aku sedang dalam perjalanan dari ubud ke denpasar bersama bonnie vietcong waktu tiba-tiba ada yang bergetar-getar...
"gunjreeeenggg!!!"
hapeku berdering dan nama bosku tercetak di layar. tepatnya, nama yang aku pergunakan di phone-book-ku untuknya. aku mengangkat telepon dengan sapaanku yang biasa...
I: selamat malam, pak koman
K:malam, dian
I: saya, pak koman
K:kamu tau tadi malam saya makan dengan siapa?
I: nggak tau, siapa ya?
K:tadi malam saya sama george soros
I: (terpekik kaget) hah?
I: yang bener, pak koman?!
K:iya, dia ada disini. nginep di komaneka, kamu tau?
I: oya? sejak kapan?
K:(tertawa kecil) nggak...nggak, saya bercanda
K:tapi dia memang ada di ubud. nginepnya di ********. saya ketemu dia disana
K:dia sama, siapa itu, yang dapat nobel ekonomi dan pernah ke tanggayuda?
I: ya, pak koman, saya inget orangnya, tapi nggak inget namanya
K:dia pergi kesini waktu ada isu kalo ubud mau di-bom pas natal-tahun baru
K:tapi pasti ada sesuatu, orang sepintar dia, tiba-tiba ada disini, justru waktu ada isu
I: pastinya! orang yang bisa ngacak-acak ekonomi asia tenggara
I: kalo nggak ada perlunya nggak bakalan kesini
K:saya rasa juga gitu, karena dia bilang sama saya
K:dia datang dan ketemu orang banyak disini
I: wah! tapi keren pak koman bisa ketemu dan ngobrol sama dia
K:iyah, di new york pasti orang ngantri buat ketemu george soros
K:dia malah disini, santai-santai, naik kijang
I: hihihihihihi
I: emang bener, di bali bisa ketemu siapa aja. nggak terduga.
K:memang, karena disini itu seperti pintu.
K:kalo kamu cukup pintar memanfaatkan,kamu bisa kemana aja setelah dari sini.
K:ya udah dian, gitu aja yang mau saya bilang.
K:saya sebel karena udah cerita sama beberapa orang dan mereka gak ngerti
K: saya bilang george soros mereka jawab "siapa itu?"
I: ahahaha! kasiyan deh, pak koman
K:iya nih, tadinya mau show off malah harus ngejelasin. gak seru lagi
I: hehehe...
tak lama kemudian pembicaraan diakhiri. aku mematikan hape sambil tersenyum. setelah setahun, perasaanku terhadap komaneka masih sama seperti di hari pertama aku mulai bekerja. aku merasa tempat ini semakin menjelma menjadi rumahku. dan percakapan semacam ini dengan pak koman masih akan terus terjadi.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment