kadang-kadang... hariku juga sedikit berbeda. aku nggak akan pake weird, aku lebih suka menyebutnya a bit strange
dalam perjalanan ke tanggayuda, aku harus semobil dengan salah satu tamu yang tinggal di tanggayuda. dia sedang shopping di seputar ubud dan singgah ke galeri lalu ikut dengan mobilku, mobil yang disupiri pak ketut subratha, maksudnya...
dia datang dari malaysia dan dia bilang kalau sebelum berangkat ke ubud, semua teman bilang padanya kalau pergi ke ubud harus beli lukisan.
jadi dia berpikir untuk membeli lukisan di galeriku tapi menurutnya harganya terlalu mahal. dalam perjalanan aku tau kalo dia ingin beli lukisan yang gaya-gayanya kayak arie smit. hmmmm.... susah juga. skarang mah di artshop-artshop seluruh ubud semua lukisannya abstrak. hanafi-hanafian, mangu-manguan, djirna-djirna-an, made-madean...nggak ada yang arie smit-smitan.
ditengah jalan antara monkey forest dan tanggayuda, kami mampir di sebuah artshop untuk dia. dari luar tempat itu kelihatan kecil. tapi ternyata lumayan besar juga. dengan ratusan lukisan, besar kecil, dengan berbagai corak dan gaya yang dijadikan satu. nggak ada aturan display sama sekali karena semua lukisan itu dipasang memenuhi tembok seperti poster. dan disusunnya campur aduk....
duh...aku sangat terganggu selama berada disana. nyaris semua lukisannya secara komposisi nggak enak... if you know what I mean... dan warna-warnanya terlalu banyak, terlalu mencengkeram kepalaku dari segala arah... kalau aku bilang sekeluar dari sana aku merasa mual dan sedikit pusing... itu sungguh-sungguh.
setelah kelas yoga yang semakin lama semakin menyenangkan...
aku dan kaoru-san duduk di terrace cafe menikmati afternoon tea (gaya bangettttt....) sambil memandang hamparan bukit hijau dan kolam renang yang hijau jernih. tiba-tiba kaoru-san minta tangan kananku untuk di baca garis-garisnya. kenapa tangan yang kanan? karena kata kaoru tangan kanan itu menunjukkan hidup masa kini. dan beginilah ramalannya...
garis tanganku, tidak seperti garis tangan orang indonesia pada umumnya, garisnya banyak dan rumit. menunjukkan banyak pikiran... dan agak sedikit stress juga (tapi dia nggak bilang stressnya kenapa).
aku akan tetap bekerja di bidang kreatif (awsome!) dan aku akan tetap bekerja, karena kalau dirumah terus dan gak kerja aku bisa sakit...
lalu kaoru bilang lagi kalau seperti halnya orang jepang, amerika dan eropa, garis tanganku menunjukkan kalau aku bisa hidup sendiri. tidak perlu berpasangan.
tapi, masih kata kaoru juga, aku akan menikah, dan tidak harus hanya berpasangan dengan kucing.... juga bahwa aku sudah menemukan jodohku, meskipun aku belum tau kalau itu jodohku. wah... jadi gimana nih?
sebetulnya kaoru juga bilang kapan aku akan menikah tapi sebaiknya nggak aku tulis disini.
malamnya, setelah aku selesai mencicipi kue cokelat yang dibuat sama pande the cook untuk uji coba menu valentine, joko bilang kalo garis tanganku mungkin rumit karena sebelum umur 30 tahun banyak yang aku pikirkan...
um... aku nggak terlalu setuju sama dia. karena sejak dulu...setiap kali aku membandingkan tanganku dengan orang lain, yang orang indonesia yang seumurku (tentu saja nggak masuk akal membandingkan garis tanganku dengan guru di sekolah atau dosen senior di kampus) kejadiannya selalu sama. garis-garis tanganku lebih rumit...
tapi aku lupa tanya sama kaoru-san, apakah jodohku laki-laki atau perempuan
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment