalau mengusirnya dengan pekerjaan. diusir dengan main game aja kecemasan itu bergeming.

sampai di suatu titik, ada kutipan-kutipan yang bisa menjelaskan kecemasan yang menguasai kepalaku, misalnya seperti yang kudapat dari tulisan ini :
you look at your job. it is not even close to what you thought you would be doing or maybe you are looking for one and realizing that you are going to have to start at the bottom and are scared.

lalu tambahannya yang lebih nendang lagi bilang begini:
you laugh and cry with the greatest force of your life. you feel alone and scared and confused. suddenly change is the enemy and you try and cling on to the past with dear life but soon realize that the past is drifting further and further away and there is nothing to do but stay where you are or move forward.

mengenaskan ya?

ini akan bertambah parah kalau diri sendiri yang mengalami perasaan dan kecemasan itu, lalu nggak bisa berbagi sama orang-orang di sekitarmu karena mereka sedang punya masalah-masalahnya sendiri, yang kayaknya lebih berat dan lebih rumit daripada masalahmu.
jangankan mau curhat tentang kecemasan-kecemasan itu. kalaupun dicoba nantinya yang dicurhatin akan tersinggung, atau minimal ngomong:
"coba liat aku! keadaanmu jauh lebih baik daripada aku"
*sigh*

padahal kamu merasa, satu-satunya lagu yang bisa menjelaskan keadaanmu adalah soundtracknya Friends:
So no one told you life was gonna be this way
Your jobs a joke, you're broke, your love life's D.O.A.

It's like you're always stuck in second gear
And it hasn't been your day, your week, your month,
or even your year

OK! anggaplah hanya Joey saja yang mengalami bait pertama . tapi bait keduanya pernah dirasain 'kan?
dan ya! nggak pernah ada yang memberimu pelatihan atau kursus singkat untuk memahami kehidupan. juga nggak ada buku panduan untuk hidup semacam 'Living Your Life Perfectly. A Guide Book for The Dummies' .
dan kalo kata Milan Kundera sih...
We can never know what to want, because, living only one life, we can neither compare it with our previous lives nor perfect it in our lives to come.

semua ini akan semakin parah kalau kamu perempuan. mulai dari tubuh dan usia reproduksi yang lebih pendek. belum lagi budaya dan struktur sosial yang patriarki yang kita hadapi sehari-hari. ada lebih banyak kecemasan yang berangkat dari sana.
tapi sudahlah, aku tidak sedang menghakimi apapun atau siapapun. seperti biasanya, tulisan ini pun berangkat dari pengalamanku sehari-hari dan tentunya curahan hati yang tak tersampaikan.
*ihihi*

waktu akhirnya aku bicara pada beberapa orang saat arisan Kampung Gajah, ternyata nggak hanya aku yang mengalaminya. saat itu setidaknya Trinie Lupin dan Irayani Queencyputri juga mengaku merasakan hal yang lebih kurang sama.

dan seperti cerita-cerita lain yang berakhir bahagia, untunglah ada teman-teman seperti Andika Triwidada dan Abiwara! yang menyadarkan bahwa meskipun dalam beberapa hal kecemasan ini diperlukan, kita juga harus menyimpan energi untuk cemas lagi di usia 40 tahun:D.
krisis seperempat baya, demikianlah sindrom ini (katanya) diberi nama, mungkin belum sepenuhnya lewat dan terpecahkan. tapi buatku, langkah pertama yang penting sudah dijalani, yaitu mengenali dan menyikapinya dengan lebih terstruktur. at the end of the day...aku udah bisa bilang sama Trinie Lupin kalau "kita pasti bisa melewati kecemasan ini dengan cara yang elegan, percayalah!"

percaya kan?

PS:
special thanks to Enda Nasution and Nirwan Dewanto.
trus, kalo aku jadi rada formal dengan menulis nama lengkap, itu karena 'efek Pak Amal'

Saturday, November 18, 2006

a postcard from southern france

I found it in my desk this morning. a beautiful postcard filled with small, smaller and tiny upside-down handwritings in blue ink. it looks like this:

Photobucket - Video and Image Hosting

and the writing says:

Ina,
It's a warm autumn day in St. Siffret & Ibu Gill & I have just returned from visiting Arles, an ancient town where my favorite painter lived for a year.
(Chocolate for you if you can guess who)

Got this card after seeing an eye-opening exhibition 'Venice & the Orient' @ the Arab Institute (Paris). Hope you like the colors.

I hope you have Ubud all under control, and Idul Fitri was a decent break from work + good family time.

In case you are wondering what one does while on holiday in France,
I typically wake up in the dark of 7am to watch the sky change colors grey-red-orange-clear-blue before exploring sleepy village for tasty morsels & wine, or gathering mushrooms in the forest - before a trip to historical landmarks or art museums etc etc...

Afternoons are for writing & evenings for chit-chat over good food & wine -
did I mention near-solid dark HOT chocolate to dunk fresh croissants in?
-K


what a sweet surprise! I'm thrilled.
thank you very much for those roses
and cozy French atmosphere that you sent.

there's a period in Vincent Van Gogh's life when he moved to southern France. this was the time when Van Gogh did circular motion of the brushstrokes, gives the effect of shimmering halo. it was Arles Period. and altough Gauguin visited Van Gogh there, I'm not sure that there was any painting connected to Arles by Gauguin.
hmmm... that's why you like that Homage mural in Denpasar so much:D

Tuesday, November 14, 2006

pertanyaan wajib untuk twentysomething

twentysomething. jumlah umur berkepala dua, yang sudah bikin malas untuk menyebutnya, terutama kalau didepan orang yang lebih muda:-) secara umum, yang ada dalam kategori ini sudah lulus kuliah, bekerja dan hidup mandiri. untuk mereka yang masih lajang pada usia ini, hal yang selalu dipertanyakan pada saat ngumpul dengan keluarga besar adalah tentang hidup bersama atau pernikahan.

berdasarkan pengalamanku waktu mudik lebaran bulan lalu, ada tiga tipe kalimat, baik berupa pertanyaan atau pernyataan yang biasa dilontarkan. berikut ini aku tuliskan, lengkap dengan caraku menjawab.

tipe langsung
Q: "jadi kapan kamu menikah?"
A: "segera, sesudah ada yang ngelamar"

tipe setengah langsung
Q: "tante udah nunggu-nunggu undangannya. persiapannya masih kurang apalagi sih?"
A: "gedung, katering, desain undangan, fotografer, baju pengantin... semuanya udah ada. tinggal mempelai laki-laki yang belum"

tipe tidak langsung
Q: "sudah waktunya kamu berpikir tentang pernikahan. buat apa ditunda-tunda"
A: "kalau menikah itu bisa dilakukan sendiri, pasti udah dari dulu aku menikah"
Q: "menikah sendiri itu kayak apa?"
A: "married to myself"

buat kamu yang punya pengalaman dengan tipe yang lain, silakan berbagi dengan menulis komentar. buat yang merasa postingan ini berguna, silakan kirim parcel:-)

Monday, November 13, 2006

sebuah penyesalan

Tuhan, maafkan aku yang sok tahu
tolong jangan murka
aku cuma terlalu riang beberapa hari yang lalu, waktu menulis email pada Thom dan Kak Linda, memberi tahu mereka kalau hujan sudah mulai turun di Ubud
sungguh aku tidak bermaksud apa-apa
tidak pula ingin mendahului kehendak-Mu

jangan gusar, Tuhan
kumohon hentikan hari-hari yang kering dan terik ini
meja kerjaku yang biasanya sejuk, desaku yang biasanya selalu dihembus angin...
kini sudah jadi oven dengan aku terpanggang di dalamnya

berikan padaku hujan, Tuhan
berikan aroma tanah yang segar setelah tersiram derainya
berikan rumput hjau yang basah
berikan langit mendung dan petir yang menggelegar
berikan gerimis
berikan angin yang menusuk melewati helai-helai pakaianku
berikan siraman yang turun dari balik kaca jendela,
membilas semua yang dilaluinya

aku perlu hujan untuk meluruhkan sendu dari hatiku

Thursday, November 09, 2006

understanding brokeback boys

sebutlah namanya Mark dan Satya. pasangan yang setiap tahun dua kali berlibur ke Indonesia. pada bulan Mei atau Juni dan Oktober atau November, aku akan mengharapkan kedatangan mereka berdua. keluarga Satya sebenarnya berasal Solo meskipun sekarang menetap di Bandung. namun sudah 5 tahun ini dia menetap di Zurich, bersama Mark yang dikenalnya di sebuah diskotik di kota itu. ia adalah fashion stylist di sebuah department store untuk kalangan menengah keatas di Swiss, sementara Mark menjadi private banker bagi sejumlah selebritis yang kaya raya dan sudahlah... tak perlu kutulis namanya disini.

rute perjalanan mereka di Indonesia nyaris selalu sama. Bandung, Yogyakarta dan Bali. kadang singgah pula di Jakarta untuk beberapa hari. biasanya karena Satya harus mengurus beberapa hal yang berhubungan dengan visa atau administrasi surat-surat yang sejenis. tahun ini, untuk pertama kalinya Satya memperkenalkan Mark pada keluarganya di Bandung. selama tiga hari, Mark tinggal di Bandung bersama Satya dan keluarganya.

ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang menyukai sesama jenisnya. jadi pertemuanku dengan mereka berdua, atau bahwa aku tahu kalau mereka adalah pasangan yang saling mencintai, bukanlah hal yang aneh atau luar biasa. aku menulis entry ini bukan dalam rangka membenarkan atau menyalahkan pilihan yang mereka ambil. ini lebih pada menceritakan kembali bagaimana aku mengalami de javu, karena perasaanku saat bertemu lagi dengan Mark dan Satya sama persis dengan perasaanku setelah menonton Brokeback Mountain.

film itu menunjukkan bagaimana cinta antara Jack dan Ennis terbentuk.
pertemuanku saat makan siang dua hari yang lalu memberiku pemahaman, kenapa Satya jatuh cinta pada Mark. dan sebaliknya.

aku menyambut mereka di pintu. aku dan Satya langsung saling bertukar maaf dan ucapan selamat Lebaran. setelah itu kami ngobrol tentang Bandung, karena aku pergi kesana Agustus yang lalu. sekitar 10 menit kemudian barulah percakapan kami bertemu jeda. sepanjang 10 menit itu, beberapa kali aku melihat Mark memperhatikan Satya dengan tatapan yang melembut penuh kasih sayang. ia sama sekali tidak seperti orang asing lainnya yang menunjukkan pandangan tidak senang kalau pasangan Indonesia-nya bercakap-cakap dengan orang lain dalam bahasa ibu mereka, yang tidak terlalu ia mengerti. ia seperti memahami kerinduan Satya untuk bicara dalam bahasa Indonesia (kalau denganku malah bisa ngobrol pake bahasa Jawa juga) setelah sepanjang tahun harus ngobrol dalam bahasa Jerman. komentarnya singkat saja "lots of news ya?"

justru karena itu kami jadi agak segan untuk bicara dalam bahasa Indonesia. setiap kali ada salah satu yang mulai kehilangan kontrol dan bercerita dengan bahasa Indonesia, entah itu Pak Koman, Bu Mansri atau aku, akan bergantian saling mengingatkan satu sama lain. "pakai bahasa Inggris..."

nah, sebelum Bu Mansri datang, tanpa sengaja aku membocorkan rahasia menu makan siang pada Mark dan Satya. aku sama sekali nggak sadar kalau Bu Mansri merundingkan menu itu denganku bukan untuk diceritakan pada mereka. untunglah yang aku sebut baru hidangan pembukanya saja. bukan keseluruhan menu. tapi Mark sepertinya mengendus hal ini. lalu waktu Bu Mansri mengumumkan kalau dia punya Soto Ayam -yang adalah favorit Mark, sebagai salah satu menu makan siang, dia menjawab dengan cerah ceria
"ooh, Mansri... what a nice surprise you have!"
saat itulah aku melihat Satya memandang Mark dengan penuh cinta. duh, dua orang ini bener-bener saling menunjukkan ekspresi sayang gitu loh... aku sampai iri ngeliatnya.

lalu Mark akan selalu meminta pendapat Satya setiap kali ia memilih sebuah lukisan. menanyakan padanya dimana sebaiknya lukisan itu dipasang. apakah Satya menyukainya atau tidak. padahal jelas Satya menyatakan kalau ia tidak terlalu mengerti. tapi Mark akan tetap menghargai pendapatnya. dan memilih sesuatu yang Satya sukai.

sementara Satya akan mengingatkan Mark akan hal-hal yang ia lupakan. memberitahunya maksud dan hal-hal yang harus diperhatikan saat pergi ke suatu tempat, atau melakukan sesuatu. menghindarkan Mark dari kecelakaan budaya yang sangat mungkin terjadi. suatu kali, Mark meninggalkan satu kantong berisi katalog dan artikel seni yang dibawa-bawa Mark dari Jogja untuk ditunjukkan pada Pak Koman. Satya mengambil kantong itu, memindahkan isinya ke dalam tas yang ia bawa, lalu melipat kantong kertas itu dengan rapi sebelum memasukkannya ke tas juga.

dua orang ini saling melengkapi dan menjaga. saling pengertian dengan cara yang menyentuh. kalau Mark berdiskusi dengan Pak Koman tentang seniman, lukisan dan kesenian, Satya akan ngobrol denganku dan Bu Mansri tentang batik, atau mode pakaian. lalu kalau mereka menceritakan hal-hal yang mereka alami dalam perjalanan, kami akan tersenyum dan menanggapi disana sini.

bagaimanapun, love is just a feeling, kalo kata The Darkness. dan kehadirannya bisa dirasakan, bahkan oleh mereka yang tidak terlibat dalam jalinan kisah dan perasaan itu.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...