Wednesday, October 26, 2011

ode untuk ZL

kita lahir di tanggal yang sama. karenanya, saya tak bisa ikut datang pada perayaan ulang tahun anda yang terakhir, hampir tujuh bulan yang lalu. karena pada saat bersamaan, sebuah pesta kecil diselenggarakan juga untuk saya. kita saling mengucapkan selamat ulang tahun. saya tak bercerita pada yang lain. saya harap anda juga tidak, pak. saya tak mau membesar-besarkannya.
saya ingat waktu pertama kali datang ke gedung ini dan bertemu dengan anda yang penuh semangat dan selalu tersenyum. kini setelah anda pergi, saya mendengar orang-orang lain, yang telah mengenal anda lebih lama berkata bahwa anda teguh dalam pendirian, keras dalam perdebatan dan lantang membela yang anda anggap benar. saya, yang mengenal anda hanya seumur jagung, mengingat anda sebagai sosok yang berkepribadian manis dan penuh pengertian. kadang-kadang saya merasa anda lebih lembut hati daripada kami semua dalam ruangan rapat, meski mereka menyebut anda "bergaya medan"
terakhir kali kita berjumpa, saya cukup senang karena anda masih mengenali saya. tak banyak yang pernah dan bisa kita bicarakan, tapi anda tahu saya sangat menghormati anda, dan mendengar betul saran-saran yang anda sampaikan. betapa anda begitu percaya pada penilaian dan pemikiran saya, sangat saya hargai, pak.
sampai selasa kemarin, saya masih merasa anda cuma sedang berhalangan datang ke kantor. setiap kali melewati ruangan anda, saya selalu berpikir bahwa itu masih tetap meja anda, tempat anda akan mengangkat kepala saat saya lewat di depannya dan tersenyum. lalu saya berdiri di depan foto anda, lalu orang-orang bicara tentang anda, lalu film berisi wawancara, foto dan potongan-potongan video anda diputar. lalu saya betul-betul menyadari, bahwa anda sudah tiada. dan tak akan duduk di kursi yang sama lagi untuk menghadiri rapat senin pagi dan berbagai acara. tapi, anda masih akan terus bersama kami menempuh jalan ini kan, pak?
selamat menikmati durian sepuasnya di surga, pak. tentu rasa buahnya lebih legit dan lebih wangi. juga seafoodnya lebih lezat, udang, kepiting dengan sambal yang lebih mantap. saya harap surga juga menyediakan masakan padang. jika tidak untuk yang lain, tentu bisa dibikin khusus untuk anda. setelah ini, setiap kali berulang tahun, saya akan menambahkan satu lilin, karena perayaan untuk kehadiran anda diantara kami juga harus diteruskan.

Monday, October 10, 2011

Temple Grandin

awalnya aku nonton film ini secara nggak sengaja di HBO. tapi nggak selesai, juga nggak dari awal. sepanjang kira-kira 30 menit itu, aku melihat bagaimana Claire Danes yang menjelma Temple Grandin, sedang berusaha beradaptasi di kuliah masternya di jurusan Peternakan di Arizona. bagaimana Temple berhadapan dengan para peternak tradisional, koboi yang sok tahu, memandang rendah perempuan, dan (seperti banyak orang lain) meremehkan dan menghinanya karena ia menderita autisme.
singkat cerita, aku berhasil mendapatkan film itu (you know exactly where it's coming from).
film ini merupakan adaptasi atas kisah hidup Temple Grandin, seorang wanita yang didiagnosa menderita autisme ketika berusia 4 tahun. oleh ibunya, ia dibawa ke berbagai dokter dan ahli, yang sebagian besar menyatakan bahwa Temple harus dimasukkan ke institusi khusus karena mengalami autisme dan kerusakan otak. ibunya menolak vonis ini dan bersikeras mengajar Temple di rumah supaya ia bisa bicara. lalu memasukkannya ke sekolah untuk belajar bersama anak-anak lain seusianya.
perjuangan yang mereka jalani berat dan panjang. banyak orang menghina dan menertawakan, menjahati Temple karena dianggap aneh. satu hal yang mereka tidak pahami, Temple sebetulnya sangat cerdas dengan daya ingat luar biasa, meski cara kerja otaknya berbeda dengan orang kebanyakan. ia "thinks in pictures and she connects them" demikian dinyatakan Dr. Carlock, guru IPA Grandin di Hampshire Country School. guru inilah yang kemudian mendorong Grandin untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, di bidang peternakan, karena ketertarikannya yang besar pada hewan ternak, baik itu sapi maupun kuda. ia selalu menggap hewan-hewan itu berpikir seperti mereka.
satu hal yang beberapa kali diucapkan oleh ibu Temple, yang seperti menjadi mantra bagi film ini adalah "she's different. but not less" karena ingatan fotografis yang dimilikinya dan kecerdasannya yang luar biasa seringkali tersamarkan dari mata awam. dan banyak yang tak menyadari itu.
film yang luar biasa ini membuatku tertawa dan terharu silih berganti. juga pada saat yang bersamaan. dari Temple Grandin, aku belajar tentang kesungguhan dalam mewujudkan keinginan dan kekerasan hati hati yang diimbangi dengan kerja keras. aku rasa kalau ibunya Temple model-model yang drama, atau justru memilih menyerah pada para dokter yang menyarankan 'membuang' Temple ke institusi, ia tak akan ada di tempatnya yang sekarang, dipandang dengan rasa kagum dan penuh hormat, oleh berbagai kalangan.
dalam film ini, Claire Danes menurutku bermain luar biasa. hilang sudah semua kesan "gadis pemikat lelaki" yang biasanya terlihat dalam film-filmnya. Claire (berasa kenal akrab gini) bermain total, intens, melenyapkan seluruh keberadaannya dalam sosok baru yang sama sekali berbeda. dan matanya yang berbinar-binar saat menemukan 'pintu baru' untuk dimasuki, pintu yang mengantarnya pada dunia baru untuk dijelajahi, membuatku seperti ditampar!:D
oya, ada satu adegan yang sangat kuat dalam film itu. adalah ketika Temple Grandin menjadi valedictorian dan harus berpidato di hadapan semua lulusan serta keluarga mereka, ia bercerita tentang dirinya, autisme yang ia alami, mesin penekan yang ia ciptakan dan peran ibunya. lalu, ia menyanyikan lagu ini:
When you walk through the storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
There's a golden sky
And the sweet silver song of the lark
Walk on, through the wind
Walk on, through the rain
Though your dreams be tossed and blown
Walk on, walk on, with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
Walk on, walk on, with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
ini adalah lagu dari pertunjukan Carousel (1945), yang baru hari ini kuketahui, sering digunakan sebagai lagu penyemangat, yang juga dijadikan lagu 'kebangsaan' untuk klub sepakbola Liverpool. aha!
tapi berhubung dalam film itu Temple nyanyinya melenceng dari tangga nada yang biasa, jadi PRku berikutnya adalah mencari tahu bagaimana cara menyanyikan lagu ini dengan benar. syukur kalo bisa hapal:))

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...