hari ini mencoba menelepon agus pande lagi, setelah seminggu sebelumnya kirim sms, dan jawabannya adalah "sekarang sedang saya kerjakan. nanti kalau udah selesai akan saya kabari"
me: "hi mas agus! ini dian ina, komaneka"
ap: "hi mbak dian! gimana kabarnya?"
me: "saya baik... lagi sibuk ya? aku ganggu nih... lagi ada dimana?"
ap: "saya lagi di gianyar...iya nih... aduh sori yah... masih belum sempat dikerjain"
me: *terbelalak. whattt?*
ap: "nenek saya meninggal. jadinya harus ada disini terus buat persiapan upacara."
me: "oh... iya sih, kemarin pak koman juga bilang sama saya. neneknya agus pande meninggal, gitu"
ap: "iya, ini juga untung banget lagi off motret"
me: "mau langsung diaben ya, mas?"
ap: "iya, ini rencananya memang mau langsung diabenin. jadi masih agak lama disini"
me: "sampe kapan upacaranya, mas agus?"
ap: "ngabennya sekitar 10 hari lagi. sekitar tanggal 5 oktober baru selesai"
me: "wah masih lama yah?"
ap: "iyah...hari ini rencananya juga mau ambil komputer supaya bisa kerja. kalo pas begadang juga nggak ada apa yang dikerjain..."
me: *hmmm*
ap: "aduh, sori banget ya, mbak dian...saya pasti kerjakan. ini juga kemarin waka mau minta saya motret harus saya tolak. secepatnya akan saya kabari"
me: "ok deh. ditunggu ya mas agus... makasih!"
ok. semua deadline yang perlu foto-foto dari agus pande akan mundur paling nggak seminggu lagi. itu juga kalo cepet. gimana nggak, upacara ngaben itu adalah upacara yang paling lavish dalam hidup orang bali. paling besar, paling rumit, paling lama dan paling banyak makan biaya. bandingkan saja. kalo upacara pernikahan sederhana, habisnya sekitar 7 juta, upacara ngaben dalam skala yang sama bisa menghabiskan sekurangnya 13 juta.
agus pande mendapatkan gelar BFA untuk fotografi dari santa barbara. tapi hal itu nggak mengubah kedudukannya dalam kebudayaan dan adat istiadat bali. kebudayaan itu nggak pandang bulu. untuk yang pendidikannya minim atau maju, untuk yang gaya hidupnya tradisional maupun kontemporer, untuk yang miskin ataupun yang kaya. semua aturannya berlaku sama.
aku selalu tertarik dengan segala jenis upacara yang dibuat di bali. apapun jenisnya, seberapapun skalanya. tapi yang paling merepotkan adalah, seringkali musim upacara datangnya bersamaan dengan high season. pekerjaan menumpuk, sementara staf dan kolega menghilang satu demi satu karena upacara. operasional jadi timpang, deadline mundur nggak karuan, dan pekerjaan apapun rasanya jadi nggak selesai-selesai...
yang paling menyebalkan adalah... semua itu nggak bisa dilawan, dan nggak bisa dilarang. kalopun aku melawannya, yang aku lawan adalah sebuah peradaban. itu berarti...sebelum menang, aku udah mati dulu. nggak mungkin melarang orang untuk cuti kalo alasannya adalah upacara. sekacau apapun keadaan kantor.
then I said to myself;
"welcome to bali, dian ina"
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment