aku bangun di kamar umi, di tempat yang selalu kukenal. dia masih mengatur kamarnya dengan cara yang sama. tempat tidur, meja belajar, lemari, komputer dalam deretan yang berseberangan dengan rak buku dan rak piring-sendoknya...
udara yang kukenali...
bau tanah basah setelah hujan yang kukenali
daun pohon, jalan-jalan, nyala lampu yang kukenali
berada disini seperti melihat masa laluku lagi
tempat yang menyimpan dalam diam segala hal tentangku
selama lima tahun, sepanjang usia belajarku di universitas
kalau kemudian aku diliputi kenangan...
seperti berada di sebuah lorong dengan diorama hidupku dipasang di kedua sisinya, namun aku tak berada di dalam kaca
kemudian itu berarti aku tak bisa menjalaninya lagi dengan cara yang sama
tempat ini dan orang-orangnya tetap sama dan menerimaku dengan cara yang sama
kurasa, aku yang telah banyak berubah
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment