sejak 1998 aku udah keluar dari rumah. praktis sesudah itu, keluargaku adalah 'keluarga teman-teman' yang menjaga dan menemaniku seperti saudara. atau bahkan lebih. kalau kuingat-ingat lagi, semakin banyak saja kejadian, baik itu sedih maupun senang yang hanya kubagi dengan teman-teman, bukan dengan keluargaku di rumah.
seperti kejadian di sabtu sore itu.
setelah kumatikan telepon, aku merasa sekujur tubuhku beku. lalu rasa sakit itu mulai merambat... pedih dan menusuk. nggak bisa dikeluarkan. namun, suka atau nggak suka, bisa atau nggak bisa, aku harus tetap memasang ekspresi kerja. ini masih di kantor. dan aku nggak boleh kehilangan kendali...
seluruh perasaan baru tumpah ruah waktu aku bicara pada WM dan pada casper malam itu. mereka berdua mendengarkanku dengan sabar dan mendukungku supaya tegar. aku, sepenuhnya tau apa yang akan mereka katakan, atau sikap apa yang sebaiknya diambil. yang nggak bisa aku berikan pada diriku sendiri adalah kalimat "semua akan baik-baik saja". dan mereka berdua yang mengucapkannya. ketika mereka menyatakan kalimat itu untukku, aku percaya. aku percaya sepenuhnya.
saat makan malam itu, dikelilingi lisa, mimi dan WM, aku merasa seperti sedang makan malam bersama keluarga. yang punya kepekaan tertentu untuk memastikan bahwa mereka ada bersamaku disaat-saat yang buruk.
dan seperti kata ido waktu kami (ditambah mas beny dan tony) pergi makan soto menjelang tengah malam itu... seburuk apapun masalah yang kita alami, betapapun parahnya keadaan, hancurnya hati, hidup harus tetap berjalan. harus punya nyali untuk berjalan dengan kepala tegak dan menyingkirkan kesedihan. duh, jarang-jarang lho, diobrolin serius sama ido karena biasanya ledek-ledekan rusuh melulu...
esoknya, aku ngejunk di id-gmail dengan perasaan yang lebih baik, walopun threadnya berjudul 'crushed... into thousand pieces...' yang nggak aku sangka adalah reaksi dari para gajah di kampung. reaksi pertama tentu saja berhubungan dengan casper. wah, casp... sori yah, aku nggak nyangka kalo mereka akan langsung menuduh kamu sementara kamu justru baik banget sama aku waktu itu.
reaksi berikutnya, datang dari salah satu gajah yang tinggal di surabaya, doni kristian dachi. dia yang mula-mula menanggapi threadku dengan 'hi hi hi hi' belakangan malah membuat post khusus di blognya, yang berisi sebelas lagu yang disebutnya kompilasi bunuh diri. setelah membaca thread dan blognya, aku meneteskan air mata sekali lagi.
sampai saat ini pun, waktu aku menulis post ini pun, aku sedang mendengarkan lagu-lagu yang dikumpulkan abang doni. dan merasakan lagi keramahan, kehangatan yang selalu bisa aku dapatkan dari 'keluarga teman-teman'
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment