kalau lain kali bermaksud memberi nama anak laki-laki, pertimbangkanlah nama Fathur dan Eka. suatu hari nanti mungkin mereka akan tumbuh menjadi remaja tanggung berusia belasan yang dengan yakin memakai kaus Ramones berwarna hitam, bercelana selutut dengan warna yang sama dan memotong rambut seperti Davey Havok. mereka akan merokok sambil nongkrong di sebuah tempat pencucian mobil di pinggir jalan, merundingkan balasan yang tepat untuk sebuah sms, sambil tertawa-tawa.
lalu suatu kali, mereka akan bertemu dua orang gadis yang sedang bermotor berkejaran dengan jalanan pada suatu tengah malam saat langit bertaburan bintang. dua gadis malang yang menemukan ban belakang motor mereka kempes, di by pass Sanur yang tak pernah mati, dalam perjalanan mereka menuju Ubud dari Bandara Ngurah Rai.
jika mereka bernama Fathur dan Eka, mereka akan membantu gadis-gadis itu. menyeberangkan motor yang kempes melintasi jalanan. membangunkan dua orang yang tidur lelap di dua tempat tambal ban yang berbeda, meskipun keduanya menolak membantu dengan alasan 'yang mengerjakan tidak ada' dan 'saya nggak bisa mengerjakan itu'. tanpa menyerah, mereka mendorong motor itu lagi, lalu menemukan satu rumah tukang tambal ban yang lain, yang keluar dengan jeans dan bertelanjang dada, dan setelah ragu selama setengah menit setuju untuk membantu.
"tolong bantu, pak" begitu kata mereka setiap kali.
jika mereka bernama Fathur dan Eka, dan jika mereka bergaya penampilan punk, mereka akan rela membangunkan lagi tukang bengkel yang letaknya dua ratus meter dari tempat itu, untuk membeli ban dalam, dan tidak mudah menyerah pada tulisan 'kalau sudah malam tolong jangan ganggu' yang terpasang di pintu. karena mereka tahu, meskipun saat itu sudah lewat jam 12 malam, gadis-gadis ini harus segera pulang.
dan karena jiwa kepahlawanan dalam diri, mereka menolak diberi uang lalu memilih berlalu setelah setuju berjabat tangan dan berkenalan dengan gadis yang berjaket ungu, yang dalam hati berjanji akan menyebarluaskan cerita kepahlawanan mereka.
because they're my punk heroes.
dan aku harap siapapun yang menunggu balasan sms dari Fathur atau Eka malam itu tidak gusar.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Sunday, March 09, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
4 comments:
kalo namanya Eka, ntar ga punya bola, kaya Eka di kampung sebelah noh..
*starter Red Banzai*
Fathur? Deden... is det yuuuuu?????
salam kenal
Wah ya, nggak cocok sama nama belakangnya, Jeng.
Eh, next time, cewek, ah!
Post a Comment