Saturday, December 31, 2005

pak koman dan george soros

aku sedang dalam perjalanan dari ubud ke denpasar bersama bonnie vietcong waktu tiba-tiba ada yang bergetar-getar...
"gunjreeeenggg!!!"
hapeku berdering dan nama bosku tercetak di layar. tepatnya, nama yang aku pergunakan di phone-book-ku untuknya. aku mengangkat telepon dengan sapaanku yang biasa...

I: selamat malam, pak koman
K:malam, dian
I: saya, pak koman
K:kamu tau tadi malam saya makan dengan siapa?
I: nggak tau, siapa ya?
K:tadi malam saya sama george soros
I: (terpekik kaget) hah?
I: yang bener, pak koman?!
K:iya, dia ada disini. nginep di komaneka, kamu tau?
I: oya? sejak kapan?
K:(tertawa kecil) nggak...nggak, saya bercanda
K:tapi dia memang ada di ubud. nginepnya di ********. saya ketemu dia disana
K:dia sama, siapa itu, yang dapat nobel ekonomi dan pernah ke tanggayuda?
I: ya, pak koman, saya inget orangnya, tapi nggak inget namanya
K:dia pergi kesini waktu ada isu kalo ubud mau di-bom pas natal-tahun baru
K:tapi pasti ada sesuatu, orang sepintar dia, tiba-tiba ada disini, justru waktu ada isu
I: pastinya! orang yang bisa ngacak-acak ekonomi asia tenggara
I: kalo nggak ada perlunya nggak bakalan kesini
K:saya rasa juga gitu, karena dia bilang sama saya
K:dia datang dan ketemu orang banyak disini
I: wah! tapi keren pak koman bisa ketemu dan ngobrol sama dia
K:iyah, di new york pasti orang ngantri buat ketemu george soros
K:dia malah disini, santai-santai, naik kijang
I: hihihihihihi
I: emang bener, di bali bisa ketemu siapa aja. nggak terduga.
K:memang, karena disini itu seperti pintu.
K:kalo kamu cukup pintar memanfaatkan,kamu bisa kemana aja setelah dari sini.
K:ya udah dian, gitu aja yang mau saya bilang.
K:saya sebel karena udah cerita sama beberapa orang dan mereka gak ngerti
K: saya bilang george soros mereka jawab "siapa itu?"
I: ahahaha! kasiyan deh, pak koman
K:iya nih, tadinya mau show off malah harus ngejelasin. gak seru lagi
I: hehehe...

tak lama kemudian pembicaraan diakhiri. aku mematikan hape sambil tersenyum. setelah setahun, perasaanku terhadap komaneka masih sama seperti di hari pertama aku mulai bekerja. aku merasa tempat ini semakin menjelma menjadi rumahku. dan percakapan semacam ini dengan pak koman masih akan terus terjadi.

Saturday, December 24, 2005

...dan kau beri nyawa

piano itu ada disana setiap hari. di lantai dua galeriku, tepatnya di sudut antara puncak tangga dengan pintu ke arah ruang kerja pak Koman. kadang-kadang aku duduk didepannya. mencoba memainkan beberapa nada dengan canggung sambil mengingat-ingat pelajaran yang pernah kuterima dulu. tak jarang ada yang datang dan duduk di depannya, lalu memainkan berbagai lagu. ada yang selalu memainkan komposisi yang sama. seperti sedang berlatih selama beberapa jam dengan piano itu. ada pula yang datang untuk memainkannya sambil menyanyi. ah... suara si penyanyi ditingkahi suara piano. aku rasa si grand piano hitam ingin supaya dia berhenti menyanyi, sama sepertiku. ada pula seorang kaukasian berambut pirang selalu memainkan lagu-lagu yang sedih dan pilu. sampai aku duduk dengan tegak diruanganku sambil berpikir mungkin si pemain piano sedang patah hati.

belum pernah ada yang memainkannya seperti Kazue Inoue.

Image hosted by Photobucket.com

hari itu, minggu, 18 Desember 2005... untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat sebuah piano seperti bernyawa. bukan lagi sekedar sebuah instrumen yang dipakai untuk memainkan lagu. Kazue Inoue memberi... ah, tepatnya memindahkan nyawanya ke dalam piano hitam dilantai dua galeriku. lalu dengan piano hitam itu dia bicara, bercerita dan tertawa. aku nggak tau komposisi apa yang dia mainkan. tidak penting apakah itu Weber, Chopin atau Mozart. yang jelas, aku bisa memahami ceritanya. mengerti bahwa cerita ini adalah cerita gembira, sedih, tegang, bahkan memahami bahwa tokoh dalam cerita yang disampaikan piano itu, sedang menjalani sesuatu yang misterius dan rahasia, yang membuat dia harus berjalan mengendap-endap dan bicara dengan suara lirih, supaya nggak ketahuan. lalu di bagian yang lain, tampaknya si tokoh sedang bersenang hati, menikmati suasana pagi yang indah dengan burung yang berkicau dan matahari yang bersinar lembut. entah apa kisahnya, tapi aku berdiri terpaku disana, menatap jemarinya yang lincah diatas tuts piano dan di benakku ada padang rumput yang luas, petak-petak bunga dan kolam yang airnya berwarna keperakan tertimpa cahaya mentari.

terima kasih karena telah mengajakku sampai kesana dengan musikmu, Kazue-san. aku tak akan melupakanmu.

Thursday, December 22, 2005

suatu malam di casa pasta

Ida-san datang! yiiihhhhhaaaaaa!!!
aku selalu senang kalo Munehide Ida alias Idapon , si fotografer muda berbakat dari Tokyo ini datang ke Bali. kali ini tiba-tiba dia muncul di Komaneka Tanggayuda sebelum pesta untuk travel agent dimulai. kaget dan nyaris meledak karena rasa gembira, aku menyambutnya dan kami langsung tenggelam dalam percakapan seru.

hari Jumat esoknya, dia sesiangan ada di kantorku. biasalah, update cerita ini itu dalam hidup masing-masing, nge-burn mixingan musik terbarunya buatku, motret karya Pande Ketut Taman di galeri dan ngecek email. dia memberiku dua CD berisi DJ set yang dia mainkan di Tokyo OVO dan Shimoda Ayjo Cave. diluar kesibukannya sebagai fotografer, Idapon adalah DJ yang funky.

malamnya, aku dan dia pergi ke Casa Pasta. ini adalah restoran baru di jalan Monkey Forest. selain restoran, mereka juga punya bar dan lounge. sebetulnya, kami datang karena DJ Cozi dan suaminya DJ Gus Til serta DJ Steevy dari Chicago akan main malam itu. ternyata waktu datang jam 7 malam, kami harus nyobain menu restoran itu satu demi satu. makanannya lumayan enak. pujian khusus harus diberikan untuk sup sayuran berdagingnya yang gurih, fish roll dan bayam rebusnya, serta tiramisu lembut yang mereka hidangkan malam itu. anyway, itu cuma tiga dari 9 menu yang diujicobakan pada kami.

Image hosted by Photobucket.com

setelah acara makan selesai, kami pindah ke bar untuk live DJ. Idapon memperkenalkanku pada DJ Cozi, tapi kami nggak bicara banyak diluar karena dia baru datang dan masih harus nyiapin alat dulu sebelum mulai main. mula-mula kupikir Cozi akan memainkan set lounge-nya. tapi ternyata nggak. dia langsung menghentak suasana dengan dance dan deep house. aku dan Idapon akhirnya bergabung dengan teman-teman dan temannya teman. seorang seniman Jepang yang tinggal di Peliatan (dan aku lupa namanya), Jamie Huskisson dan partnernya, Michelle, serta seorang penyanyi kelab dan pacarnya, yang duduk semeja dengan kami waktu makan malam. dasar DJ, kami malah sibuk membahas kendala teknis di tempat itu. mulai dari kualitas sound, kekuatan ampli yang nggak sepadan dengan speaker dan bikin suara musiknya collaps dan lampu mana yang sebaiknya dimatikan supaya visualnya lebih nyata. tentu saja Idapon nggak lupa menjepretkan kameranya seperti yang biasa dia lakukan.

waktu DJ Steevy memainkan set trance dan breakbeat-nya, aku dan Cozi sempat ngobrol. dia mengaku terkejut karena dari wajah dan penampilanku, dia pikir seleraku lebih 'tradisional' dan aku akan bosan dengan suasana pesta malam itu. aku tertawa dan bilang kalo beberapa tahun yang lalu, aku biasa berkeliling klub mendatangi berbagai rave scene karena terlibat menyelenggarakan scene untuk DJ dan musisi elektronik di Indonesia. Cozi, you're wrong. aku ada di rave scene bukan karena alkohol atau drugs, tapi karena musiknya. ada ketetapan yang ritmis dalam musik elektronik yang memberiku kenyamanan. aku suka mendengarkannya sambil memejamkan mata, lalu membiarkan tubuhku bergerak sesuai irama. saat perpindahan lagu dan aku membuka mata, rasanya sama seperti waktu aku bangun pagi dalam keadaan segar, atau baru saja melakukan relaksasi dalam kelas yoga. kalau musiknya bagus sekali, dan DJ-nya bisa mengendalikan crowd, aku bisa sampe meneteskan airmata haru dalam suasana rave scene yang hingar bingar.

Image hosted by Photobucket.com

aku dan Idapon baru keluar dari Casa Pasta jam 1 dini hari, setelah Gus Til menyelesaikan set tribalnya dan mengijinkan kami pulang. waktu pertama kali pamitan, Gus Til bilang kami harus tinggal dulu sampai setnya selesai. dan tak lama kemudian, dia memainkan beberapa remix untuk lounge, yang memaksa beberapa gadis berkebaya yang tadinya berada di tempat itu untuk pembukaan restoran, turun melantai. wah! kalo nggak di Ubud, mana pernah ada ibu pemilik restoran berkebaya merah dengan konde sebesar tampah berada di sofa sebuah bar sementara gadis-gadis berkebaya melantai!

ngomong-ngomong, DJ Cozi itu ibu dari dua anak dan berusia 38 tahun sekarang. masih keren ya?!

Monday, December 19, 2005

singapore:on signing system and toilets

setelah terguncang-guncang selama hampir setengah jam, SQ 143 yang aku tumpangi mendarat di bandara Changi. awan tebal menyelimuti angkasa Singapura hari itu. setiap kali menembus gumpalan yang kelihatannya lembut dan empuk itu, pesawat bergetar dan berguncang. ini merupakan perjalanan menembus awan yang paling parah yang pernah kualami dan kebetulan saat pertama kalinya aku ke Singapura. big thanks to Mr. Amar Darira buat supportnya untukku sehingga aku bisa sampai disini. ini juga pertama kalinya aku naik Singapore Airlines (soalnya tiketnya mahal) dan pesawatnya memang benar-benar nyaman, pramugarinya pun ramah-ramah. dua setengah jam perjalanan sebagian besar kuhabiskan dengan mendengarkan Ministry of Sound di channel rock .

Image hosted by Photobucket.com

On Signing System
walopun pertama kali pergi, aku berangkat sendiri. diatas pesawat, rasanya aku sedang memulai perjalanan menjelajah a la Pramuka. "jangan lupa bawa peta!" begitu pesan pak Koman padaku sebelum aku berangkat. sebetulnya aku agak ragu karena aku ini payah dalam memahami arah. dan bawa-bawa peta itu bikin aku jadi turis banget! susahnya, aku nggak bisa bayangkan daerah yang akan aku jelajahi dengan peta itu seperti apa, seluas apa?
belum lagi kedatanganku ini sarat dengan pekerjaan. bawa-bawa karya pula. makanya perjalanan ini bener-bener seperti bertualangnya Lima Sekawan. atau Sapta Siaga. bedanya aku sendiri.

kalo biasanya di kota manapun aku pergi aku bertemu dan diantar-antar oleh teman, disini teman karibku adalah signing system. Singapura yang serba teratur, dilengkapi dengan berbagai tanda yang mudah dibaca dan dipahami. sayangnya, aku ini masih belum terbiasa dengan tanda-tanda seperti itu. jadi ya tetep aja aku nyasar-nyasar. kalo nggak karena kelewatan baca tanda, nyasar karena nanya sama orang yang salah. *ahahaha*

Image hosted by Photobucket.com

dimanapun, apapun apapun ada tandanya. dengan menemukan dan membaca tanda yang diperlukan, dijamin seluruh area akan dipahami dengan baik. Changi yang gedenya minta ampun jadi nggak seberapa menakutkan. mengikuti ban berjalan sampai hall luas dengan antrian di depan petugas imigrasi. setelah semua urusan kartu kedatangan, periksa paspor dan lain sebagainya beres, aku mengambil barang di belt yang ditunjukkan oleh monitor TV, sesudahnya menemukan counter SIA Stopover Holiday dan menunggu driver untuk hotel transfer.

setelah pengalaman pertama dengan signing system di Changi, aku jadi lebih pede menelusuri setiap tempat yang harus aku datangi di Singapura dengan jalan kaki dan naik kereta. maka bekalku berkeliling dan menyelesaikan tugasku di Singapura adalah kunci kamar hotel, paspor, peta, uang pecahan S$ 2 (untuk naik MRT), air mineral dan HP. semuanya masuk dalam tas tanganku, atau dalam backpack.

Toilet-Toilet-Toilet
selain keteraturan yang serba thoughtful itu, aku juga sangat menikmati toilet bersih yang ada kemanapun aku pergi. secara aku ini beser, jadi sebentar-sebentar perlu kamar mandi. maka berbahagialah hatiku karena toiletnya kering, bersih dan wangi. kerannya nggak ada yang rusak dan beberapa bahkan nyentor air secara otomatis, tanpa harus ditekan tombol atau handle penyiram airnya.

Image hosted by Photobucket.com

aku jadi kenal toilet di Changi, di People's Park Centre, Chinatown, di stasiun MRT Chinatown, Dhoby Ghaut, City Hall dan Orchard, di Singapore Art Museum, di Takashimaya, di Night Safari dan di Chinatown Heritage Centre. hihihihi... kok kayaknya kerjaanku cuma ke toilet yah? anyway, itu karena aku dendam sama keran toilet di terminal keberangkatan di Bandara Ngurah Rai yang rusak dan airnya nyemprot sehingga aku sukses masuk pesawat dengan hampir separuh badan basah. nggak sopan!

Call Your Ex

Image hosted by Photobucket.com

di Singapura aku mendatangi pameran Angkatan Pelukis Aneka Daya (Association of Artists of Various Resources-APAD), yaitu persatuan seniman muda Melayu-Singapura. pamerannya diadakan di ARTrium@MICA Building di Hill Street. salah seorang diantaranya, Harman, adalah seniman yang pernah berhubungan denganku waktu aku membantu project kolaborasi seniman Singapura dan Indonesia hampir tiga tahun yang lalu.

aku dan Harman belum pernah bertemu muka. kami janjian lewat sms dan dia langsung bisa mengenali aku waktu aku sampai di MICA.
"call your ex" katanya membaca pin yang tersemat di tas punggungku.
"is this from Irwan Ahmett's project? Change Yourself?" tanyanya lagi
wah! senangnya ketemu dengan orang yang referensinya sama. Harman menemaniku berkeliling lalu ngopi di Ya Kun Kaya Toast, kami ngobrol tentang seniman di Jogja yang kami kenal, project kolaborasinya dengan seniman Bandung di Selasar, project baru yang sedang dia rencanakan... dan tentu saja petunjuk praktis untuk bisa sampai ke Kinokuniya di Takashimaya-Orchard dengan segera.

Image hosted by Photobucket.com

dengan beban pekerjaan, sebelum ke MICA aku ke Raffles dan bertemu dengan Angeline dan Sally di Artfolio Artspace. meeting yang disambung dengan makan siang di restoran China-Thailand bernama Shanghai yang masakannya enak banget. didepan restoran itu, ada toko interior bernama Cream, yang memajang lukisan Hanafi. aku merasa pulang ke rumah. feels like home banget deh, dikelilingi lukisan karya seniman Indonesia:D

sayangnya aku nggak sempat ke Esplanade. padahal kilau bangunan yang atapnya seperti durian itu seperti memanggil-manggil dari kejauhan. aku simpan Esplanade untuk kunjunganku berikutnya.

Waktunya Jadi Turis
kalo aku jadi turis, kemana aku pergi?
pertama, ke Night Safari. sejak pertama kali baca brosurnya, aku udah terpikat. betapa menyenangkan mengunjungi kebun binatang dimalam hari, rasanya lebih menegangkan dan bikin penasaran. yang lebih menggoda lagi adalah karena binatang-binatangnya dilepas dialam terbuka, dan tidak seperti Taman Safari di Indonesia, tram yang membawa para pengunjung berkeliling sama sekali nggak berjendela. antara binatang dan manusia, hanya dipisahkan oleh psychological borders. dan ya, Night Safari benar-benar menyenangkan. harga tiketnya yang minta ampun mahalnya (S$ 45) setara dengan hal-hal menarik yang aku dapatkan.
satu hal lagi yang aku perhatikan adalah, kepandaian mereka untuk mencari dan mengolah dana. beberapa binatang dilabeli telah diadopsi oleh sejumlah perusahaan, misalnya These tigers are adopted by Tiger Balm. cerdas!

kedua, ke toko buku.
kadang-kadang kupikir surga itu pastinya penuh buku, dan sekali kamu menginginkan satu buku, maka buku itu akan ada di tanganmu. dan kamu bisa membacanya dengan senang hati. oh, aku nggak akan bisa lupa betapa menyenangkan rasanya bisa kesasar diantara rak-rak yang tinggi dan sarat dengan buku di Popular@Bras Basah Road, Kinokuniya@Takashimaya dan Borders!
di Borders, boleh baca buku apa aja dari pagi sampai malam. boleh dengerin CD juga sepuas-puasnya. dikasih sofa pula biar makin betah. nah, satu yang paling ajaib adalah, harga bukunya lebih murah daripada di QB atau Periplus. kok bisa yah? aku terheran-heran sendiri sambil tetap kegirangan.
aku beli Walden-nya Thoreau, Close Range:Brokeback Mountain-nya Annie Proulx, The Known World-nya Edward P. Jones dan The God of Small Things-nya Arundhati Roy. sampe sekarang aku masih bisa merasakan betapa ringan hatiku waktu keluar dari toko-toko buku itu.

Image hosted by Photobucket.com

ketiga, Orchard Road. ini adalah jalan yang wajib didatangi di Singapura. aku nggak tertarik untuk belanja sebenarnya. tidak untuk baju, atau sepatu, atau kosmetik. walaupun harus kuakui, aku sempat berbinar-binar melihat toko Shanghai Tang, tapi langsung mundur teratur waktu tau jas flannel hijau gelap yang kutaksir harganya S$559. setelah itu, aku lebih menikmati hiasan-hiasan natal yang dipasang disegala penjuru Orchard. dimalam hari, jalan ini seperti bertabur glitter berwarna warni. di siang hari, ia terlihat semarak. seperti akan ada pesta besar yang hendak digelar disini. Orchard sudah berdandan, dan ia cantik sekali.

Warisan Sejarah dan Kebudayaan
tempatku tinggal di Miramar Hotel, Havelock Road kamar 1620 letaknya nggak jauh dari Chinatown. Chinatownini adalah salah satu wilayah konservasi dibawah pengawasan Singapore National Heritage Board. ini memungkinkanku melihat sejumlah tempat yang dirawat dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya Singapura.

Image hosted by Photobucket.com

sebelum menelusuri sudut-sudut Chinatown, aku pergi ke Singapore Art Museum. disana sedang ada pameran lukisan Gao Xingjian, seorang penulis Cina yang mendapatkan Nobel Sastra pada tahun 2000. karya-karyanya dipajang di dua lantai di salah satu sayap Singapore Art Museum. judul pamerannya Gao Xingjian Experience. ruang pamernya berlantai kayu dan karyanya semua hitam puitih. aku seperti tersedot dan dilingkupi keteduhan yang dipancarkan oleh karya-karya itu. mereka seperti sedang berusaha menciptakan keheningan yang abadi di ruangan itu. kadang-kadang karyanya bersenandung lirih, kadang seperti merintih, tapi semuanya dilakukan dengan pelan-pelan, nyaris tanpa suara. sejuk, tenang dan teduh...

yang paling mengharukan adalah menemukan karya-karya seniman Indonesia dalam kondisi luar biasa baik dalam Art Of Our Time. mulai dari Raden Saleh, sampai Widayat. Gerakan Seni Rupa Baru diwakili replika 'Ken Dedes' karya Jim Supangkat, sampai karya Agung Kurniawan. semuanya terawat, dan yang lebih mengagumkan, ini adalah karya-karya dari seri yang sangat kuat secara konsep dan mungkin tidak dikenal di pasaran. tidak pernah pula kulihat beredar balai lelang. hampir menetes air mataku menyadari bahwa orang-orang di negara lain lebih tau bagaimana merawat dan menjaga kekayaan seni rupa Indonesia.

Image hosted by Photobucket.com


mengawali penjelajahan budayaku di Chinatown, aku pergi ke Chinatown Heritage Centre. bangunannya adalah ruko yang terletak ditengah-tengah Pagoda Street yang sibuk. siapapun yang pergi ke Singapore, aku sarankan pergi kesini. menarik sekali. bangunan ini menunjukkan padaku bagaimana para imigran dari Cina berjuang hidup, mulai dari perjalanan yang penuh bahaya, kerja keras yang nyaris tiada akhir dan ancaman the four evils yang selalu membayangi hidup mereka. semua hal dalam museum ini adalah bukti kerja keras mereka. banyak diantaranya perempuan.

salah satu yang bikin aku geleng-geleng kepala adalah kesaksian seorang pembantu rumah tangga (majie) tentang caranya menjaga kesehatan...
"setiap kali aku merasa sakit, aku akan ambil seekor kecoak yang lagi berkeliaran. aku bersihkan, lalu aku telan dengan teh cina. setelah itu aku pergi tidur. biasanya keesokan harinya aku udah lebih segar"

Image hosted by Photobucket.com

aku juga pergi ke Sri Mariamman Temple, sebuah kuil India di South Bridge Road, dan Kelenteng Thian Hock Keng yang dulunya jadi tujuan pertama para imigran yang baru saja merapat di Telok Ayer, untuk mengucapkan terima kasih dan bersyukur pada Tuhan karena sudah sampai ke Si Lat Po dengan selamat. aku juga jalan-jalan di sekitar Club Street, tempat expatriat yang tinggal di Chinatown, dan Amoy Street, yang katanya dulu dikenal sebagai lokalisasi. aku jadi ingat kata Amoy dipakai untuk menyebut gadis-gadis muda keturunan Tionghoa di Pontianak. padahal aslinya itu adalah sebutan dalam bahasa Inggris untuk Xiamen, pelabuhan di propinsi Fujian. didekat tempat ini, tepatnya sebelum Mosque Street, juga ada Masjid Jamae Chulia, yang cantik dan berwarna hijau.

akhirnya, aku harus pulang dan mengakhiri petualanganku, dengan kaki yang pegal-pegal luar biasa dan badan letih akibat berjalan kaki kemana-mana di siang hari sementara malamnya aku nggak begitu bisa tidur.
sebelum aku akhiri, aku mau mengucapkan terima kasih buat Peter, penjaga toko HP di People's Park Centre yang bantuin aku banget dengan HP dan SIM card baruku, buat Dani dan Diana dari SIA Stopover Holiday, buat concierge di Miramar Hotel yang selalu aku mintain tolong, dan buat door-man di Raffles untuk semua bantuannya padaku.

Monday, December 12, 2005

epilogue

you may never read this. and we may never see each other again. not after what had happened. but still, I feel an urgency to speak up.

yes, I don't feel comfortable to know that she doesn't know that I was in the town. it made me feel uneasy and awkward as she's also keeping in touch with me. both of you, more than any other business partner that I have, are having better appreciation of what I'm doing. I never have a glimpse of thought that something like this may occured. it is an honor to have this opportunity. and whatever I say can never enough to express my gratitude for your generosity. and beacuse of that, I prefer to limit this relationship in professional context, for the sake of fine arts.

I've told you that I'm dating out someone seriously. and the last thing that I would do is hurting him and make him disappointed, even if he never find it out. I always respect you and I hope that you will understand and respect me too.

Monday, November 28, 2005

yuli, taman dan hanafi

setelah dua tahun, akhirnya kami bertemu lagi. yuli prayitno. terakhir aku ketemu dia di magelang waktu aku jadi asisten buat salah satu pameran yang dikuratori mikke. dua malam yang lalu, waktu kami ketemu di ARMA, aku nyaris nggak mengenalinya. satu yang kuingat, adalah suaranya yang berat. kalo hanya denger suaranya, bisa jadi orang berpikir kalo sosok yuli akan seperti pak raden. tapi sama sekali enggak. yuli kurus, bermata sempit, berkulit terang dan senyumnya tenang. jadi suaranya yang ber-ton-ton beratnya itu memang jadi ciri sendiri.

kami berdua akhirnya berjalan bersama-sama mengelilingi tempat pameran. melihat dan mengomentari karya-karya sambil bercerita tentang kisah masing-masing. yuli pernah tinggal dan bekerja selama setahun di bali. dan tiba-tiba ada banyak hal yang kami bicarakan. tentang karyanya, perjuangannya memasang karya dari darga gallery ke gaya fusion , penyesalannya atas pilihan bekerja di bali, pekerjaanku, kehidupannya, kehidupanku, pilihan untuk tetap berada di jalan ini, yang kerapkali terasa berat... begitu banyak, walopun aku dan yuli sebenarnya sama sekali nggak akrab. mungkin suasana yang mendukung, mungkin karena setelah pembukaan kami beramai-ramai pergi ke warung opera dan menikmati pertunjukan jazz oleh balawan sampai lewat tengah malam, mungkin karena dia bersikukuh untuk mengeluarkan dompet dan membayar apa-apa yang dia pesan walopun kami duduk semeja dengan para pemilik galeri dan beberapa seniman terkenal...

Image hosted by Photobucket.com

selain dengan yuli, summit bali biennale ini membuatku semakin dekat dengan taman. pande ketut taman, selama beberapa tahun terakhir tinggal di muntilan, magelang. sejak akhir oktober, taman memindahkan studionya untuk sementara ke bale banjar pande dan praktis setelah libur idul fitri, aku membantu taman mengerjakan karya instalasinya, "menyentuh langit". setiap pagi menjelang siang, aku akan pergi ke banjar pande. memotret proses kerja mereka. lalu sorenya, aku akan menunggu mereka di galeri untuk merakit bagian-bagian instalasi yang sudah dikerjakan hari itu.

instalasi itu panjangnya enambelas meter dan bagian yang paling tinggi sekitar dua setengah meter. mula-mula rangka bambu, lalu ikatan-ikatan jerami untuk alas atas, ikatan jerami untuk ornamen struktur, sampai akhirnya ratusan figur yang dibuat dari adonan tepung beras yang digoreng. hari demi hari, aku mengikuti proses dan merekam nyaris semuanya. setiap hari aku berdiskusi panjang lebar dengan taman. memahami caranya berpikir, memahami konsep karyanya yang sarat dengan tradisi bali, menemukan lagi semangat komunal yang sudah nyaris lenyap dari dunia nyata. ada banyak sekali yang kudapat dan aku pelajari, dan diatas segalanya adalah percakapanku dengan taman. walaupun kami bicara dengan bahasa yang berbeda, namun kami punya pemikiran dan pemahaman yang sama.

Image hosted by Photobucket.com

bali biennale pun mempertemukanku lagi dengan hanafi dan masa lalu. hanafi memasang dua buah lukisan dan satu karya instalasi di tonyraka gallery. instalasinya adalah sebuah ban kulit yang dijalankan oleh motor besar dan di ban kulit itu tertulis penanda waktu. itu adalah sebuah jam, alat ukur waktu, tapi bentuknya penyok, menandakan waktu yang molor, yang melebar dan menyempit dan jam itu tidak menunjuk pada satu waktu tertentu. masa yang dilewatinya tidak terukur. badannya yang terbuat dari besi berkarat. mungkin ia sudah ada untuk waktu yang lama. mungkin baru saja.

di galeri yang sama, beberapa seniman dari jawa timur memasang karyanya juga. aku tidak akan berusaha menghapuskan sejarah. ya, mereka adalah seniman yang pernah bekerja sama denganku. seniman yang pernah mengkritik pedas event-event yang aku buat, yang pernah mempertanyakan krredibilitas dan kemampuanku. yang -menurut mereka, lebih baik dariku dan menguji aku. sebelum naik mobil dan kembali ke rumah, aku bilang sama hanafi.
"mas, datang kesini seperti kembali ke masa lalu"
"iya. memang. dan sekarang waktunya kamu kembali ke masa kini"

Tuesday, November 22, 2005

ya, ini tentang aku

hidup dan berinteraksi dengan orang banyak punya berbagai konsekuensi, yang sama banyaknya dengan hidup terisolasi. untuk bisa hidup lebih nyaman diantara berbagai konsekuensi itu, aku menerapkan beberapa aturan untuk diriku sendiri.

pertama, aku berusaha untuk jadi orang yang fair. di kehidupan nyata atau di dunia maya aku akan dengan langsung dan jelas menyampaikan pujian, masukan, kritik, atau bahkan keberatan. biasanya pada orang yang bersangkutan. dengan teman atau keluarga, staf atau tim yang selevel denganku, bahkan dengan atasan, aku berani bicara yang perlu disampaikan. aku nggak suka gosip atau bergunjing di belakang.

kedua, aku berusaha bertanggungjawab sama semua yang aku ucapkan. baik itu secara lisan maupun tulisan. itu berarti, setiap tulisanku di blog, di email yang masuk ke kampung gajah (selama metadatanya nggak diubah sama gajah yang usil), di arisan, atau percakapan lewat Y!M adalah tanggung jawabku.

dari dua hal diatas, aku harap seluruh warga kampung gajah mengetahui bahwa, semua tulisanku dalam percakapan dengan bunda endhoot yang diposting oleh bunda ke kampung gajah adalah tanggung jawabku. dan ya, setelah diposting, (dan aku mengetahui pemostingan itu) aku menjadi orang yang fair (menurutku) karena nggak hanya sekedar bicara di belakang. sekedar ngobrol PM tentang orang lain. tentang apa yang tertulis disana, bisa dibaca dengan hati-hati dan kepala dingin di archive milis kita.
(aku belum belajar bikin link, jadi cari aja sendiri di arsip kampung gajah)

lalu kalau dengan itu, lilis merasa mempunyai masalah denganku, secara pribadi aku persilahkan dia untuk menghubungiku lewat email, lewat blog ini, atau lewat Y!M dengan id: nomadelfia

Friday, November 18, 2005

story from kopdar series

setelah dapet foto-foto, barulah sekarang aku menampilkan cerita Kopdar TS2 disini, lengkap dengan kisah pra kopdar dan pasca kopdar. selamat menikmati

------

kopdar V.1

tanggal 30 oktober, tepat jam 4 sore, GA 341 mendarat di juanda. aku bergegas keluar dari gerbang kedatangan dan mencari-cari wajah mereka; bunda, benny dan doni. airport penuh sesak oleh keluarga TKI. pasti banyak TKI yang mudik disaat menjelang lebaran seperti ini. dan setiap TKI dijemput oleh satu dusun. no wonder...

kuhidupkan hp dan sms bunda langsung masuk. mereka masih di jalan. sebentar lagi sampai, katanya. kira-kira 15 menit kemudian, bunda memintaku berjalan kearah terminal keberangkatan, dekat restoran padang yang memisahkan terminal kedatangan dan keberangkatan. katanya, mereka ada disana.

kudorong trolley-ku. sebenarnya bawaanku nggak banyak, tapi udah capek rasanya mengangkat-angkat barang-barang ini sejak tadi siang. ah... itu dia, mereka menungguku dan melambai dari kejauhan. aku tertawa membalas, lalu gedubrak! trolleyku menabrak pajangan majalah didepan sebuah toko. kesan pertama yang nggak meyakinkan.

dari bandara, kami menuju tempat makan bebek goreng. sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya kami tertawa. casper pasti gatel-gatel badannya sepanjang sore itu. aku nggak tau apakah enda juga ngerasain kalo kami ngobrolin dia. aku sempat nelpon casper juga, ngasih tau kalo udah ketemu sama mereka bertiga. nggak ngobrol lama, cuma ketawa-ketawa aja.

10 menit sebelum sampai di bebek goreng, azan maghrib berbunyi. aqua dari garuda aku minum. sepanjang jalan, benny berperan jadi supir sekaligus pemandu wisata, yang menunjukkan padaku kemegahan kota surabaya. cuih!!!

bebek goreng itu ramenya minta ampun! nggak ada yang bisa makan dengan tenang dan berlama-lama, karena sudah banyak orang yang mengantri di belakang mereka. benny bertugas memesan bebek goreng, sementara doni memesan minuman. waktu doni menyerahkan makanan pada kami, seorang pembeli memesan bebek goreng pada doni. bersungut-sungut, doni langsung bilang sama kami, tepat di depan si pembeli "emangnya tampangku kayak penjual bebek goreng apa?"
hihihihi... si mas pembeli langsung malu dan minta maaf. aku dan bunda ngakak.

dari bebek goreng, kami menuju mc donalds. mau apa? nongkrong aja. sebagai anak muda yang baik, walopun makannya tradisional, minumnya tetep junk drink! sempat juga bicara dengan koh fahmi si raja bonga-bonga lewat telepon. seperti biasa, setelah aku suruh dia bicara dengan bahasa manusia, doni menyuruhnya beli honda jazz.

dari mc donalds, kami menuju bandara lagi. karena benny nggak mau nganterin aku pulang ke malang. jadi setelah kopdar, barulah aku ketemu dengan papa dan mama, yang menjemputku di terminal kedatangan, jam 8 malam. ampun, pa... ina memalsukan jam kedatangan supaya papa nggak usah nungguin ina kopdar.
alesaaaaaaannn!

****

kopdar V.2

aku melihat jam di hpku dengan gelisah. udah hampir jam 11, kenapa namaku belum dipanggil juga??? pagi itu, sebelum berangkat ke TS 2 aku harus membereskan pasporku dulu. dan tentu saja, karena antriannya nggak gitu jelas, yang melewati jalur benar seperti aku ini, sedikit-sedikit antriannya disela sama para calo yang bawa 25 map sekaligus... yang boleh panggil-panggil petugas lewat lubang loket, dan bahkan masuk ruang pelayanan paspor. imigrasi sux! ah, mental pegawai negeri sux!

selepas jam 11 aku baru naik bis malang-surabaya. dijalan sempat sms-an dengan venus yang katanya masih menunggu sendirian sejak dua jam yang lalu. aku membalasnya dengan pandangan prihatin, sambil lega dalam hati karena belum terlambat untuk ikut kopdar jatim 31 oktober di taman safari 2. begitulah nama resminya.

turun dari ojek, aku menelepon bunda dan sekejap kemudian, suster menghampiriku. gajah yang lain pada bersorak. apa boleh buat... kalo selebriti yang datang, para penggemar memang jadi susah mengendalikan diri. dengan lugunya, aku nggak tau kalo pria berkupluk yang bajunya berlapis-lapis itu adalah venus, walopun aku udah salaman dengannya. ah... diketawain lagi deh...

Image hosted by Photobucket.com

setelah menunggu sebentar, kami naik ke bis yang dicat loreng seperti zebra, dan mulai mengelilingi taman safari. pak sopir ini hafal nama lokal, nama latin dan sejarah hidup tiap-tiap jenis binatang di TS 2. karena kepiawaiannya membalas candaan kami, para gajah meminta suster untuk menginvitenya ke gmail, biar bisa subscribe id-gmail dan jadi donlennya suster. ihihhihi...

Image hosted by Photobucket.com

aku duduk dengan bunda, dan kami berdua ketawaaa, terus. doni agak terkendali hari ini karena bida ikut. bhagonk sibuk berkomentar ini itu dengan gak kalah cerewet. budi rejected jadi bulan-bulanan juga. ah, tapi tetap venus yang lebih banyak dikerjain. bagaimana pun juga, dia dan suster pemeran utama cerita ini. doni dan benny ambil banyak sekali foto. mulai dari yang bagus, sampe yang ngawur seperti kupasang disini. sementara itu, arief dan pika sibuk sendiri di belakang. oiii! puasa ooiiii!!!

Image hosted by Photobucket.com

setelah berkeliling dengan mobil, kami menjenguk anak suster, yang sama sekali nggak mirip venus maupun didats. jelas aja karena itu anak orangutan.
mmm... tapi item-itemnya mirip sapa yaaa?
lalu kami juga nonton pertunjukan gajah, linsang, burung dan monyet di beberapa arena berbeda. taman safari sepi hari senin itu, jadi kami benar-benar leluasa. aku, bunda, budi dan bhagonk masuk juga ke dalam rumah hantu. satu-satunya hal yang menakutkan adalah karena kereta-nya tidak berangkat dalam satu rangkaian, tapi satu-satu! shock juga mendapati bhagonk dan budi hilang ditelan kegelapan rumaha hantu. dimana merekaaaaaa???



sore itu jam 4, kami sempat juga menggelar arisan live, dengan topik 'antara venus, suster, didats dan cute girl'. walopun jumlahnya nggak sebanyak kopdar jakarta, atau bandung, kopdar jatim memang lebih keren dan lebih berkualitas.

maghrib menjelang waktu kami beranjak dari TS 2. kopdar ini masih bersambung dengan buka puasa di malang.

Image hosted by Photobucket.com

****

kopdar V.3

aku ikut di mobilnya bunda. bersama bunda, bhagonk yang belum merokok dari pagi dan budi rejected yang belum merokok sejak bayi. kami menuju malang dengan bercakap-cakap seru dan bercanda-ria. walopun mulutku udah capek ketawa, tapi siapa yang bisa nggak ketawa di kampung gajah?

atas pilihan venus, kami pergi ke pulosari, dan memutuskan makan di ayam goreng yang mirip kfc cara gorengnya. maksudku, karena ayamnya dibalut tepung. ini karena ada beberapa orang yang kalo makan mie aja, belum makan namanya, jadi harus makan nasi. awalnya, sebenarnya aku menawarkan cwi mie aja.
di pulosari, aku dan bunda mula-mula mau makan satu paket bersama, tapi karena porsi kentangnya kecil, bunda pesen satu paket lagi. ayo makan, bun! nyam...nyam...

venus makan sampe gobyos alias keringetan. bukan karena pedas, bukan karena panasnya udara malang, tapi karena gerah digodain doni, bhagonk, benny dan dudi yang datang belakangan, tapi nggak kalah semangatnya dalam mengganggu venus. waktu makan ini, doni seringkali jadi speechless dan amnesia mendadak karena waktu godain venus sering salah ucap membongkar trik-trik kancil lelaki. padahal 'kan ada bida...

Image hosted by Photobucket.com

foto-fotoan tentu saja tetap dilakukan mengingat tanpa skrinsyut adalah basbang. setelah berfoto untuk terakhir kalinya, kami lalu pulang.
mula-mula venus yang kami antarkan ke terminal. dia sudah gelisah saja sejak jam 7 malam. entah janjian sama siapa dia. setelah itu rombongan berangkat ke riverside untuk mengantarkan aku pulang. kami berpisah di pagar rumahku, masih dalam keadaan tertawa-tawa.

aku pergi tidur jam 11 malam itu. kakiku lemas dan badanku gemetar kehabisan tenaga setelah tertawa selama 10 jam. betul-betul kopdar yang tak terlupakan!

****

kopdar V.4

pukul 18.20 tanggal 8 november aku sampai di juanda. petualanganku selama libur lebaran hampir usai. besok pagi, aku udah harus balik lagi ke dunia nyata. bekerja seperti biasa.
taklama kemudian, benny datang menemuiku di terminal keberangkatan, membawa dua CD berisi foto-foto kopdar TS 2 darinya dan dari doni. aku sempat memperkenalkan benny pada papa yang mengantarku, sebelum aku memasuki gerbang keberangkatan tepat pukul 18.30.

sampai di depan petugas check-in, aku baru tau kalo ternyata flightku di-delay. nggak tanggung-tanggung. dari boarding jam 19.00 menjadi jam 21.30. aku langsung sms benny supaya dia jangan pergi dulu. dia lalu mengajakku jalan-jalan keluar bandara. ya, kataku. aku mau ke rawon kalkulator.

dari bandara kami menuju darmo, untuk menjemput doni di kantor radio-nya. doni ternyata udah menyelesaikan editan video yang sedang dia kerjakan, dan bisa meninggalkan tempat sembari menunggu hasil rendering. kami menuju rawon kalkulator, tapi tutup. ke nasi goreng juga tutup, tampaknya semua makanan enak masih belum buka hari itu. sampai akhirnya memutuskan ke resto sera, karena kata benny, sayang sekali kalau ke surabaya dan nggak makan makanan khas surabaya.

makan malam bersama bida, doni dan benny berlangsung aman dan lancar. setelah makan, kami menurunkan doni dan bida di DJ FM lagi sebelum menuju bandara. kami semua berpisah dengan ucapan... "sampai jumpa di dunia maya"

Sunday, November 13, 2005

jazz at the galleries

urs ramseyer and trio dari basel, swiss datang ke bali untuk bali jazz festival. sebagai bagian awalan dari event itu, ada road show jazz at the galleries yang diadakan di galeri santrian dan komaneka.
selain urs pada piano, ada dominik pada bass dan ... pada drum. mereka memainkan musik yang soft dan smooth, dengan beberapa komposisi ballad dan funk juga. meski tanpa vokalis, tapi lagu-lagu yang mereka mainkan bisa disampaikan melalui bahasa instrumen dengan baik.

komposisi terakhir yang mereka mainkan, 'peace' betul-betul lembut dan menyentuh. seperti hembusan angin yang sejuk disela-sela kelopak daun yang muda dan hijau. menyejukkan. merasuk sampai kedalam hati.

Image hosted by Photobucket.com

konser ini direkam live dan nantinya akan beredar dalam bentuk CD. aku nggak tau apakah CDnya akan diedarkan juga di Indonesia atau nggak. yang jelas, karena urusan rekam-merekam itu, aku jadi harus extra strict sama para penonton. begitu musik dimainkan, siapapun yang terlambat nggak boleh naik ke ruang pertunjukan. mereka boleh naik waktu jeda diantara lagu, supaya langkah kaki (sepatu hak tinggi di lantai marmer)nya teredam tepuk tangan. dan benar saja, separuh dari penonton malam ini datang terlambat. ah, dulu di LIP, kalo datang saat pintu sudah ditutup, jangan harap boleh masuk.

mayoritas yang datang adalah expatriat. percaya atau nggak, kebiasaan jeleknya dalam menonton pertunjukan betul-betul memalukan. banyak sekali yang keras kepala tentang mematikan hp. atau malah bersikeras mau naik ke ruang pertunjukan pada saat musisi bermain. dan sedikit yang berbesar hati mau mendengarkan kata-kata stafku dibawah. aku sampai heran, mereka pikir apa baik untuk jadi sok-sok-an gitu?

pelajaran buat semuanya. buatku juga. menonton pertunjukan dengan tertib itu bukan hanya menghormati musisi ato performernya, tapi juga menghormati diri sendiri. oleh karena itu, sebaiknya;
1. datang tepat waktu
2. mematikan. sekali lagi mematikan, bukan sekedar silent mode telepon selular.
3. diam selama pertunjukan kecuali perlu (untuk bertepuk tangan atau tertawa kalo lucu)

Monday, November 07, 2005

menjaga silaturrahmi di hari lebaran

berikut ini adalah cara-cara menjaga silaturahmi yang selalu aku terapkan setiap kali lebaran di pacitan. cara ini aku pakai karena ada banyak sekali saudara di pacitan dan masing-masing sangat jarang aku temui.

1. mau diajak salaman dan tersenyum. walau siapapun yang datang, dan bagaimanapun rupanya, terlebih orang tua. seringkali aku nggak kenal siapa-siapa yang datang itu. tapi mereka tau siapa aku. anaknya si ini dan si itu. bagaimana waktu aku masih kecil dan seterusnya. jadi untuk amannya, salaman dan tersenyumlah. kembangkan jiwa selebritimu.

2. numpang mandi. rumah embah yang dari papa selalu ramai. sekurang-kurangnya ada 24 orang berkumpul sekaligus, di rumah yang kamar mandinya cuma dua. kalo lagi males ngantri, aku lebih memilih ke rumah bude pandi, sepupu papa, atau ke rumah mas muh, sepupuku. masing-masing di depan dan samping rumah embah.

3. kalo udah dateng, jangan lupa tanya sama yang punya rumah, "masak apa hari ini?". semua merasa senang kalo kita mau makan di rumahnya. kata mama-papaku, itu karena setelah embah kakung meninggal, sodara papa udah jarang ngumpul. jadinya kalo ada anaknya yang mau datang, dan makan di rumah. mereka senang. aku juga senang kok, dapet menu beda-beda terus...

4. pamit kalo mo pulang. setiap kali udah mau pergi dari pacitan, walopun cuma ketemu di depan rumah, selalu nyempatin untuk pamit sama yang dekat-dekat. biasanya kalo udah gitu, dapet oleh-olehnya makin banyakkk!

selamat idul fitri yaaa!
maafin aku lahir dan batin...

Saturday, November 05, 2005

kalo nenekmu nomail

masih pagi sekali. sambil agak ngantuk-ngantuk karena baru bangun, aku duduk di bale, nungguin tanteku masak. waktu selalu berjalan lambat di pacitan. sejurus kemudian nenekku datang dan duduk di sebelahku. tangannya mengusap-usap punggungku. aku diam saja. lalu mulailah ia berkata

"kowe ki kok senengane dadi pikirane simbahmu"
"kenapa mbah mikirin aku, aku baik-baik saja" jawabku.
"piye ale arep ora mikir. wong kowe ki iso kerjo negeri kok malah senengane ning swasta"
"aku nggak mau jadi pegawai negeri. ntar aku bisa tersiksa"
"lha nek saiki kowe ora tersiksa?"
"nggak, aku bahagia"
"ngopo kowe ki ra gelem dadi pegawai negeri?"
"dan harus bayar 50 juta? aku nggak punya duit segitu"
"sopo sing kondo mbayar? ibumu, bulikmu ki ra ono sing mbayar"
"aku udah kerja. kerjaanku menyenangkan, kenapa harus ganti?"
"padanane mbahmu iki kan sekolahe TK. kowe sing luwih pinter. luwih nduwe pertimbangan. saiki sepiro-piro gedhe bayarmu, alehmu kerjo koyo embuh. mangkat peteng mulih peteng"
"nggak kok. aku kerja jam 9 sampe jam 5. nggak sampe malem"
"nek dadi pegawai negeri jam 2 wis iso mulih. ibumu, bulik-bulikmu ki kabeh kerjo negeri yo iso urip, iso nyekolahke kowe barang. anggepane nek kerjo negeri ki kerjo ora kerjo yo tetep dibayar. nek swasta ki nek kowe loro, ora kerjo, yo terus ora dibayar"
"mbah, udah deh... jangan nyuruh-nyuruh aku jadi pegawai negeri. aku tuh udah sebel banget sama pegawai negeri yang selalu nggak pernah ngerjain kerjaannya tanpa bayaran tambahan. bikin paspor aja, aku disusah-susahin karena bayarnya sesuai aturan, 260 ribu. yang bayar 700 ribu sehari selesai" aku malah jadi inget sama urusan paspor yang masih nyangkut itu. nggak sopaaaannn!!!
"yo, kowe ki kan luwih pinter. mbah iki ale mikir paklikmu kelar koyo embuh"

aku diem. udah males ngomong. tanteku menyuruh nenekku pergi dengan alasan di rumah nenekku (yang emang sebelahan dengan rumah tante) ada tamu.
duh, ini pasti gara-gara omku nggak pulang waktu lebaran, walopun cuma kerja di jakarta. heran, udah dua tahun ini setiap ketemu yang dibahas ituuuu-itu terus. apa nggak ada yang lain yah?

emang susah punya embah yang nomail. mana tau dia kerjaanku tiap hari nge-junk aja. tetep dibayar penuh, dan kalo sakit kantor yang bayarin biayanya.

Tuesday, November 01, 2005

hairdresser imam dari salon jonathan

atas petunjuk ayin, hari ini aku pergi ke salon jonathan, di deket plasa dieng, malang, buat ngeberesin rambutku yang udah kayak rambut megaloman.
begitu masuk ke salon itu dan bilang kalo mo potong rambut, aku langsung ditanya; "mau yang 25 ribu ato 45 ribu mbak?"
pertanyaan yang aku jawab dengan pertanyaan. ternyata bedanya harga itu disebabkan oleh hairdresser yang berbeda. si gondrong fauzi berharga 45 ribu, sementara si rambut pendek imam berharga 25 ribu. sekilas lihat, aku memutuskan memilih imam, karena aku liat si gondrong itu rambutnya berwarna tembaga dan bentuknya kayak rambut lionmaru, yang malah lebih parah daripada rambutku. rambut imam lebih potongannya lebih bertekstur dan lebih tertata.

waktu aku ngantri, nunggu dicuci rambutnya, imam yang sudah selesai memotong rambut duduk di dekatku sambil bawa koran. sementara fauzi setelah selesai memotong rambut malah godain mbak-mbak resepsionis. alah...

kusapa dia, dan bertanya apa dia yang memotong rambut. aku sedang buka-buka model rambut dan bertanya pada dia apakah model itu cocok buatku. dia minta ijin meraba rambutku, lalu kami mulai berdiskusi sampai akhirnya memutuskan satu model rambut. dia bertanya apakah aku mau dipotong sekarang. aku bilang aku harus dicuci rambut dulu. dan dia bilang dia yang akan mencuci rambutku sekalian.

demikianlah hairdresser imam mencuci rambutku dengan hati-hati, lalu mulai memotong rambutku. aku suka karena dia bekerja dengan serius dan konsentrasi. segitu konsennya sampe waktu aku coba ngobrol sama dia, dia sama sekali nggak denger.
ya, dia mungkin kurang jago menurut orang yang bikin harga, tapi aku tau kalo dia ngerjain setiap orang dengan kecermatan dan ketelitian seperti yang dia kasih waktu ngerjain rambutku, bakalan banyak yang jadi langganannya.

pada dasarnya rambutku agak ikal. itu berarti panjangnya waktu basah dan waktu kering berbeda karena setelah kering akan naik dan memendek. sehabis diberi krem, disteam dan dibilas, imam memblow lurus rambutku dan memotongnya lagi. kali ini dengan gunting untuk memberi tekstur potongan dan menipiskan bagian depan. dengan cara ini, rambutku nggak kependekan dan jatuhnya waktu kering benar-benar pas. aw! aku suka potonganku yang baruuu!

setelah semuanya selesai, dia yang lebih dulu mengucapkan terima kasih. aku tersenyum padanya dan mengucapkan terima kasihku. yang kayak gini nih yang dibilang cece mimi sebagai service by heart. hey imam! kamu masuk blogku hari ini.

Tuesday, October 25, 2005

hampir tante

aku pasti udah tidur waktu sms-nya ari datang.
selepas tengah malam waktu aku terjaga, aku tersenyum membacanya

pa kabar? lama gak kedengeran? btw, rabu lalu gw sempat buka puasa di tempat ita, and kau tau? dia udah 'isi'. masi baru siy, jd masi mual-mual mulu. gw mo sms lo lupa-lupa terus:-)

waaaaaaaaahhhhh!!!
hampir setahun lalu ita dan tunjung menikah. aku datang ke jakarta untuk pernikahan mereka waktu itu. dan sekarang ternyata ita udah mulai hamil. kok jadi aku yang kegirangan gini? serasa aku mau punya keponakan baru. iya sih, kalo anaknya ita ya pasti manggil aku tante toh...

betul-betul nggak terasa bertapa cepatnya waktu berlalu. kayaknya belum lama aku dan ita sekelas bareng di SMP. les bareng, ngecengin anak-anak SMU sebelah sambil cekikikan berdua. kemana-mana naik sepeda federal... trus tau-tau kami mulai kuliah, waktu ita mau TA juga aku bantuin... dan dia menikah duluan. mendahului aku, ari dan topik.
dan sekarang udah mau punya anak. hmmm...

Monday, October 24, 2005

Giger from Hell

diangsurkannya buku itu padaku sambil bertanya apakah aku mengenal nama orang yang menjadi judul buku itu. HR GIGER ARh+. demikian yang tertulis di sampulnya. aku melihat penerbitnya; TASCHEN. mestinya orang ini, siapapun dia, bukanlah orang sembarangan karena penerbit bukunya adalah salah satu penerbit internasional yang baik.

keterangan singkat yang aku terima tentang Giger adalah bahwa dia merupakan seniman yang membuat efek visual untuk film ALIEN. tunggu dulu... aku tau film itu yang akhirnya terdiri dari tiga film berturut-turut. ALIEN 1,2 dan 3. tapi siapa Giger ini? seniman mana yang karyanya menggambarkan dunia yang entah dimana, dengan objek yang merupakan gabungan dari manusia, binatang, makhluk gaib, dan kondom? dengan setting yang serba suram, seperti pabrik tua, tambang yang sudah tak terpakai, galangan kapal yang nyaris karam, atau dunia yang terdiri dari mesin-mesin dan sekrup berkarat?

setiap bagian yang aku baca dari buku tentang Hans Ruedi Giger ini memberiku berbagai kejutan menarik. kejutan pertama, yang menulis pengantar buku ini adalah Timothy Leary, salah satu pahlawan Generasi Bunga yang tentu saja, kontroversial. demikian Leary pada Giger...

Giger, you see more than we domesticated primates. Are you some super-intelligent species? Are you a viral visitor staring with your petalled-poppy eyes into our reproductive organs?

tantu saja pikiran-pikirannya mengejutkan. tapi yang juga menarik adalah bagaimana dia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang hangat dan stabil. sehingga Giger memiliki kedalaman perasaan terhadap ayah dan juga ibunya...
untuk menggambarkan ayah yang melihat bagaimana anaknya nyaris menghancurkan laboratorium apoteknya, mengkoleksi patung-patung lilin dan plastik berbentuk tubuh manusia, membuat guillotine dan kereta hantu lengkap dengan lintasannya di rumah... demikian Giger berkata...

My father was an authoritarian but kind man who never hit me. Except for once. In his place, I would probably have murdered me.

Giger bekerja sama dengan sutradara Scott Ridley untuk menciptakan seluruh makhluk dan benda-benda dalam film Alien. Lalu dia melanjutkannya untuk sejumlah film yang lain seperti Poltergeist II, membuat monster Goho Dohji untu sebuah film Jepang dan menciptakan extraterrestrial beauty dan ghost train untuk film Species. obsesinya pada warna hitam, guillotine, patung lilin, bretel, mesin, revolver, wanita dan imajinasinya terhadap ruang, terowongan, hantu, dewa-dewa dari dunia lain (kalo tau Necronomicon dan Cthulhu, pasti ngerti apa yang aku maksud) terlihat jelas dalam karya-karnyanya. Giger juga nggak membatasi diri, dia bekerja dengan berbagai macam teknik, membuat objek tiga dimensi, dan juga menguasai grafis. tapi tentu saja, seniman yang terkenal pun, tetep aja bermasalah dengan administrasi dan birokrasi.

The Dutch custom once thought my pictures were photos. Where on earth did they think I could have photographed my subjects? In Hell, perhaps? Only after getting an expert to come in specially and certify that my works were indeed air-brushed would they let the pictures through.

kisah pahlawan nggak akan lengkap tanpa sisi tragis. kehidupan pribadi Giger adalah cerita yang sedih. hubungannya selama sembilan tahun dengan aktris Li Tobler berakhir di tahun 1975 ketika Li bunuh diri dengan sebuah pistol. kehilangan yang menghantui karyanya selama bertahun-tahun. pernikahannya dengan Mia Bonzanigo juga hanya bertahan selama 1,5 tahun.

oya, walaupun bukan anggota, Giger pernah hadir dalam sebuah pertemuan internasional Hell's Angel karena ia mendesain poster untuk kelompok pengendara motor gede itu.

kalo sewaktu-waktu pergi ke Tokyo, atau Chur (di Swiss) mampirlah di Giger Bar untuk minum bersama para alien yang barusan aja mendarat, baik untuk menengok pangkalan mereka di bumi, atau sekedar transit, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jupiter.

www.HRGiger.com
www.HRGigerMuseum.com
www.HRGigerAgent.com
www.Giger.com
www.LittleGiger.com

Saturday, October 22, 2005

last night's ballad

aku lagi enak-enaknya makan mie goreng yang dahsyat di Chinese Food tadi malem waktu Onet sms dia lagi ada di Ace Hardware sama Kaisar dan mobil mereka, Elizabeth, lampunya mati. nah, waktu lagi mati itu, rupanya Onet ketemu sama WM dan pacarnya, si S. sambil senyum-senyum sendiri aku baca sms Onet yang dilengkapi komentar Kaisar tentang si S yang katanya kayak orang Tahiti, dan bukannya orang Perancis.

sms Onet yang berikutnya datang setelah aku bilang kalo aku setuju sama pendapat Kaisar, bahkan sejak dulu kala. sekali ini sms-nya gag bikin aku ketawa-ketawa, tapi malah bikin aku jadi sedih...

:-( aku liat si merah di parkiran seperti melihat dewa (ada WM!), aku pikir WM akan bantu sedikit at least mengutak-atik dikit pun gak bisa juga gak papa, tapi WM pergi aja sama S. Kaisar mana tau masalah mobil, tapi Na, Elizabeth memang rusak dimana-mana, mending nanti ditaruh dirumah aja...

kaget banget bacanya. seperti bukan WM yang kami kenal. yang selalu jagain Ditta, Mimi, Aku dan Onet. yang selalu mau bantu, walopun nggak dengan tangannya sendiri, sehingga kami pikir akan bisa jadi pastor yang baik kalo sampe waktunya masih belum nikah dan harus masuk seminari.

S yang bikin WM jadi gak seperti WM kita. yang mau jemput PC kamu ke ubud buat dibenerin. yang mau bantuin frank malem-malem. yang mobil merahnya selalu boleh kita pinjam...

aaah... jadi sedih... selama ini WM jadi pahlawan buat kami karena dia selalu melindungi dan bisa diandalkan. kapanpun. jadi tempat curhat semua orang dan selalu penuh perhatian. lagian, WM ma Onet itu udah lama nggak ketemu. sebulan lebih! nggak kebayang deh sifat mulia itu bisa musnah cuma karena lagi jalan sama S. udah jadi rahasia umum kalo S galak. sekali waktu aku pernah liat gimana dia memperlakukan WM dengan semena-mena. gak tega rasnya kalo inget kejadian itu. apa S marah ya, kalo WM bantuin Onet?

:-(padahal aku kangen banget ama WM, tadi ketemu juga langsung kita peluk-pelukan... oh, WM yang hilang...

hmmm...
aku jadi inget dua hari yang lalu aku nelepon WM pas mo ngurusin tiket pesawat. terakhir kami ketemu pas dia nganterin aku berangkat pulang ke Malang, akhir bulan lalu. dan sampe hari ini aku belum ketemu lagi dengan dia.

dua hari yang lalu aku telepon WM... aku juga kangen banget sama dia... sampe terharu denger suaranya di telepon. berkaca-kaca...

waktu nelepon, aku sampe bisa bilang "aku kangen..." dan dengan polosnya WM bilang "sama siapa?". duh, udah lama banget nggak ngobrol sama dia. beberapa kali cuma sms-an dan dia tau aku lagi sibuk banget nyiapin pameran Suwidiarta makanya dia nggak sering-sering mencoba menghubungiku.
toh, dia juga sekarang lagi sibuk syuting film di kartika hotel dan tiap kali keluhannya selalu sama..."I feel awkward to be the only Asian in this place. rasanya seperti bukan di Indonesia"

:-( ... iya ya... ... aku juga jadi terharu, tadi dia bilang pengen ke ubud, pengen libur.

jadi inget postingan di kampung gajah tentang kriteria calon istri. seharusnya ditambahkan, kalo perempuan yang baik itu bukan perempuan yang bikin si laki-laki nggak jadi dirinya sendiri. jadi tertekan dan meninggalkan teman...
mungkin aku ke warkop aja besok hari minggu. kalo bisa ketemu WM, ya bagus... kalo nggak bisa, mau men-smurf kamarnya Toni dan ngobrol sama Mimi. udah lamaaaa sekali nggak main kesana.

selama berminggu-minggu pernah aku hanya cerita tentang WM (dan semua yang dilakukannya untuk mengurus kami di warkop) sama casper. skarang sih, menghela nafas panjang aja dulu.
*sigh*

Wednesday, October 05, 2005

the bloody month is coming

puasa pertama nih!

sejak pertama kali tinggal di bali, udah terpikir kalo pas bulan puasa, bakalan menangis darah karena berpuasa sendirian. mulai dari sahur, buka puasa, sampai ke tarawihnya, semuanya sendiri. si banu tuh... yang suka ngingetin aku tentang soal menangis darah ini...

well, memang bali bersimbah darah beberapa hari sebelum ramadhan karena bom yang dipasang di kuta square dan jimbaran. tapi ternyata bener juga kalo berpuasa, lebih dari menjalankan ibadah yang lain, tergantung banget sama niatnya. aku bener-bener sendirian puasa di hari pertama karena onet lagi ada di bandung dan aku nggak bisa ke warkop berhubung stnk motor lagi dikirim ke malang buat bayar pajaknya. lagian, polisi lagi pada hobi patroli dijalan. motor berpelat N(alang) tanpa STNK berkeliaran, bisa-bisa aku dicurigai mata-mata kelompok teroris! tapi setelah dijalani nggak papa, tuh! nggak nangis-nangis darah juga...

sejak sore, casper udah wanti-wanti supaya aku nggak lupa tarawih malam ini. maka kegiatanku sebelum pulang kantor adalah download jadual shalat. dasar kecapean sehabis display dan ngelembur desain publikasi pameran, yang aku kerjain malam tadi hanyalah makan dan nonton DVD.

bangun untuk sahur jam 4 pagi, aku makan sahur ditemani tora sudiro, tessy ma si gila aming. ampun dah! ketawa mulu liat mukanya aming yang hancur akibat bulu mata sepanjang 15 cm! dan gayanya yang mengerikan rusuhnya...
yang paling spesial di puasa hari pertama adalah karena waktunya bersamaan dengan galungan!. kalo beberapa bulan yang lalu, saat galungan aku berkeliling seharian nemenin idapon hunting foto, menjelang galungan kali ini aku malah sibuk memetakan tempat makan mana yang buka pas penampahan dan galungan. hum... akhirnya aku makan nasi padang aja, deh! karena di sepanjang jalan raya, yang buka cuma nasi padang putri minang. mangga madu, sate ikan, penyetan, chinese food, igelanca... semuanya nggak buka.

sore ini, diputuskan menjelajah daerah peliatan untuk buka puasa.
semoga aja warung jawa timur, ato sate kambing muslimin buka hari ini. kayaknya makan bakso buat buka puasa nggak keren deh...lagian, belum tentu juga baksonya buka.
waaa! aku kangen kolak, es timun suri, es dawet, es kopyor dan bubur mutiara...

selamat berpuasa buat kamu juga!

Saturday, October 01, 2005

crushed...into thousand pieces...

sejak 1998 aku udah keluar dari rumah. praktis sesudah itu, keluargaku adalah 'keluarga teman-teman' yang menjaga dan menemaniku seperti saudara. atau bahkan lebih. kalau kuingat-ingat lagi, semakin banyak saja kejadian, baik itu sedih maupun senang yang hanya kubagi dengan teman-teman, bukan dengan keluargaku di rumah.

seperti kejadian di sabtu sore itu.
setelah kumatikan telepon, aku merasa sekujur tubuhku beku. lalu rasa sakit itu mulai merambat... pedih dan menusuk. nggak bisa dikeluarkan. namun, suka atau nggak suka, bisa atau nggak bisa, aku harus tetap memasang ekspresi kerja. ini masih di kantor. dan aku nggak boleh kehilangan kendali...

seluruh perasaan baru tumpah ruah waktu aku bicara pada WM dan pada casper malam itu. mereka berdua mendengarkanku dengan sabar dan mendukungku supaya tegar. aku, sepenuhnya tau apa yang akan mereka katakan, atau sikap apa yang sebaiknya diambil. yang nggak bisa aku berikan pada diriku sendiri adalah kalimat "semua akan baik-baik saja". dan mereka berdua yang mengucapkannya. ketika mereka menyatakan kalimat itu untukku, aku percaya. aku percaya sepenuhnya.

saat makan malam itu, dikelilingi lisa, mimi dan WM, aku merasa seperti sedang makan malam bersama keluarga. yang punya kepekaan tertentu untuk memastikan bahwa mereka ada bersamaku disaat-saat yang buruk.
dan seperti kata ido waktu kami (ditambah mas beny dan tony) pergi makan soto menjelang tengah malam itu... seburuk apapun masalah yang kita alami, betapapun parahnya keadaan, hancurnya hati, hidup harus tetap berjalan. harus punya nyali untuk berjalan dengan kepala tegak dan menyingkirkan kesedihan. duh, jarang-jarang lho, diobrolin serius sama ido karena biasanya ledek-ledekan rusuh melulu...

esoknya, aku ngejunk di id-gmail dengan perasaan yang lebih baik, walopun threadnya berjudul 'crushed... into thousand pieces...' yang nggak aku sangka adalah reaksi dari para gajah di kampung. reaksi pertama tentu saja berhubungan dengan casper. wah, casp... sori yah, aku nggak nyangka kalo mereka akan langsung menuduh kamu sementara kamu justru baik banget sama aku waktu itu.
reaksi berikutnya, datang dari salah satu gajah yang tinggal di surabaya, doni kristian dachi. dia yang mula-mula menanggapi threadku dengan 'hi hi hi hi' belakangan malah membuat post khusus di blognya, yang berisi sebelas lagu yang disebutnya kompilasi bunuh diri. setelah membaca thread dan blognya, aku meneteskan air mata sekali lagi.

sampai saat ini pun, waktu aku menulis post ini pun, aku sedang mendengarkan lagu-lagu yang dikumpulkan abang doni. dan merasakan lagi keramahan, kehangatan yang selalu bisa aku dapatkan dari 'keluarga teman-teman'

Monday, September 26, 2005

batubulan dan new orleans

seperti biasa, kalo malemnya tidur di warkop, pagi-pagi sekali aku akan sudah bangun dan kebut-kebutan ke ubud biar bisa ngantor tepat waktu. pagi di hari minggu itu, aku harus sedikit bersabar karena sadar nggak bawa jas hujan, sementara hujan turun sejak subuh.

jam 8 pagi aku take off dari warkop. di dekat tohpati, aku berteduh sebentar karena hujan yang mendadak turun lagi. di batubulan, aku juga sempat berteduh di sebuah warung yang dijaga oleh seorang nenek tua. hujan cukup deras, sampai akhirnya menipis, dan jadi gerimis seperti ribuan jarum. sejak memasuki batubulan, aku sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa lalu lintas macet sepagi ini?

jawabannya kutemukan setelah aku melewati tikungan persis setelah tapal batas antara denpasar dan batubulan. air membuncah di selokan besar dibawah jembatan aspal yang kulewati, dan air juga mengalir di sela-sela roda motorku. ini banjir.
air keruh setinggi tiga puluh senti itu mengalir ke arah denpasar, yang letaknya lebih rendah, jadilah aku melawan arus air. aku harus tetap berada di bagian tengah badan jalan supaya tidak terseret ke sisi kiri maupun kanan, tempat dimana air yang lebih deras dan lebih dalam menggenang. juga harus menjaga agar tidak bersenggolan dengan motor dan mobil lain, baik yang masih jalan, maupun yang sudah dituntun, karena mesinnya mati.
kendaraan menyemut di sepanjang jalan yang tiba-tiba berombak itu. ingatanku melayang pada artikel di majalah newsweek yang baru saja selesai aku baca. apakah banjir di louisiana juga seperti banjir di batubulan pagi ini? yang terpikir olehku hanyalah new orleans... new orleans...

setelah sejam lebih berjuang melawan arus, aku menyerah. kuputuskan untuk minggir dan berteduh disalah satu rumah dipinggir jalan. seorang perempuan yang belakangan kuketahui bekerja di travel agent dan seorang laki-laki yang bekerja di pet shop juga ikut berteduh bersamaku. sembari menunggu air sedikit surut. orang-orang di jalan sibuk mencongkel lempengan beton trotoar, supaya air lebih cepat mengalir meninggalkan badan jalan. barulah kusadari, sepanjang jalan di batubulan, selokannya terletak dibawah trotoar, dan lubang tempat air mengalir dari jalan ke selokan sangatlah kecilnya sehingga saat hujan besar datang, air tetap menggenang di jalan. di beberapa tempat bahkan selokan mampet.

setelah dua jam menunggu, air akhirnya surut, dan aku bisa meneruskan jalanku lagi ke ubud. selepas tengah hari, aku baru sampai di kos. rekor kali ini, jarak denpasar-ubud kutempuh dalam waktu 5 jam. jauh lebih lambat daripada waktu biasa yang cuma 30 menit.

Friday, September 23, 2005

dalam daftar

this morning, I recall one of the nightmares I had during my early days in komaneka. it was when I found out that all of the staffs at komaneka already knew who I am, and I don't even remember their names! even worse, I was the manager on duty during Nyepi Day and there were twenty staffs under my supervision and only six or seven of them who I had known exactly their names, faces and positions. I had to peep into the scrambled list that I make and sneaking around them during work shifts so that I can look at the name on their uniform while make sure that they didn't know it.

now that those times are passed, I have another list to put on my head. it was the list of the suppliers, carpenters, mechanics, and all of those support groups I'm working with...here's the list will looks like now...

pak darta; developer
pak ngajiman; pool expert
agung dewata; pest control
bu eva; material controller (ordinary face)
bu eva; abn amro bank (very pretty)
wayan; florist
pak sukir; marble man
pak heri; wood finishing
pak yudi; goods supplies
pak datuk; goldfish and garden expert
victor; frames
bu eka; shipping (by air)
pak eka; shipping (by land)
bu lestari; ups
gung aji; immediate driver
mok tut slow; uniform tailor
mok tut andong; households tailor
bu tini; pearl jewels
bu ambar; half-printing batiks
pak ardi; hand made batiks
bu asih; printing
pande; custom made items
tari; bedding and nomade supplies

and the list surely will continue...

Thursday, September 22, 2005

pulang dan rumah

tadi malam di dapur merah kami berempat ngobrol setelah makan malam. aku, pak koman, bu mansri dan mas hanafi. kami makan malam bersama karena mas hanafi baru saja datang sore itu.

bu mansri tiba-tiba menanyakan rencana kepulanganku ke malang beberapa hari yang akan datang. setelah aku menjelaskan rencanaku, mas hanafi bertanya sudah berapa lama aku nggak pulang. aku bilang padanya sudah sepuluh bulan, sejak pertama kali aku datang ke bali, akhir tahun lalu.

dan pak koman angkat bicara. katanya:
"tapi mama dan adiknya sudah datang dua bulan yang lalu. jadi sebetulnya sama saja seperti pulang 'kan?"
lalu entah darimana, aku bilang pada mereka bertiga...bahwa mungkin suatu saat nanti, pulang buatku adalah ke bali, dan bukan ke tempat yang lain. memang sebelum ini , pulang berarti berada di jogja. tapi sekarang ini muncul kesadaran baru... sewaktu aku di jogja, betapapun cintaku pada kota itu, masih tetap mama yang membayar ini itu untuk hidupku. sekarang di bali, semuanya kutanggung dan kuhadapi sendiri, lalu yang mandiri itu berarti milikku, dan perasaan itu berarti pulang...

dan kami bicara tentang perasaan-perasaan atas pulang, dan rumah...
tentang orang-orang seperti mas hanafi, yang membangun rumah dari dalam pikirannya, mencari tempatnya, menggambarnya, menunggui pembangunannya, sehingga rumah itu betul-betul miliknya... dan membuatnya selalu ingin pulang. ke rumah...

tentang orang-orang seperti walter spies, yang ayahnya diplomat sehingga ia berpengalaman menjadikan setiap tempat yang ia datangi sebagai rumahnya. sehingga ia tetap bisa merasa pulang,walaupun sedang dibuang ke nias setelah diketahui berorientasi homoseksual. jaman dulu gitu lho!
spies, yang menemukan rumah di nias, membuat ratusan sket yang menunjukkan kekayaan zoologi dan plasma nutfah nias, selama ia pulang kesana.

juga tentang suami-istri shioda, yang sepanjang sepuluh bulan terakhir telah empat kali! menginap di komaneka dan udah booking lagi untuk bulan november dan mei tahun depan!
suami-istri shioda telah pulang. ia menemukan rumahnya di komaneka.

lalu bisakah kita pulang, saat kita tidak betul-betul berada di rumah?
bagaimana memasukkan pintu kamar kedalam jantung, menjejalkan perabotan ke dalam benak, menghirup suasana rumah dalam setiap helaan nafas, sehingga dimanapun kita berada, kita selalu merasa aman, merasa nyaman...merasa berada di tempat yang tepat. berada di rumah. dan selalu pulang...

Tuesday, September 20, 2005

everyday is ngejunk day

udah hampir sebulan ini bikin account baru di gmail, setelah account yang waktu itu dibuat atas undangan dari titis. yang satu ini account khusus untuk ikut di milis yang namanya indonesian gmail. casper yang ngasih tau aku tentang milis ini. dan ternyata ada juga orang-orang yang aku tau dan ikut di milis ini juga. salah satunya rony.

nah...
setiap kali suntuk, atau sedang malas atau sedang 'busy doing nothing' mode turn on, aku akan nge-junk, begitu istilahnya di milis ini. nge-junk artinya menulis tanggapan, atau bikin thread atau apa sajalah di milis ini. aku bilang apa saja karena bahkan kamu boleh aja nggak nulis apa-apa yang secara signifikan berguna buat orang lain. bener-bener kirim sampah deh!

di milis yang anggotanya ada lebih dari 500 ini (demikian yang tercatat), setiap orang nggak boleh nomail, dan itu berarti harus siap alamat emailnya kebanjiran thread, rata-rata 50-75 thread baru dibuat dalam satu hari.
jadi bisa dibayangkan, kalo berusaha baca semua thread yang ada, pasti gak bakalan ada kerjaan lain selain ngejunk di id-gmail yang juga punya nickname kampung gajah.

smua penghuni milis ini dianggap homo. kalo yang perempuan ya... homowati. setiap beberapa waktu, ada aja yang bikin istilah baru, atau trade mark baru, sehingga istilah-istilah macam-macam berseliweran. misalnya baru-baru ini istilah homo ditukar dengan fajri (which is sebenarnya nama salah satu anggota milis ini juga). maka kemudian, kata homo yang sudah ditukar dengan fajri menjadikan, warga kampung gajah sebagai fajriwan dan fajriwati. hum...

tadi siang...
casper memberitahuku sesuatu yang menarik...
bualn ini, aku tercatat masuk 10 besar daftar pengirim email terbanyak ke milis itu. tepatnya nangkring di posisi 8. ah-ah... tampaknya semua perasaan nggak enak sudah tersalurkan dan terlampiaskan. nge-junk sering bikin moodku jadi lebih baik, dan jadi semakin malas pulang dari kantor... malas berpisah dengan internet broadband!

skarang aku sedang berpikir-pikir untuk nungging buat mereka.
mmm... itu istilah untuk kegiatan buka-buka kartu dengan mencantumkan alamat email untuk account di FS, YM id, blog, dan seterusnya...
nungging nggak ya?

Monday, September 19, 2005

circle life of ceremony

hari ini mencoba menelepon agus pande lagi, setelah seminggu sebelumnya kirim sms, dan jawabannya adalah "sekarang sedang saya kerjakan. nanti kalau udah selesai akan saya kabari"

me: "hi mas agus! ini dian ina, komaneka"
ap: "hi mbak dian! gimana kabarnya?"
me: "saya baik... lagi sibuk ya? aku ganggu nih... lagi ada dimana?"
ap: "saya lagi di gianyar...iya nih... aduh sori yah... masih belum sempat dikerjain"
me: *terbelalak. whattt?*
ap: "nenek saya meninggal. jadinya harus ada disini terus buat persiapan upacara."
me: "oh... iya sih, kemarin pak koman juga bilang sama saya. neneknya agus pande meninggal, gitu"
ap: "iya, ini juga untung banget lagi off motret"
me: "mau langsung diaben ya, mas?"
ap: "iya, ini rencananya memang mau langsung diabenin. jadi masih agak lama disini"
me: "sampe kapan upacaranya, mas agus?"
ap: "ngabennya sekitar 10 hari lagi. sekitar tanggal 5 oktober baru selesai"
me: "wah masih lama yah?"
ap: "iyah...hari ini rencananya juga mau ambil komputer supaya bisa kerja. kalo pas begadang juga nggak ada apa yang dikerjain..."
me: *hmmm*
ap: "aduh, sori banget ya, mbak dian...saya pasti kerjakan. ini juga kemarin waka mau minta saya motret harus saya tolak. secepatnya akan saya kabari"
me: "ok deh. ditunggu ya mas agus... makasih!"

ok. semua deadline yang perlu foto-foto dari agus pande akan mundur paling nggak seminggu lagi. itu juga kalo cepet. gimana nggak, upacara ngaben itu adalah upacara yang paling lavish dalam hidup orang bali. paling besar, paling rumit, paling lama dan paling banyak makan biaya. bandingkan saja. kalo upacara pernikahan sederhana, habisnya sekitar 7 juta, upacara ngaben dalam skala yang sama bisa menghabiskan sekurangnya 13 juta.

agus pande mendapatkan gelar BFA untuk fotografi dari santa barbara. tapi hal itu nggak mengubah kedudukannya dalam kebudayaan dan adat istiadat bali. kebudayaan itu nggak pandang bulu. untuk yang pendidikannya minim atau maju, untuk yang gaya hidupnya tradisional maupun kontemporer, untuk yang miskin ataupun yang kaya. semua aturannya berlaku sama.

aku selalu tertarik dengan segala jenis upacara yang dibuat di bali. apapun jenisnya, seberapapun skalanya. tapi yang paling merepotkan adalah, seringkali musim upacara datangnya bersamaan dengan high season. pekerjaan menumpuk, sementara staf dan kolega menghilang satu demi satu karena upacara. operasional jadi timpang, deadline mundur nggak karuan, dan pekerjaan apapun rasanya jadi nggak selesai-selesai...

yang paling menyebalkan adalah... semua itu nggak bisa dilawan, dan nggak bisa dilarang. kalopun aku melawannya, yang aku lawan adalah sebuah peradaban. itu berarti...sebelum menang, aku udah mati dulu. nggak mungkin melarang orang untuk cuti kalo alasannya adalah upacara. sekacau apapun keadaan kantor.

then I said to myself;
"welcome to bali, dian ina"

Friday, September 16, 2005

sophia latjuba

kegiatan pertama setelah bangun tidur tadi pagi adalah menghidupkan komputer,
lalu main zuma sambil dengerin infotainment.
kata mbaknya yang jadi presenter... sophia latjuba melahirkan anak perempuan dari michael villareal.
nama anak itu manuela azizah. wah...wah...wah...
aku langsung ngeliat TV deh... dan berhenti main zuma sebentar. disitu keliatan sophia yang perutnya lagi gede, gambar yang diambil semasa yang bersangkutan lagi hamil.

tunggu...tunggu...
hamil itu kan 9 bulan... tapi sepanjang yang aku ingat, aku cuma pernah nonton pas sophia lagi rebutan laki sama seorang perempuan bule. dan sekarang udah melahirkan anak?
wah...wah...wah... jadi emang udah lama banget aku nggak nonton TV yah?
kapan hamilnya coba?

Monday, August 01, 2005

tony. juragan bakso

Photobucket - Video and Image Hosting

panggil dia tony, maru atau tonymaru atau yanton. kamarnya terletak di tengah-tengah rumah warkop. persis didepan gang yang mengarah ke kamar mandi. kamarnya adalah tempat rekreasi yang baik... karena ada komputer dengan MP3 favorit keluarga... dan ada zuma! game yang digilai oleh semua anggota keluarga warkop. jadi di kamar tony, siapa aja bisa nongkrong... ditta, wisnu, tony, naomi, aku, onet... yang gak begitu sering kesitu cuma mas beny, karena dia punya singgasana-nya sendiri.

tony itu lulusan arsitek unpar dan dia sekarang menganggur setelah resign dari sebuah biro konsultasi arsitektur...si tony ini selalu nggak rela kalo tempat tidurnya aku smurf. apakah smurf itu? yaitu adalah sebuah gerakan yang aku lakukan setiap kali datang ke warkop. pertama, aku ambil ancang-ancang beberapa langkah dari pintu kamar. lalu aku berlari kencang dan menjatuhkan badanku setelah melambung sekitar 150 cm di udara, supaya jatuh ke kamar tony.

suatu ketika, dia pernah memasang tulisan di pintu kamar
"dilarang mensmurf di kamar ini"
tapi tentu saja, tulisan itu nggak ada pengaruhnya buatku. kegiatan mensmurf tempat tidur tony terus berlangsung dari hari ke hari.

kalo aku main zuma di kamarnya, dia akan ngajakin aku ngobrol, supaya main zumanya jadi kacau... karena katanya "dilihat dari cara mainnya emang nggak ada harapan untuk bikin rekor sih..." dasar nggak sopan!
setiap kali aku datang ke warkop, tony akan menagih bakso. entah itu karena dia pesan dulu atau nggak. tetap aja ngotot untuk minta bakso. saking senengnya sama bakso solo yang di peliatan itu, waktu berhenti kerja, dia bilang kalo dia mau jadi juragan bakso aja...

Friday, July 29, 2005

wisnoe. the beloved samurai

bicara tentang pak ktp berarti harus bicara tentang wisnoe. mas wisnu, begitu kami memanggilnya... dan kadang juga bisa menjadi WM, leo atau el. tergantung siapa yang memanggil. 'affair'ku dengan mas wisnu berawal dari upayanya untuk menyelamatkanku dari pak ktp...

pak ktp adalah panggilan kesayangan dari kami untuk pak ardha. pemilik rumah warkop. pada suatu pagi, jam 7 tepatnya... aku harus pulang buru-buru ke ubud karena mau ngantor. malam sebelumnya aku nginep sama ditta karena kemaleman pulang setelah sesorean kami berbelanja belanji di kuta galeria. waktu aku turun kebawah, aku ketemu dengan si bapak kos... dan dengan manis aku menyapanya "selamat pagi pak!"
alih-alih membalas sapaanku, dia malah bertanya dengan nada galak "abis nginep-nginep disini ya?"
dasar akunya masih tolol karena belum sepenuhnya bangun, ato emang hari itu lagi innocent, aku membalas kegalakannya dengan ucapan lugu "iya..."
wah! reaksi berikutnya betul-betul dahsyat... seketika dia memanggil ali, pembantunya dan bilang "aliii! kalo dia nginep-nginep disini lagi, minta ktpnya!" ihihi... seketika itu juga dia dipanggil pak ktp olehku.

waktu mas wisnu denger tentang insiden ini, dia berjanji untuk memperkenalkanku secara pribadi pada pak ktp. selama ini, nggak ada yang tau kenapa, setiap orang yang 'dibawa' oleh mas wisnu, entah itu sebagai saudara, adik, ato sepupu, atau bahkan keponakan, selalu diterima dan disambut baik oleh pak ktp sekeluarga. giliranku datang pada saat pesta ulangtahun cucu pak ktp, dimana semua anggota warkop diundang. oleh mas wisnu yang hari itu kebagian memotret, aku dikenalkan sebagai temannya. karena dia udah keabisan stok adik dan saudara.

reaksi pak ktp lagi-lagi berlebihan, karena malah langsung mengklaim-ku sebagai 'calonnya wisnu' dan lalu disambung oleh ibu ardha (karena orangnya baik, jadi jangan disebut bu ktp) dengan ucapan..."wah... cocok-cocok..." yah... jadilah aku dan mas wisnu jadi calon untuk masing-masing. calon arang.

mas wisnu bekerja sebagai fotografer profesional walaupun dia lulusan hi unpad. tipikal fotografer, dia sangat perhatian pada hal-hal kecil, pada semua detail. secara pribadi, dia adalah tempat curhat! hehehe...
karena memang karakternya yang (kata onet) seperti kakak buat kami semuanya. orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. yang padanya, kita bisa bicara nyaris apa aja, tanpa khawatir akan nggak dihargai.
dalam beberapa hal, dia pemalu. makanya di friendster pun, sampai saat ini nggak ada satupun fotonya terpasang. waktu masih muda, dia adalah pembalap sepeda. sampai hari ini pun, disaat senggang, mas wisnu masih bersepeda kesana kemari. impiannya sejak lama adalah punya rumah di ubud. I was trying to persuade him to move to ubud, eventhough he hasn't buy any house yet. and I guess he think about it seriously.
kamarnya adalah sumber bantal, selimut dan guling tambahan buat onet, ditta dan aku kalo kami nginep di warkop karena saking sibuknya, dia jarang pulang. baru sekali ini aku ketemu orang punya dua guling dan hanya satu bantal di kamarnya.

salah satu yang paling aku hargai adalah waktu aku sedih dan aku bercerita padanya... dia nggak melarangku untuk sedih. karena katanya kesedihanku itu wajar dan manusiawi. dan itu malah bikin aku nggak tenggelam lama dalam kesedihan. dia melihat sedihku dengan cara yang berbeda. mendengarkanku, lalu mengajakku ke pantai. membiarkan aku yang cerewet diam lama di depan hamparan ombak... sampai ocehanku balik lagi, pertanda aku sudah sembuh.

ini satu-satunya foto mas wisnu yang kupunya. waktu dia sedang ngantri bayar makanan di waroengkoe. jangan salah dengan yang baju ijo. itu mbak kasir!

Image hosted by Photobucket.com

Monday, July 25, 2005

naomi dari tukad musi

sepanjang bulan juli 2004, hidupku penuh petualangan. sebetulnya petualangan itu dimulai sejak akhir bulan juni. saat itu, aku berkenalan dengan beberapa orang yang tinggal bersama di sebuah rumah kos yang terletak di renon, denpasar. mereka menyebut diri sendiri anak TKM, kependekan dari Tukad Musi, nama jalan tempat kos itu berada. tapi sejak sebuah kecelakaan nama bikinan dion -seorang punker-gothic- rumah itu punya julukan baru. warkop. kalo kamu pernah nonton film-film warkop; dono, kasino, indro, pasti kebayang di rumah seperti apa mereka tinggal. ini memang tipikal rumah yang biasa mereka pergunakan untuk syuting film. tiga tokoh itu akan melakukan hal-hal yang bodoh dirumah, sementara para pemain perempuan, biasanya eva arnaz, nurul arifin, sally marcelina atau merriam bellina, akan berlari-lari alias jogging dengan legging ketat di taman bunga cibubur...

di rumah itu, tinggalah ditta. yang lalu mengenalkanku pada naomi. bisa juga dipanggil mimi atau mimi-chan, naomi lahir dari ibu yang orang jepang dan ayah yang orang kalimantan. dia bisa bicara bahasa indonesia dan bahasa jepang sama baiknya. jadi, tergantung dalam bahasa apa, naomi yang suka kucing ini akan menjelma jadi pribadi yang keliatan beda. pekerjaannya berhubungan dengan urusan kerajinan atau handicraft dan sejenisnya. dia akan mencari-cari barang barang yang diperlukan dan mengirimnya kepada pembeli di jepang. dan sekitarnya. tergila-gila sama permainan zuma. well... aku pikir semua anggota rumah warkop suka main game itu. tapi cuma naomi atau naomiawww yang akan ribut berkepanjangan kalau game itu lagi ngambek. atau hang.

naomi juga gampang lapar. dan gampang ngantuk. kalau kita naik mobil sama-sama, dia yang akan paling dulu terkapar, dimanapun dia duduk. sepertinya dia punya bakat untuk langsung terlelap setelah naik diatas kendaraan. entah mengapa. pekerja keras dan penuh perhatian. walopun suka gampang berubah pikiran juga. mungkin karena urusannya banyak... kadang naomi nggak cukup sabar untuk pergi main sama kami. karena kami sering lupa waktuuuu...

ah, ini aku, ditta-berbaju hitam- dan naomi saat kami menghadiri pesta ulang tahun cucu pak ktp yang pertama di kfc sanur. lengkap dengan topi chaki-nya. yayaya, cucu pertama, dan ulang tahun ke-1.
how do we look here? imut 'kan?

Image hosted by Photobucket.com

Wednesday, July 20, 2005

in memoriam

Image hosted by Photobucket.com

May you rest in peace, dear friend...
God shows us how He really love you
Lend your strength to us, to continue your journey
Your unfinished future and your legacy in love

Fajar
Passed away on 20 July 2005
03.30 AM
After a terrible motorbike accident on Saturday, few days before

Thursday, July 07, 2005

tiga hari dalam sepatu

ini adalah cuplikan 'surat kepada emili sabadell' yang ditulis hanafi untuk pamerannya di bentara budaya, jakarta.

...
Emili, setiap kejelasan akan membuka kejelasan yang lain, satu gagasan akan melahirkan gagasan berikutnya, dan kita tinggal di dalam aturan yang sudah ditentukan diawal permukaan, yang lebih penting dari lainnya adalah cara melihat bukan cara melakukan. Cara melihat akan menentukan perilaku hidup, hidup itu sendiri "perlakuan sudut pandang" yang membentuk "kepribadian" dan pertautan antar pribadi disebut "kebudayaan". Lalu, kebudayaan merias wajah suatu bangsa

Sepatu, ialah wajah kita, sudah berulang kali kau tanyakan kepadaku: Kenapa aku suka sepatu, setiap kita jalan di "Courte Ingles" aku selalu berdiri lama diantara rak sepatu, mengamati sepatu ialah mengamati kepribadian, rupa-rupa wajah sebuah bangsa, melihat sepatu aku terbayang wajah pemiliknya, setiap melihat sepatu aku melihat jalan panjang, seperti mobil dan jarak tempuh, melihat sepatu juga melihat awal sebuah negara dimulai.

Tetapi di negeriku, orang-orang tak punya sepatu, Bapakku hanya punya satu sepatu, itupun lantaran harus memakai sepatu bila mengambil uang pensiunan bekas tentara Veteran, di ujung jalan arah kota, dan orang Toronto tak sedih sedikitpun: di Indonesia tak mengapa tak punya sepatu, sebab disini tak ada musim salju.

...
Musim panas ini Hanafi, daun-daun jati mulai membuat layang-layang dari daun kering, begitu bunyi sms pertama hari ini, datang dari arah timur, teman lama, Afrizal Malna. Tetapi bulan Mei ini masih mengirim air hujan di malam hari, mengetuk kaca jendela rumahku dan membuat punggung kolam seperti cahaya beribu kunang-kunang dan Afrizal: di Jakarta ada orang yang masuk dalam sepatuku, ia ingin tidur disana meminjam mimpi-mimpiku. Lalu setiap aku ingin memasukkan kakiku ia berontak, ia akan tinggal disana untuk waktu yang tidak ditentukan.

"Aku bisa tinggal dimanapun aku harus tinggal, tidurlah dalam sepatuku, raih mimpi tentang keabadian, tentang syurga yang terbuat dari kulit jeruk, pulut kulitnya jadikan sutera atau kelambu yang menjaga tidurmu, tidurlah sayang..."

...
Emili Sabadell, apabila suatu hari nanti ada orang yang masuk dalam sepatumu, biarkan saja, sebab orang itu ingin kegelapan diluar matanya sendiri, setiap sepatu tak memiliki ventilasi yang cukup, pengap disana, seperti kota yang dibangun tanpa rencana, tiba-tiba dan tergesa, sebuah kota tak pernah menyediakan waktu untuk duduk sejenak: memandang hijau daun-daun Mapel digoyangkan angin, memanggil malam menjadi purnama.

...
Hari ini aku mendapat cukup banyak surat aku tak perlu membuka semuanya di hari yang menyimpan detik-detik akhir musim hujan, tetapi tiba-tiba aku tertarik oleh satu surat yang berbadan tebal. Surat tebal itu berisi sebuah kisah sedih: Bila sampai waktu yang ditentukan aku tak mendapatkan sepatu, aku tak akan diperkenankan mengikuti Ujian Akhir Nasional, dengan begitu pupuslah hari depanku... surat itu datang dari Sumatera Selatan dan ia membayar tiga ribu rupiah untuk sampai di rumahku. Kenapa kita tidak belajar dibawah pohon-pohon besar saja, setiap musim panas tiba kita bisa membuat layang-layang dari daun kering. Bukankah anak-anak suka menerbangkan kapas dibawah pohon-pohon randu tanpa sepatu.

...
Tapi kenapa Emili, kini ada orang tidur dalam sepatuku, setiap aku hendak memasukkan kakiku, ia memberontak ingin menikamku..., kenapa ia demikian hasrat: menelikungku...


kukatakan pada hanafi, aku membaca sindir dan suratan hatinya dengan senang hati, karena ia tak berusaha menegak-negakkan kebenaran dan tak pula menghujat dengan kasar, maka dengan demikian, uangkapnya jadi mengena...

Saturday, July 02, 2005

regret

kalau saja aku tau, debutku jadi model akan dimuat full page di sebuah majalah travel dari perancis... aku pasti atur supaya fotonya pake setting facial, bukan foot wash.
ah...penyesalan memang selalu datang belakangan

Image hosted by Photobucket.com

Wednesday, June 29, 2005

english course for policeman

Dear Mr. Policeman...

I got an email from a friend today, asking me to support the campaign for 'hari anti madat sedunia'
He was also sending an image in the attachment.
As I'm seeing this image, I strongly suggest you to take an English course immediately. For your own good, your own sake... please.

Best regards,

Dian Ina

Image hosted by Photobucket.com

Monday, June 27, 2005

under construction

galeriku...maksudku, galeri tempatku bekerja, mulai hari ini resmi direnovasi.
setelah tertunda selama lebih kurang sembilan bulan, akhirnya kerja untuk merombak bagian depan galeri dimulai.
akan jadi apa nanti? aku nggak bisa kasih tau sekarang.
lebih baik kalo langsung datang aja dan lihat, apa yang akan kami buat,
setelah rumah kecil serupa dangau di bagian depan dibongkar...
pohon di sebelah pagar parkiran dibongkar
dan parkirannya pun dibongkar...

selamat menebak-nebak!

Saturday, June 25, 2005

a twilight in petulu

burt, begitu dia menyebut namanya. aku sendiri nggak yakin apakah begini cara menulis namanya. sejujurnya, yang melayang diudara waktu dia menyebut namanya adalah bert, yang mengingatkanku pada nama tokoh di sesame street.

bert yang jangkung dan suaranya bernada rendah dan suara tawanya seperti robbie williams di lagu me and my shadow, kelihatan atletis di antara akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan. memakai celana pendek dan t-shirt hitam yang disablon gambar tokek dan tulisan I Love Ubud Bali. gerak geriknya seperti penjelajah, pecinta alam yang menyukai kegiatan-kegiatan di udara terbuka. menyandang back pack di punggungnya. setiap hal yang dilakukannya seolah pasti dan teratur. tenang, kalem tapi awas, seperti pengamat di sebuah pertandingan tenis. sepertinya, pergi ke petulu untuk melihat burung-burung kokokan pulang ke sarangnya adalah hal yang setiap hari dilakukannya.

waktu kami berjalan kaki menyusuri jalur pohon-pohon di tengah desa petulu, barulah aku lihat geraknya yang lebih ekspresif. dia minta aku menceritakan bagaimana aku bisa bekerja di komaneka. menyimak ceritaku sambil membidikkan kameranya kearah burung-burung kokokan yang mulai hinggap di sejumlah pohon dan kadang-kadang bergerombol mengitari udara diatas kepala kami dalam manuver yang cantik. pesolek dan tukang pamer... gerutuku pada burung-burung yang seluruh tubuhnya putih kecuali paruh, dan cakar-cakarnya itu...

aku suka caranya membahasakan maksudnya... berbeda dengan yang kusangka, ternyata dia bekerja untuk sebuah bank dengan aset senilai 120 milyar di bagian IT di philadelphia. setelah bertanya apakah aku bisa bicara bahasa jepang, dia bercerita tentang buku berjudul shogun and taipan, yang membuat orang bisa bicara bahasa jepang, tanpa memahami maksudnya.
waktu dia bicara tentang kisah yang dibuat oleh la fountaine, tentang burung bangau yang terlalu serakah dan menunggu ikan yang lebih besar datang sampai akhirnya menjelang sore, dia makan ikan yang sangat kecil, lebih kecil dari ikan yang ditemukannya di pagi hari... aku jadi berdiri sangat dekat dengannya dan bisa mengendus aroma sandalwood. mungkin parfum, mungkin juga aftershave...

nyaris dua jam aku menemaninya ke desa petulu sepanjang tur menjelang senja itu. cukup lama untuk tau kalo sebelum ke komaneka, dia pergi ke pulau komodo dengan kapal dan ber-scubadiving-ria, bahwa dia nggak suka nasi campur, sempat ketipu sama cabe hijau yang dikiranya peas, menghabiskan masa kecil dan sebagian masa sekolah di perancis, mau balik ke pulau komodo untuk membersihkan sampah-sampah yang dibuang sembarangan sama kapal pesiar ke pantai dan harus melompati turunan yang sempit dan curam karena menuruti saran seorang wayan waktu menjelajah di jalur trekking di sekitar ibah...

untunglah aku nggak langsung nolak waktu ayu bilang dia sendirian dan sebaiknya ditemani ke petulu walaupun udah ada driver. aku ingat usaha ayu untuk meyakinkanku kalo bert cakep. well, he's mature and not bad, ayu... not bad at all...

Wednesday, June 22, 2005

di rumah warkop

mulai minggu ini aku dapat hari libur baru. hari selasa, kedengarannya nggak keren sama sekali yah? tapi begitulah...
ketika disepakati bahwa para manager tempat-tempat umum (restoran, spa dan galeri) sebaiknya nggak libur di akhir minggu, liburku yang semula hari sabtu bergeser menjadi hari selasa. anyway, selasa adalah hari favoritku. jadi nggak ada masalah.

hari selasa ini, aku dan onet bikin rencana jalan-jalan ke denpasar. niatnya, mau ke natasha, dan juga ketemuan sama ditta di renon. kami berangkat dari ubud jam satu siang. rencana semula, akan ke rumah ditta dulu, baru ke natasha, karena nggak tau natasha yang di jalan melati itu secara aktual posisinya dimana. tapi di tengah jalan... ternyata kami lewat di jalan-jalan dengan nama bunga. jadi kami putuskan untuk bertanya pada orang disekitar situ, dimana jalan melati, dan kami menemukannya. dan menemukan natasha.

lalu karena katanya bisa perawatan... ah! aku lupa bilang, natasha itu nama klinik kecantikan dan disana kami menghabiskan beberapa jam untuk diperiksa dokter, berkonsultasi dan dipeeling dan di facial. onet yang mula-mula nggak mau perawatan jadi mau perawatan juga. hehehe....
yang kacau, disana ada mas-mas... yang aku pikir lagi nganterin ibu ato adik ato pacarnya ke natasha. dan ah, ternyata... dia yang dipanggil masuk ke dalam ruang periksa oleh dokter. wah... wah, masnya ternyata perawatan juga... walopun aku sebenernya mikir-mikir, bagian mananya dia yang mau dirawat. kalo misalnya mau wajahnya kelihatan lebih putih. adow! karena dia bener-bener legam, rasanya nggak cocok kalo wajahnya aja yang kinclong kayak ada lampu neonnya sementara seluruh tubuhnya tetap gelap. aku jadi super ramah ama dia karena tiap kali aku ketemu pandang sama dia, aku nggak kuasa menahan senyum. hihihihi...

setelah beres dari natasha, dengan wajah yang merah dan mengkilap dan bengep, kami ke rumahnya ditta... hihihi... sejujurnya lebih banyak bercucuran airmata karena facial daripada karena patah hati.... dirumah kosnya ditta, aku dikenal-kenalin sama orang-orang yang ada disana. ada mas wisnoe yang pacarnya orang perancis aseli dan tata lakunya masih perancis abisss... toni yang arsitek dan ternyata orang bandung, frank yang berdarah cina-belanda dan lama tinggal di amerika tapi kemudian dideportasi ke indonesia karena visa-nya udah kadaluwarsa...
sibuk ngobrol-ngobrol banget... dan banyak juga gosip yang disebar-sebarkan. terutama kalo yang hubungannya ama orang-orang gila di jogja. wakakaka...

ditta bilang sama aku kalo waktu dion pergi ke rumah itu, dia bilang rumah itu seperti rumah warkop, dan lalu dia nanyain dimana eva arnaz dan kapan dia keluar. hihihi... sebetulnya sebagai rumah kos rumah itu lumayan seru, kok. terutama karena orang-orangnya kayaknya lucu-lucu...

hmmm...
kami lalu makan di nasi goreng kambing!!! dan makan es kopyor yang luar biasa manis. heran... seneng banget bisa makan nasi goreng kambing yang rasanya kayak nasi goreng kambing di depan gereja kotabaru di jogja. menurutku, itulah rasa nasi goreng kambing yang bener. nasi goreng kambing rasa bener!!!
bener-bener hari libur. a girls day out yang absolutely fun!!!

Sunday, June 19, 2005

in the search of an impotent man

begitulah judul bukunya.
waktu kutemukan terselip di rak buku, aku langsung ketawa-ketawa membayangkannya... buku ini kayaknya seru. jadi aku putuskan untuk membacanya. lalu bercerita disini...

carmen legg, tigapuluh lima tahun, punya perusahaan asuransi-nya sendiri, naik bmw dan punya apartemen cantik di tengah kota yang penuh berisi bangunan tua. sebuah kota di jerman, yang tak bernama. langsing dan semampai, dengan kaki panjang dan rambut berwarna cokelat kemerahan yang tergerai di punggung dan mata berwarna hazel, bibir dan payudara dan lekuk tubuh yang penuh. terlalu cantik dan terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja.

menyadari bahwa nyaris sepanjang hidupnya carmen menghabiskan waktu untuk berusaha keras mengenyahkan laki-laki yang terus menerus merongrong hidupnya dengan alasan yang sama; seks- ia lalu memutuskan untuk memasang iklan di koran untuk mencari laki-laki yang impoten. clear-headed-man. begitu tulisnya dalam iklan koran itu.

pacar yang terakhir didepaknya; peter, datang hanya karena seks. lain tidak. mengendap-endap di larut malam, dan bergegas pergi di pagi hari, peter diusir pergi dari hidup carmen ketika suatu malam, setelah hari yang melelahkan, carmen yang sedang letih luarbiasa dan sama sekali nggak mood,menemukan peter di tempat tidurnya, dibawah selimut, tanpa suatu apapun dikenakannya. waktu carmen menolak ajakannya, peter terus mendesak sambil bertanya; apa yang salah? sampai carmen kehabisan kesabaran, dan demikianlah pencarian laki-laki impoten dimulai.

ada stefan yang kaya raya dan memiliki kastil warisan dari dinasti pengusaha berlian yang menambang di pedalaman afrika selatan, sebagian wilaya pendudukan jerman dimasa lalu. ada frederic yang muda dan penuh semangat, yang selalu mengenakan jeans belel, t-shirt dan jaket kulit. ada laki-laki yang jadi impoten karena pekerjaannya yang berat dan ngajakin carmen pergi ke new york. dan ada david yang datang dengan membawa anjing superbesar waktu menemui carmen pertama kalinya. ada tokoh lain yang bernama tapi nggak berwajah seperti ayah dan ibu carmen. juga tiga orang perampok di toko perhiasan keluarga von kaltenstein serta tujuh orang sandera dan dua orang polisi reaksi cepat jerman. lalu ada juga elvira, lajang berusia delapan puluh tahun yang tinggal satu lantai dibawah apartemen carmen. laura, sahabat baiknya dan berta, asistennya di kantor. ada seorang penyihir dan seorang ahli syaraf pada siapa carmen berkonsultasi, setelah dalam waktu singkat carmen menyadari kalau dia jatuh cinta pada david franck dan pada saat yang sama menginginkan agar david nggak impoten lagi.

dan ternyata david memang nggak impoten. dia hanya berpura-pura, supaya bisa berdekatan dengan carmen setelah dia melihat carmen bertemu dengan stefan di cafe kohler dan mendengar apa yang mereka bicarakan, dan melihat iklan di koran yang waktu itu dibawa dan dilingkari dengan pena merah.

ah!

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...