Saturday, March 31, 2007

30 Maret 1980

pada hari Minggu itu, Kelly Woolford masih duduk di tahun terakhir sekolah menengah. agak terlambat karena selama tiga tahun ia terlalu sibuk bermain baseball. ia suka olahraga dan bertualang di alam. mungkin karena ia dibesarkan di Missouri, tempat dimana perjalanan keluarga Ingalls yang ditulis oleh Laura dan kemudian dijadikan film serial Little House on The Prairie, dimulai.

sementara itu, di Hollywood, Scott Rasmussen memulai pekerjaan pertamanya sebagai tukang sambung kabel. itu adalah awal karirnya sebagai tukang listrik di Universal Studios. ia sempat mencoba peruntungannya dalam sebuah audisi untuk iklan Chevy, tapi tidak berhasil. mungkin ia sempat bertanggung jawab atas kabel-kabel yang berseliweran selama pembuatan film-film terkenal dari Universal selama kurun itu seperti Coal Miner's Daughter dan On Golden Pond.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

pada tanggal 30 Maret 2007, mereka berdua bersama-sama menyiapkan pesta ulang tahunku, memilih tempat, memesan meja, membeli kue (yang merupakan gabungan dari Tiramisu, Fruit Pie dan Banana Chocolate Mousse) dan mengundang orang-orang di bawah ini, untuk datang dalam pestaku. these are our breakfast and after dinner crowd, people that we meet almost everyday. pesta kecil itu dihadiri 7 orang, dan pada tiga puluh menit pertama setelah acaranya dimulai, setiap orang (yang memang lebih tua daripada aku) saling menceritakan apa kira-kira yang mereka lakukan, pada hari ketika aku dilahirkan.

di Carmel, dekat San Francisco, Joel baru saja membeli mobil Volkswagen berwarna biru. ini adalah awal dari berbagai hal dalam hidupnya setelah lulus dari sekolah menengah. saat ia memulai bisnis pertamanya (yang nggak jelas apa) lalu masuk ke sekolah khusus untuk belajar alkitab bersama berpuluh-puluh laki-laki yang lain.

Shiner sedang belajar di jurusan Seni di Southeastern Louisiana University pada hari saat aku dilahirkan. ia dan teman-temannya menyebut sekolah itu sebagai Slow Learning University, terbukti dengan prestasinya selama lima tahun berturut-turut masuk ke dalam daftar Top 25 College Parties in The US yang dikeluarkan majalah Playboy. aku yakin Shiner sangat sibuk bersenang-senang saat itu.

pada saat yang sama, Lucien sedang belajar di jurusan Keuangan di universitas yang terletak di sebuah kota kecil yang tidak perlu disebutkan namanya di Kanada. seperti halnya Celine Dion, darah Perancis mengalir deras dalam tubuh Lucien. ia belajar Marketing dan Keuangan sampai mendapatkan gelar S2, dan selama itu ia tinggal seapartemen bersama tiga orang lainnya. apartemen mereka cukup besar, sehingga mereka harus bekerja keras untuk membayarnya, masih ditambah dengan beban kuliah dan tugas-tugas. pada akhir minggu, mereka selalu mengundang banyak teman untuk datang dan membuat Potluck Party. saat-saat yang penuh kenangan indah.

akhir Maret adalah saatnya Trisha lulus dari sekolah menengah. ia sedang mencoba-coba pakaian yang akan dikenakannya pada pesta dansa, berharap-harap cemas mendekati waktu wisuda, lalu bersiap-siap masuk ke universitas setelah liburan. aku bisa membayangkan betapa senangnya Trisha saat itu.

yeah, mereka berhasil mengingat-ingat waktu 27 tahun yang lalu. mereka juga bilang padaku bahwa usia 27 adalah satu babak baru yang menyenangkan dalam kehidupan. waktunya memulai sesuatu yang baru, atau memantapkan jalan yang sudah dipilih. aku tersenyum mendengarnya, aku tertawa mendengar cerita dan lelucon mereka. rasanya tadi malam adalah salah satu hari istimewa ketika aku tersenyum dan tertawa selama 4,5 jam!

terakhir kali aku mengadakan pesta ulangtahun pada 2003. waktu itu perayaannya ditandai dengan sebuah konser Melancholic Bitch di Lembaga Indonesia Perancis, Jogja. lalu aku juga mengadakan pesta kecil bersama teman-teman kampus dan lain-lain di kos sehari sebelum aku pergi KKN. mereka memanjakanku dengan membeli Opera Cake dari Novotel, yang kami nikmati bersama di akhir pesta.

dan tahun 2007 ini, Scott dan Kelly meneleponku hanya untuk bilang
"Tonight, 7.30 at Tutmak. is that oke?"
lalu melarangku memikirkan apa-apa. karena mereka yang mengurus semuanya, dan Lucien yang membayar semua pesananku. aku betul-betul terharu dan berterima kasih.

ah, aku jadi ingin tahu, apa yang kalian lakukan pada 30 Maret 2003?
apakah ada yang masih ingat?

Friday, March 16, 2007

scotty doesn't know

Scott Rasmussen adalah seorang lelaki yang tampan.
Dengan lengan yang kekar dan bahu yang lebar, satu-satunya hal yang bisa dipikirkan perempuan saat melihatnya adalah betapa nyaman bisa merebahkan kepala di dadanya yang bidang. Tingginya lebih dari 180 cm, rambutnya ikal berwarna cokelat tua dan matanya ramah. Senyumnya melelehkan keju beku yang hendak dioleskan pada croissant hangat yang baru dikeluarkan dari microwave. Geraknya hati-hati. Dengan tubuh sekekar itu, caranya berjalan lebih seperti hembusan angin sejuk yang meniup lembut daun kering yang siap luruh. Ia selalu berjalan tanpa suara. Bahkan ketika mengenakan sepatu boot kulit.

Pekerjaannya menggabungkan kekuatan dan keindahan. Sebagai perancang perhiasan, hidupnya dikelilingi batu-batu mulia yang harus dipotong, ditatah, lalu diikat dengan logam. Dari tangannya yang berotot lahir karya-karya dengan citarasa tinggi yang memancarkan pesona alami perancangnya. Ia bicara dalam nada-nada rendah, penuh senyum. Setiap kali ia sampai pada hal-hal yang menarik perhatian dan menyentuh perasaannya, tatapannya meredup, lalu ia akan berbicara dengan lebih lambat. Seakan ingin meresapi setiap kata yang dia ucapkan, menghirup udara yang melayang saat kalimat demi kalimat ia ucapkan.

Ia sangat suka kucing. Ia memungut seekor kucing dan memeliharanya, kucing pertamanya yang bertahan hidup sampai saat ini, setelah lebih dari tujuh tahun menghuni rumahnya yang sunyi di Sayan. Lalu berturut-turut ia memelihara Astro, Kiki, Rani, Rini serta si kembar Lulu dan Cucu. Ketika si anak kucing kembar berkumpul, ia dapat memanggilnya Lucu-lucu.
Sekilas kulihat ada binar dimata Scott ketika menceritakan kucing-kucing peliharaannya. Setiap kali seekor anak kucing hilang karena dilahap ular Phyton yang berkeliaran di hutan dekat rumahnya, Scott selalu bercerita dengan sedih. Tapi ia juga tidak bisa melarang mereka bermain di halaman, karena di sana kucing-kucing itu selalu terlihat lebih bahagia disana. "They think I'm their mother" katanya.

Setiap pagi setelah pukul 8.16, Scott bisa ditemui di Space Colonie, sedang menyantap sarapan paginya yang berupa dua Danish pancake, dua fried eggs sunny side up dengan lelehan maple syrup dan long latte. Menu makan malamnya adalah green avocado salad, sate ayam dan nasi putih. Hidup yang sederhana. Sesederhana pilihannya untuk minum lime juice tanpa gula. Scott menghindari gula seperti ia menghindari heroin. Tapi akhir-akhir ini, dia sedang suka makan permen Mentos rasa Blueberry. Ia akan mengulurkan permennya padaku sambil berkata "Have some Vitamin M"

Diantara kami, ia dijuluki Superman. Kalau kamu menyimak dengan baik, kamu akan tahu kenapa kami memanggilnya begitu. Di dalam phonebook-ku, ia tercatat dengan nama yang membuatnya terbahak; Scotty Doesn't Know.

Beginilah caraku bercerita tentang Scott pada Bunda Endhoot.

Wednesday, March 14, 2007

dua perpisahan

langit begitu gelap disarati mendung pagi ini. lalu menjelang jam 10 mendadak hujan turun tak berkeputusan. butir-butir air berhamburan melewati jendela yang kubuka lebar-lebar, menyisakan percik yang membasahi kusen. membuatnya basah dan lembab. seperti jalanan, seperti daun, pohon dan menambah jumlah air di kolam teratai tempat ikan-ikan mas koki berenang.

suasana pagi yang muram, sangat berbeda dengan langit cerah penuh bintang berkilauan tadi malam, saat kami makan bersama untuk terakhir kalinya. setelah tiga minggu berlibur, bermain tennis dan minum kopi hampir setiap malam di Space Colonie, Ronald Decter, the Canadian GM, harus kembali ke Barocay Island untuk bekerja. sampai saat terakhir, ia jelas-jelas tidak berminat untuk kembali kalau bukan karena harus. betapa cepatnya waktu berlalu!

we decided to dress up.
aku memakai rok hitam dengan atasan floral berwarna pink dengan bunga-bunga warna cokelat dan biru muda. Mbak Yuni memakai atasan dan rok hitam. dan karena Scott hanya mengijinkan kami menumpang mobilnya kalo kami memakai high heels, maka itulah yang kami pakai. aku merasa cantik, dengan sepasang anting-anting panjang yang menjuntai hampir menyentuh bahuku.

tentu saja semua hadir. kami berenam makan, bercanda dan tertawa dalam suasana hangat. Kelly dan Joely, masing-masing duduk di ujung meja dan terus menerus tersenyum. kami menghadapi perpisahan dengan menunjukkan yang terbaik, dengan kebersamaan dan persahabatan.

meskipun aku tidak pernah suka perpisahan. tidak suka mengucapkan selamat berpisah atau good bye. aku memilih sampai jumpa. lebih menyukai see you.
karena ada harapan untuk bertemu lagi.

tapi kadang-kadang perpisahan itu tidak memberikan kesempatan untuk bertemu lagi. seperti ketika kami sekeluarga harus merelakan sepupuku yang pergi untuk selamanya karena meningitis, tepat sebulan yang lalu. atau ketika untuk sementara, aku hanya bisa menjumpai pusara nenekku, yang pergi dua minggu yang lalu

yang pasti setiap perpisahan akan menyisakan kenangan.
ketika Mbah pergi, tanteku yang selama ini merawatnya mempersilakan kami untuk mengambil salah satu benda yang ditinggalkan untuk kenang-kenangan. lalu sambil memilih-milih satu diantara sekian banyak sarung Mbah, Tante bercerita kalau seumur hidupnya, Mbah hanya memakai satu merek kutang.

seperti wanita lainnya yang seumur hidup tinggal di desa, kutang yang dimaksudkan Tante adalah kutang kain tradisional, kayak yang dipake Aminah Cenderakasih di film-film Betawi jaman dulu banget, waktu memakai kutang kain sambil menyapu di halaman adalah pemandangan biasa. yang dipake Mbah mereknya Suroso. bukan Triumph, bukan Wacoal, bukan Victoria's Secret.

aku senang mengetahui cerita ini, karena Mbah mewariskan pada kami semua semangat untuk bangga dan mencintai produk lokal. yang asli, yang milik kita sendiri. aku mungkin tidak punya banyak waktu untuk mengenalnya lebih dekat, untuk memahami pikiran-pikirannya secara mendalam, tapi aku punya kesempatan untuk meneruskan semangat itu.

dan aku berterima kasih pada Pak Koman dan Bu Mansri, Mok Mangnik, Pak Aris yang bawain tiket ke bandara, Mbak Yuni yang selalu memantau perjalananku, Rony, Mas Toyik yang mengantar Jogja-Pacitan PP, Bonnie yang merelakan mobilnya kupakai, Titis dan Mas Nanang, teman-teman di ID-Gmail dengan segala perhatian dan simpatinya serta Onet. semuanya memungkinkanku punya satu lagi kesempatan berkumpul bersama keluarga, memahami nilai dan semangat baru, bahkan disaat perpisahan.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...