Wednesday, February 23, 2005

rest in peace

Semsar Siahaan meninggal hari ini. Rabu, 23 Februari 2005, pukul 01.00 wita di Rumah Kita-Rumah Sakit Tabanan karena serangan jantung.
Semsar dikenal sebagai seniman dan juga aktivis, penentang rezim Suharto, militerisme di Indonesia, menyuarakan isu-isu HAM, kemiskinan, anti globalisasi dan kapitalisme, serta isu sosial lain dalam karya-karyanya.

Selamat jalan, Semsar Siahaan!
Semoga mendapat tempat yang tenang di sisi-Nya.
Kami merasa sangat kehilangan...

Monday, February 21, 2005

berlian hasil rekayasa genetika

scientists are able to create real diamonds!
thanks to new technologies, man-made versions of this precious gems are now indistinguishable from the real thing. the cultured diamonds even passes the four factors used to judge the diamonds; cut, clarity, carat and color tests. its also passes the diamondsure (which checks the nitrogen content) and the diamondview (checking the diamond's growth structure) tests. it happened because the cultured diamonds are made in a dishwasher-size chamber that worked the way the mother earth process did, in pressure of 60.000 to 100.000 atmospheres and fifty years culmination of hardwork.
but if you checked it out on a machine that cost $100.000, to find out the diamonds wavelength... the cultured one length is 737 nanometers while the real ones are 741 nanometers. but it's in nanometers! please...

so.....
what will happen to the $60 billions (I couldn't even decide how many zero to put in this billion) jewelry industry?
dunno yet...but I think it will be good for other lots of people, not including de beers family, who had been rich because of diamond business since 1888! wondering...whether there'll be chinese-diamond for the cultured one?
*ahaha...*
just too early to say as the news said that those cultured diamonds will be flooding into the market in the next six months.

and what about the price?
the cultured will give you seventy-five percent cut off from the real ones...
sounds delight, eh?

I will consider to buy a bright yellow solitaire diamond tied in white gold ring...

Sunday, February 20, 2005

day -not- off story

yesterday was supposed to be my day off.
so I spent the precious morning with an after sleep (the idea came from after party:) and watching DVD. it was juliette binoche's blue. and sms-an (of course)- have no idea to say that in english...

then kaoru sms me, asking few things about the text we've working on. then we decided to meet in a cozy place near to mine that one day we had planned to come to. I suggest a lunch, but she asked for brunch. and I agreed.

our table was next to the window. she had hot cappuccino and nacho while mine were iced chamomile tea and a fusion tuna sandwich (with slices of grapes, whole wheat bread and sweet potato chips). we discussed the text briefly and reach a mutual understanding. afterwards, kaoru pushed out four name cards. given short description of every person which the name was written... then told me the whole long story of how she met those four person and why.
her story surprised me first, then I got startled, then stunned.
then we started to make phone calls all the way around after decided to meet those four men once more. in person.
and so the adventure began...

we visited a place called ‘the dusun’ in seminyak, which is near to Ku de Ta. the place is nice and quiet, a bit sterile and need more trees and bushes. but it also seemed expensive and private like ‘no trespassing please. keep out’. we get in though, in a convenient three bedroom villa and spend almost one and a half our in conversation which was very good and promising.

soon after, we raced back to ubud for another appointment.
instead of bath that I desperately need for the black dust all over my face, I only have time for quick shower and changing. then marched to ‘the terazo’ for dinner and interview with journalists from the asahi shimbun. I ate my red-chili-chicken very slow because they keep asking me questions. some of which are too good and very hard to answer. all the questions are connected with my job. thing that I supposed to avoid in my day off. but I couldn’t. it was almost ten when I finally got home.
so it was a day off but not off at all.

before I wave goodbye, there are two news worth to tell;
first, a beautiful flower is about to bloom in the garden. right now it’s still red… but soon, it will turn purplish blue in the center. it will be red-red-purplish-blue flower.
second, these days are harvesting time in the paddy field around Komaneka. and its awesome!

Thursday, February 17, 2005

tale about dogs in ubud

aku takut anjing. itu bukan kabar baru.
bahkan sejak sebelum tinggal di bali yang buanyakkkk anjingnya ini... udah ada beberapa teman yang tau kalo aku selalu baca ayat kursi setiap kali aku ketemu anjing. ada beberapa yang ngetawain dan ngeledekin begitu mereka tau hal ini. tapi orang-orang yang bener-bener ngerti karakter anjing dan memahami karakter orang yang takut anjing biasanya nggak ngetawain aku. gini penjelasan ilmiahnya...

anjing itu menggonggong dan mengejar karena daya penciuman dan naluri mereka yang tajam bisa mengenali rasa takut (dari hormon yang dikeluarkan waktu perasaan takut itu bersemayam) dan mereka lantas jadi waspada, dan mengeluarkan peringatan bernada mengancam (menggonggong, maksudnya), terutama pada orang yang merasa tegang, dan takut, dan asing buat anjing yang bersangkutan.

karena itu, sebaiknya orang yang takut mensugesti diri mereka agar bisa melupakan ketakutannya, supaya hormon itu nggak keluar dan supaya dirinya jadi lebih tenang dan lebih percaya diri. bisa dengan bicara pada diri sendiri atau berkonsentrasi pada sesuatu yang rumit, panjang, memerlukan pemikiran untuk mengingatnya... ayat kursi adalah salah satu yang ideal. setidaknya buatku... yang tidak hapal perkalian pangkat tiga dengan baik...

memang, ada beberapa anjing yang pernah kutemui yang cukup pintar untuk bisa membedakan perasaan takutku, dan cukup tau kalo aku tidak berbahaya... sehingga mereka cukup tenang untuk nggak menggangguku. mereka itu diantaranya Rambo-anjingnya Aji, Sabrina-anjingnya Didit, Ikke Nurjanah-anjingnya Juki dan Piki-anjing mbak Tita (kalo nggak pas gila kegirangan sih...)
nah... di ubud ini lebih banyak anjing tolol yang kutemui. jadi itu lebih berbahaya, karena mereka nggak pandang bulu dan moody banget. bisa tiba-tiba menggigit, tanpa acara menggonggong lebih dulu... seperti halnya yang terjadi sama Kaoru-san.
hanya di ubud aku ngeliat ada anjing yang bisa tidur di trotoar atau di tengah jalan pada jam 10 pagi, ketika mobil dan motor udah berseliweran di jalan. hanya anjing di ubud yang bertingkah seperti ayam, yang kalo mau melintas di depan motor yang kamu naiki, dan kamu mengklakson... dia bukannya mundur atau berhenti atau mencari jalan lain selayaknya anjing di kota lain atau kucing-kucing... tapi malah makin menuju ke arah ban motormu. memaksa kamu ngerem mendadak.
dan hanya di ubud juga ada anjing yang bisa tetep tidur di pelataran istana raja ubud, waktu di depannya... persis semeter di depannya, orang-orang sedang berlatih main gamelan. last but not least... hanya anjing di ubud yang udah menggonggong dengan semangat dan mau mengejarmu... berhenti mengejar setelah tiga meter. karena malas...

Wednesday, February 16, 2005

rave fitness

jam 12 siang.

dan rasa itu masih mengambang. seperti ada gelembung besar di kepalaku, persis di belakang wajah... ada ruang yang berisi udara seolah hampa. perasaan yang memberikan sensasi kehilangan keseimbangan tubuh. yang setiap saat bisa tersungkur dan jatuh karena tersenggol sesuatu...

dizzy...
karena baru tidur jam 3 pagi (atau lebih) dan jam 7 udah bangun lagi...
harga yang harus dibayar untuk clubbing di hari kerja.

we went to ku de ta last night for a rave and meet DJ Kotaro. adalah Ida yang beberapa hari yang lalu mengirimiku email dan foto si DJ dan bilang kalo dia akan main. ku de ta, terletak di salah satu sisi pantai kuta keliatan glam di malam hari dan terlihat mengkilap bermandi cahaya matahari terbenam di sore hari. di sisi kanan halaman yang menghadap ke laut lepas, sebuah ruang terbuka dengan meja bar panjang yang ng-etnik, rak dengan berderet-deret botol minuman, LCD screen yang crystal clear dan sound system yang serba JBL, dijadikan bar. setiap hari disini, ada seorang DJ (tepatnya resident DJ) yang bermain.

beberapa hari yang lalu, DJ Kotaro main saat sunset, dan banyak yang menyukainya. and we missed it! karena baru tau beberapa jam sebelumnya dan udah terlanjur punya banyak acara. kedatangan kami tadi malam untuk menebus apa yang telah kami lewatkan.
si DJ ini cool dan casual banget. kalo nggak karena Ida dah kirim foto, mungkin kami nggak akan mengenalinya. setelah ngobrol, baru ketauan kalo dia ramah dan murah senyum. Kaoru bilang, kalo di foto DJ Kotaro keliatan keren, itu pasti karena Ida fotografer yang bagus; dan aku setuju.



jam 22.30-an, resident DJ yang main duluan. a female DJ with grey backless tank top, diagonally-stripped tie, long tight stretch black skirt, hi-heeled boots and cute head cover... played chilled out set, from trip-hop to garage... nice and smooth...
sesudahnya... barulah DJ Kotaro, in T-shirt, blue jeans (in fact I really couldn't tell for the light was dim) and black leather sandals... played groovy deep house with a bit of trance, breakbeat to jungle...or is it tribal?
hmmm... it's been a while... lama juga nggak clubbing sampai agak susah ngebedain irama durung-dung-dung itu...
yang lebih berat itu jungle ato tribal yah?

nggak terlalu penting juga, kecuali untuk bikin deskripsi yang lebih baik.
all I can tell, set-nya DJ Kotaro ini keren abisss! awesome!
gayanya yang cool sebelum mulai main seketika langsung hilang! menyenangkan sekali memperhatikan dia bermain dengan plat dan terlihat sangat menikmatinya... as much as I enjoyed his set!

seperti yang sudah-sudah... saat clubbing kurasakan sama bersemangatnya dengan aerobik ato fitness. so, last night was a great comeback to nightlife party as well as long-missing sports.

harus kirim email ke Ida untuk bilang makasih...

Tuesday, February 15, 2005

dari afrika dan lintasan waktu

Andre dapat tugas ke afrika selama dua bulan dan sejak berhari-hari sebelumnya kami dah terus-terusan bicara tentang afrika, jerapah, zebra, gajah, singa dan badak bercula hitam. dan aku nggak pernah lupa menyelipkan salam untuk tarzan... yang mencintai jane...

hari ini, dari johannesburg dia ngobrol denganku. dia bilang disana lagi summer dan panasnya minta ampun! dia juga cerita kalo dia udah ngeliat jerapah dan gajah... lalu kami ngobrol tentang kerjaannya... dan tentang waktu

aku bilang sama dia kalo percakapan kami sebetulnya absurd...
dia, di afrika... di jam yang enam jam lebih lambat dariku... saling bicara mengarungi lintasan waktu. aku bicara dengan seseorang dari masa lalu, masa enam jam sebelum waktu aktualku, sementara disini, dari meja dan komputer yang sama, aku juga bicara dengan Ida, seseorang dari masa depan, yang berada satu jam di depanku, karena dia ada di tokyo.
Andre lantas bercerita tentang perjalanannya yang memakan waktu lebih kurang 10 jam dari kuala lumpur ke johannesburg... namun seolah hanya ditempuh dalam dua jam saja karena arah pesawat yang menuju waktu yang lebih awal dari waktu aktualnya.
juga waktu dia ke vienna... yang ditempuh dalam waktu -2jam karena sesampai di vienna waktu aktualnya menjadi dua jam lebih awal dari waktu aktual ketika dia naik pesawat.

jadi kubayangkan, orang-orang seperti Andre, yang mengarungi berbagai lintasan waktu, boleh jadi mengarungi umur aktual tertentu, dan dapat bonus dari waktu yang dihabiskannya di lintasan waktu yang berbeda. katakan 8 jam yang dia simpan dari lintasan waktu afrika, dikali jumlah hari yang dia habiskan disana, dan jumlah itu mengurangi lintasan waktu aktualnya... dia dapat bonus umur... sekian hari...

dia juga bercerita tentang bagaimana dia memaksa syarafnya untuk merubah jam biologis supaya sesuai dengan waktu aktual ditempat dimana dia berada. kurasa, sebagaimana memaksa syaraf untuk tetap bangun mengikuti lintasan waktu yang baru, saat kita memutar jam tangan kita juga menghentikan waktu aktual kita dan menyusuri lintasan waktu yang berbeda.

enough today. I must go home now. I promised to come to DJ Kotaro's scene tonight.

Monday, February 14, 2005

tentang embun

Aku jadi suka puisi-puisi Emily Dickinson sejak hari ketika aku harus ngumpulin puisi tentang segala jenis tumbuhan yang ada di kebun. Heliconia, pagoda flower, jade vine (so far... ini tanaman yang namanya paling bagus) dan seterusnya dan seterusnya.
Emily ternyata juga menulis tentang embun.
Judulnya 'A Dew sufficed itself-'

A Dew sufficed itself—
And satisfied a Leaf
And felt "how vast a destiny"—
"How trivial is Life!"

The Sun went out to work—
The Day went out to play
And not again that Dew be seen
By Physiognomy

Whether by Day Abducted
Or emptied by the Sun
Into the Sea in passing
Eternally unknown

Attested to this Day
That awful Tragedy
By Transport's instability
And Doom's celerity.



powered by Google

temper management

bener-bener masih harus belajar banyak...
terutama belajar mengendalikan diri sendiri waktu menghadapi staf yang bertingkah. yang berlagak seperti kepala gank nomor satu di seluruh komplek perumahan...

apa yang ada dalam pikiran mereka?

dan yang paling sulit sebenarnya menahan kemarahan dalam diriku meluap keluar, untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang ekstrim dan tidak kehilangan akal sehat untuk tetap tenang, dan mengontrol situasinya. kalo kata bosku; on the top of them all... tidak terlarut sama situasi yang udah terlanjur jadi negatiif.

gilingan!
susah banget... karena kadang-kadang apa yang terpikir dalam benakku seperti "apa mata kamu gak bisa ngeliat kalo ini jelek banget?" atau "mikir dong.... gambarnya kayak apa, trus kamu bikinnya kayak apa?" atau "gila ya, udah berapa kali dibilangin gak ngerti-ngerti juga!"

aku ngerti banget kalo ngeluarin kata-kata kayak gitu nggak akan bikin kerjaannya jadi beres. jadi setelah itu terpikir juga hal-hal seperti; "yah... salah kamu juga terlalu ngelepasin kerjaan ke mereka. nggak dikontrol" atau "kalo semuanya sepinter kamu, na... mereka yang jadi manajer" and so on... and so on...

I really... really... really wish they would consider...
kalo saja mereka tau, ada tempat dimana orang bekerja 8 jam sehari atau lebih dan hanya diijinkan memakai kamar mandi satu kali! kalau saja mereka tau, ada tempat dimana kalau mereka sakit dan tidak bekerja, uang gaji mereka akan dipotong. boro-boro asuransi kesehatan...
kalau saja mereka tau, kalau di banyak tempat, jangankan datang pada acara pernikahan mereka... pernah bicara dan kenal sama staf -pun... pemilik perusahaan itu nggak pernah!

tapi bagaimana harus menjelaskan hukum besi lasalle pada mereka yang nggak pernah mendapatkan pendidikan yang baik. mereka yang gak pernah nonton 'annie' atau membaca 'oliver twist'. bagaimana harus menerjemahkan pada mereka bahwa sampai kapanpun, sifat rakus dan ingin lebih tidak akan pernah bisa dipuaskan... berapapun banyaknya uang yang dihasilkan?
bagaimana dapat kuterangkan bahwa bekerja, menyukai pekerjaan, bersemangat menjalani hidup, seringkali tidak melulu mengenai jumlah penghasilanmu... bahwa setiap yang sifatnya kualitatif itu, pada akhirnya akan terasa lebih berharga.

but don't it always seem to go, that you don't know what you got till it's gone...

Friday, February 11, 2005

hari artshop, ramalan dan chocolate cake

kadang-kadang... hariku juga sedikit berbeda. aku nggak akan pake weird, aku lebih suka menyebutnya a bit strange

dalam perjalanan ke tanggayuda, aku harus semobil dengan salah satu tamu yang tinggal di tanggayuda. dia sedang shopping di seputar ubud dan singgah ke galeri lalu ikut dengan mobilku, mobil yang disupiri pak ketut subratha, maksudnya...
dia datang dari malaysia dan dia bilang kalau sebelum berangkat ke ubud, semua teman bilang padanya kalau pergi ke ubud harus beli lukisan.
jadi dia berpikir untuk membeli lukisan di galeriku tapi menurutnya harganya terlalu mahal. dalam perjalanan aku tau kalo dia ingin beli lukisan yang gaya-gayanya kayak arie smit. hmmmm.... susah juga. skarang mah di artshop-artshop seluruh ubud semua lukisannya abstrak. hanafi-hanafian, mangu-manguan, djirna-djirna-an, made-madean...nggak ada yang arie smit-smitan.
ditengah jalan antara monkey forest dan tanggayuda, kami mampir di sebuah artshop untuk dia. dari luar tempat itu kelihatan kecil. tapi ternyata lumayan besar juga. dengan ratusan lukisan, besar kecil, dengan berbagai corak dan gaya yang dijadikan satu. nggak ada aturan display sama sekali karena semua lukisan itu dipasang memenuhi tembok seperti poster. dan disusunnya campur aduk....
duh...aku sangat terganggu selama berada disana. nyaris semua lukisannya secara komposisi nggak enak... if you know what I mean... dan warna-warnanya terlalu banyak, terlalu mencengkeram kepalaku dari segala arah... kalau aku bilang sekeluar dari sana aku merasa mual dan sedikit pusing... itu sungguh-sungguh.

setelah kelas yoga yang semakin lama semakin menyenangkan...
aku dan kaoru-san duduk di terrace cafe menikmati afternoon tea (gaya bangettttt....) sambil memandang hamparan bukit hijau dan kolam renang yang hijau jernih. tiba-tiba kaoru-san minta tangan kananku untuk di baca garis-garisnya. kenapa tangan yang kanan? karena kata kaoru tangan kanan itu menunjukkan hidup masa kini. dan beginilah ramalannya...
garis tanganku, tidak seperti garis tangan orang indonesia pada umumnya, garisnya banyak dan rumit. menunjukkan banyak pikiran... dan agak sedikit stress juga (tapi dia nggak bilang stressnya kenapa).
aku akan tetap bekerja di bidang kreatif (awsome!) dan aku akan tetap bekerja, karena kalau dirumah terus dan gak kerja aku bisa sakit...
lalu kaoru bilang lagi kalau seperti halnya orang jepang, amerika dan eropa, garis tanganku menunjukkan kalau aku bisa hidup sendiri. tidak perlu berpasangan.
tapi, masih kata kaoru juga, aku akan menikah, dan tidak harus hanya berpasangan dengan kucing.... juga bahwa aku sudah menemukan jodohku, meskipun aku belum tau kalau itu jodohku. wah... jadi gimana nih?
sebetulnya kaoru juga bilang kapan aku akan menikah tapi sebaiknya nggak aku tulis disini.

malamnya, setelah aku selesai mencicipi kue cokelat yang dibuat sama pande the cook untuk uji coba menu valentine, joko bilang kalo garis tanganku mungkin rumit karena sebelum umur 30 tahun banyak yang aku pikirkan...
um... aku nggak terlalu setuju sama dia. karena sejak dulu...setiap kali aku membandingkan tanganku dengan orang lain, yang orang indonesia yang seumurku (tentu saja nggak masuk akal membandingkan garis tanganku dengan guru di sekolah atau dosen senior di kampus) kejadiannya selalu sama. garis-garis tanganku lebih rumit...

tapi aku lupa tanya sama kaoru-san, apakah jodohku laki-laki atau perempuan

Monday, February 07, 2005

the hottest wedding of the year

...pada saat hahan dengan mantap (dan sambil baca contekan) mengucapkan "....saya. ahmad hanafi rais bin muhammad amien rais menerima nikahnya astriyani karnaningrum binti (aduh.... siapa yah nama bapaknya achie?) dengan mas kawin yang tersebut diatas (seperangkat alat shalat dan perhiasan berlian) tunai" aku sempat berkaca-kaca...terharu sekaligus lega, karena dia tidak kepeleset lidah mengucapkan nama orang lain
*ahaha*

tanggal 6 februari...
panas-panas... pake baju rapih... high-heels (mine; 7cm)...jalan kaki...keringetan...
tapi ini baru awal. it's just the beginning of the wedding party that will be even hotter within few minutes.

bahkan sebelum gerbang rumah hanafi... tamu-tamu sudah tumpah ruah. ratusan orang, dalam kostum terbaik mereka, seperti mengalir dari desa dan kota, untuk memberikan restu.
di depan gerbang kami menemukan kertas-kertas dengan gambar amplop dicoret, lalu di bawahnya ada tulisan;
kehadiran anda merupakan kebahagiaan bagi kami (or something like that)...
I see... hanafi hari ini gak terima sms
*ahaha*

dari gerbang, udah ketemu sama beberapa dosen (yang jadi panitia!) ada...bu titik, mas rahmat, pak dafri, pak usmar salam, mas riza, bu menik, pak nanang pamuji...kabarnya ada pak rizal juga, tapi aku gak ketemu...
berkabar-kabar dan bersalaman... lalu ketemu dengan banyak temen fisipol dan juga HI... ada fajar, jaja dan istrinya, harli, alif, cipto, wicak, arum, tri, amri, ollie, indie, mira, nanang, awang... aduh...banyak deh! (yang gak kesebut, maafin yah....)
juga akhirnya ketemu sama fahmi dan indri (yang katanya mo ngumpul biar bisa berangkat bareng tapi gak datang-datang)

setelah bikin testimoni...
(thanks to danang, aku jadi grogi karena ditodong gitu aja disuruh ngomong mewakili semua orang) kita smua berusaha untuk makan...
disinilah... the hottest spot of the party...tanpa kipas angin... tenda yang berisi makanan yang disajikan dalam serving plate (yang dibawahnya ada apinya) dan dikerumuni ratusan orang...bener-bener memeras kelenjar keringat.
bedak-bedak pada luntur...keringat membanjir di sekujur tubuh.
absolutely hot!
aku menyerah dan memutuskan nggak mengambil makanan karena lebih mengutamakan penampilan
*gedubrak...*

sambil mendinginkan tubuh, dan mengumpulkan seluruh rombongan, kami duduk-duduk di depan rumah salah satu tetangga pak amien. becanda-becanda dan foto-fotoan...

setelah semua siap...kami merayap menuju pelaminan.

kenapa merayap?
karena antriannya lebih panjang daripada antrian bayar SPP!
sambil mempersiapkan KTP (siapa tahu bapak-bapak pagar betis yang menjaga pelaminan mau memeriksanya) kami maju selangkah demi selangkah mendekati pelaminan. begitu antrian yang mula-mula 4 jalur atau lebih jadi tinggal satu jalur... hahan langsung ketawa lebar ngeliat kami semua...
terus terang, aku amazed sama pak amien dan ibu...juga hahan dan astri, karena setelah berjam-jam berdiri dan bersalaman sama SEMUA orang yang ngantri... senyum, ekspresi dan kalimat yang mereka ucapkan, adalah senyum, ekspresi dan kalimat yang alami. yang tulus. gak ada matinya! salut deh....

info tambahan; hahan mencium pipi teman-teman perempuannya hari itu...hihihi...

Saturday, February 05, 2005

completely different morning

aku bangun di kamar umi, di tempat yang selalu kukenal. dia masih mengatur kamarnya dengan cara yang sama. tempat tidur, meja belajar, lemari, komputer dalam deretan yang berseberangan dengan rak buku dan rak piring-sendoknya...

udara yang kukenali...
bau tanah basah setelah hujan yang kukenali
daun pohon, jalan-jalan, nyala lampu yang kukenali

berada disini seperti melihat masa laluku lagi
tempat yang menyimpan dalam diam segala hal tentangku
selama lima tahun, sepanjang usia belajarku di universitas

kalau kemudian aku diliputi kenangan...
seperti berada di sebuah lorong dengan diorama hidupku dipasang di kedua sisinya, namun aku tak berada di dalam kaca
kemudian itu berarti aku tak bisa menjalaninya lagi dengan cara yang sama
tempat ini dan orang-orangnya tetap sama dan menerimaku dengan cara yang sama

kurasa, aku yang telah banyak berubah

Friday, February 04, 2005

armada racun

bekerja (officially) dan tinggal (unofficially) di tempat yang dikelilingi alam a.k.a kebun-kebun, sawah, sungai, pepohonan dan rerumputan membuatku menghadapi hal-hal yang sudah lama sekali tidak kutemui.
kicau burung-burung sepanjang hari dan hamparan kunang-kunang...
insiden laba-laba menangkap kumbang di depan bunga-bunga terompet ungu dan ular sawah menyantap kodok di selokan dekat kamar 102... insiden yang selama ini hanya bisa dilihat di discovery channel
serangan laron, semut-semut berpindah rumah, koloni rayap yang ganas dan ular hijau bergelantungan santai di pohon top di depan galeri

dan sepertinya
makin sulit buat manusia untuk menerima kehadiran makhluk lain...
maka didatangkanlah armada racun...
yang membawa HCl untuk memusnahkan lumut
di lantai yang harusnya putih
yang menyemprotkan cairan ke rumah semut dan rumah rayap sambil sekaligus membunuh rumput-rumput dan pohon-pohon perdu
yang pagi ini membuatku panik, karena kabut insektisida menutupi komaneka dari depan ke belakang, membunuh nyamuk dan meracuni paru-paruku. sesak napas dan pening-pening karena menghirup sesuatu yang mereka anggap melindungi manusia.

kenapa nggak bikin cairan tamarind
membakar aromaterapi lavender
dan mengoles minyak sirih...

untunglah departemen engineering dan house keeping memutuskan untuk menebarkan garam
instead of hunt the snakes...

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...