tahun ini, rupanya demo besar-besaran ini mencapai babak baru, bukan hanya dari segi jumlah, melainkan juga dari sisi penyelenggaraan. sejak pagi dilaporkan di berbagai media online, radio serta televisi, lalu diperkuat tweet dan email dari teman-teman di timeline serta mailing list, puluhan bahkan ratusan (ada kabar bahwa disediakan parkir yang mampu menampung hingga 2500 bis di Parkir Timur Senayan) bis pariwisata memasuki Jakarta dari berbagai penjuru. tiap bus penuh sesak oleh para buruh yang akan berdemo. oya, mereka pun memakai seragam beraneka warna. kabarnya, demonstrasi akbar tahun ini juga dimeriahkan oleh hiburan di Gelora Bung Karno. yang diundang Slank! serta ada pula acara dangdutan di Tugu Proklamasi.
tapi ada juga yang bilang, buat masuk ke acara Slank di GBK, para buruh harus membayar Rp 30.000,-. entah benar atau tidak.
akibatnya sudah dapat diduga, sejak pagi ribuan orang mengeluhkan kemacetan yang luar biasa melalui berbagai jejaring sosial. lebih parah lagi, penyediaan transportasi yang oke itu tidak disertai pemikiran taktis soal parkirnya. bis-bis itu diparkir di jalur busway di sekitar Sudirman. jadi bisa dibayangkan betapa kacaunya. beberapa trayek Transjakarta akhirnya dibatalkan pada hari itu. dan inilah yang bikin aku gerah. karena mereka yang naik busway (dan atau harus naik kendaraan umum lainnya) juga sama-sama buruh. bener beda seragam dan beda tempat kerja, tapi tetap buruh-buruh juga. jadi kenapa untuk menuntut hak dan kesejahteraan para buruh, demonstrasi yang dilakukan harus mengganggu hak buruh lainnya?
kalo ngomongin buruh dan demonstrasinya, aku jadi ingat beberapa hal yang patut diceritakan. masih tentang buruh juga, tapi dari sudut pandang yang kira-kira letaknya sebelah kiri agak turun dikit 15-an derajat. sebagian cerita itu, aku tulis ulang di sini.
temen
yang kerja di perusahaan konveksi yang lumayan gede di Bandung cerita; kalo abis hari gajian, di depan pabrik mendadak jadi pasar kaget. dan para
buruh pulang dijemput oleh keluarganya. semua ingin langsung berbelanja di pasar kaget itu. lalu nanti sampai di rumah udah dengan
semua belanjaan dari pasar kaget, dan dalam 10 harian, upah
yang mereka terima amblas dengan sukses.
ada
juga yang perusahaannya ngasih upah nggak sampai setaraf UMR, kurangnya kira-kira 15% dari standar yang ditetapkan pemerintah itu. tetapi pada setiap shift kerja, semua karyawan mendapatkan satu kali makan, buffet style,
jadi boleh ambil sepuasnya, sekalian dengan makanan kecil sebagai penutup yang menunya berbeda tiap hari, mulai dari buah segar, es doger, sampai es kacang ijo. selain itu, juga ada fasilitas asuransi kesehatan yang full
coverage di rumah sakit terdekat, sesuatu yang bahkan sulit didapatkan para karyawan dengan penghasilan lebih besar. mulai dari rawat jalan sampe rawat
inap dan melahirkan sampai anak ketiga, semua ditanggung oleh asuransi kesehatan itu.
satu
lagi cerita yang aku tau, dari sebuah pabrik yang memiliki 500-an buruh. GM pabrik
itu melihat bahwa hampir setiap buruh cuma punya satu tujuan tiap tahun,
mudik lebaran. jadi, sebelum lebaran mereka nabung-nabung
sendiri sedikit demi sedikit, lalu nanti pas lebaran, hasil menabung yang tak seberapa dan THR akan dibawa pulang
mudik, foya-foya, lalu balik lagi ke pabrik dalam keadaan tak punya uang
sama sekali, atau bahkan minus alias ngutang. jadi tahun berikutnya, GM tersebut 'memaksa' buruh untuk menabung lewat koperasi pabrik. jumlah gaji
yang diterima berkurang karena potongan iuran bulanan koperasi. pembagian hasil usaha koperasi dilakukan menjelang lebaran.
lain lagi yang terjadi di
sebuah perusahaan di jogja yang punya restoran, travel, dan penginapan,
pemiliknya cerita ke aku kalo dia sering prihatin dengan gaya hidup
karyawannya. upah udah jelas nggak seberapa, tapi prioritas pertama
mereka adalah hp! dan motor. untuk motor, karena menabung hanya untuk membayar uang muka, waktu harus bayar cicilan jadi pada keteteran. lalu disita-lah motor itu. yang nggak bikin mereka kapok. karena akan terulang kembali beberapa bulan berikutnya.
masih menurut si bos, para karyawannya ini bahkan lebih sering ganti hp daripada si
pemilik perusahaan itu. lebih canggih-canggih pula hpnya.
hal yang mirip juga aku temukan waktu masih di Bali. suka bingung sama mereka yang aku tau penghasilannya
lebih rendah daripada aku, tapi kalo beli kebaya hampir selalu
brokat Prancis dan kain batiknya tulis, bahkan tulis-sutra! padahal
brokat prancis itu per potong bahan kebaya paling murah sekitar Rp 750,000. dan
hampir tiap hari raya (yang ada banyak dan bermacam-macam), mereka akan membeli set kebaya-kain baru. aku sendiri baru punya brokat Prancis dari seserahan! hihihi.
selain itu hp-nya juga
canggih-canggih dan kalo ada hp jenis baru yang jadi trend, mereka akan langsung ganti. justru mereka terheran-heran karena selama bertahun-tahun aku tetap pake Siemens E-398, sampai ia menua dan benjut-benjut. lalu bagaimana mereka melakukannya? intinya sih berani berhutang (hingga puluhan juta) dan membeli segala hal secara kredit.
menurutku, sih... dari cerita-cerita tadi, kesejahteraan itu bukan hanya soal membesarkan jumlah upah para buruh. tetapi juga
memberdayakan mereka. mendidik, mengajarkan disiplin dan konsistensi, memperbaiki pola pikir, membudayakan
pengelolaan uang dengan cara baik, hidup bersih dan lebih sehat supaya tak gampang sakit... dan itu semua aku yakin nggak bisa dicapai
hanya melalui demonstrasi.