siapa sih yang nggak tersentuh, kalo melihat wajah-wajah yang pada mulanya ceria
setelah menunggu selama hampir tiga jam berubah menjadi lesu karena kantuk dan jemu
dan yang mereka tunggu adalah aku.
benar-benar mengharukan. Neng Qudsi, Jeng Henny, mBu dan Deden menungguku di Mc Donalds Pondok Indah malam itu. berharap bisa bertemu walaupun hanya sebentar (dan emang sebentar banget) dimalam ketika aku singgah ke Jakarta sebelum meneruskan perjalanan ke Palembang.
mereka tau nggak ya, kalo aku nggak makan fastfood?
di bandara, aku disambut oleh wajah Jeng Ningsih yang ceria, secerah warna kausnya malam itu. pelukannya hangat dan penuh rindu. begitupun tatapan Bunjems waktu menyongsongku di gerbang kedatangan. sama sekali tak terlihat lelah ataupun bosan. padahal yang dijemput itu aku. aduh, aku jadi berkaca-kaca lagi...
nggak ada kalimat yang tepat, atau kata-kata yang cukup untuk mewakili perasaanku yang campur aduk malam itu. aku hanya bisa memeluk mereka. nggak bisa ngomong apa-apa lagi. antara senang dan terharu, sekaligus sedih, karena ketemunya betul-betul nggak lama. sopir kantornya Henny (makasih ya, Pak!) harus segera pulang karena jam 4 pagi berikutnya harus bertugas lagi. padahal waktu itu sudah sekitar jam 23. si Neng juga nggak bisa lama karena besoknya harus ngantor (pada hari yang ke-4).
maka rombongan kecil kami, Odyssey yang berisi Bunjems, Pito (ini nama yang bikin Jeng Ningsih sering dikira laki-laki. padahal dia wanita Jawa yang anggun dalam balutan rok batik dan kebaya) dan pak sopir; diiringi mBu dan Deden di mobil satunya lagi (yeah, kami tidak mau mengganggu kemesraan kalian) bertolak menuju Bintaro. disana, Bunjems akan menciptakan keajaiban di dapur mungilnya.
sehingga kami bisa menikmati Steak Ayam paling enak yang pernah kumakan seumur hidupku. bukan hanya karena ayam dan bumbunya, tapi juga karena kasih sayang yang dicurahkan Bunjems lewat masakannya.
*peluk Bunjems erat-erat*
kami ngobrol sampai menjelang Subuh. sampai terlalu lelah untuk tertawa, walaupun agak nggak rela menyia-nyiakan waktu bertemu untuk tidur, meskipun hanya satu atau dua jam saja.
Henny.
neng Qudsi.
Bunjems.
Pitoresmi Pujiningsih.
Deden.
Iman.
terima kasih banyak. aku bahagia pernah kenal dan sempat bertemu dengan kalian. somehow, you make my life more beautiful.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
9 comments:
Eh, iman? Siapa tuh?
salah Ina, bukan Iman itu tapi mBunTEL
kapan menginap lagi jeng ?
*peluk erat erat*
kok kamu kurusan sih Dhe?
@ si ono: aku? kurusan? masa sih? dua bulan ini mulai punya perut loh! eh tapi, skarang sih udah rata lagi:p
oya, kmarin nggak ngabarin rumah BSD pas ke jkt karena kamu nggak ada:D
Jeng, ntar mampir di BSD ya.
dem! I HATE CANDID! *memandangi gigi gede yang nongol tanpa ampun*
hihihihi
muka keliatan dah ngantuk banget tuh
Mbak,ada resep steak ayamnya kagak?
Mau donk.Buat perayaan klulusan
seorang teman di rumahnya.
Menggiurkan tuh cerita dan fotonya.
Sukses mbak Ina.
zz
PS:Fragmen Milan Kunderanya bikin aku tambah 'horny' ( pengen dipeluk maksudnya kagak yg lainnya ;P)...kalau saja ada cowok sebaik itu ..
PS2:Ayo bikin blog ttg Ali Hewson.Penasaran skripsi ttg U2 kayak apa sih en apa hubungannya sama Ali Hewson?Terbitin atau apaan gitu dunkks.
Post a Comment