Minggu malam:
aku pergi ke supermarket cuma sebentar. tapi pengalaman selama 5 menit terakhirnya sangat mengguncangkan jiwa. aku sedang mengambil satu-satunya barang yang mau kubeli waktu lagu itu tiba-tiba terdengar...
"coba kau pikirkan... coba kau renungkan..."
sontak aku kabur ke depan kasir. berusaha membayar secepatnya. oh! tapi laki-laki di depanku ini kok ya malah ngambil barang yang lain lagi setelah di depan kasir. rokok-lah, batere-lah, permen dan cokelat dari rak di sebelah kasir. haduh! apa nggak tau aku sedang gawat darurat? duh! duh!
and I end up being tortured by that damn song. whole of it.
padahal lagu itu kan seperti lintah. sekali terdengar nggak akan begitu saja lepas dari kepalamu. baru mau lupa, udah ada yang muter lagi dan bakalan jadi inget lagi. haduuuuuhh!!!
waktu aku mengadu berkeluh kesah ke Abi karena "kenapa sih mereka harus muter lagu itu sekarang? waktu aku disini?", jawabannya begini:
:) mungkin mereka emang ingin kamu menikmati lagu itu:)
ouch! aku langsung bales lagi
ada nggak sih, supermarket yang muternya lagu klasik? lagu kematian Chopin waktu lagi sepi dan muter Vivaldi di hari Sabtu dan Minggu...
dan Abi lantas menceritakan kisahnya, naik taksi yang sopirnya memutar Mozart, sambil bercerita tentang Mozart sepanjang jalan, dan juga tentang komposisi-komposisi yang diputarnya. kata Abi, dia justru berpikir kalo si sopir taksi ini adalah seorang psikopat. yang barangkali... kalau dia salah ngasih jawaban, di satu bagian jalan yang sepi, akan menghentikan taksinya, terus... horor! yang aku bayangkan malah adegan film thriller dengan tokoh serial killer.
errr...
Senin malam:
aku terima sms Abi yang bunyinya begini:
Ok. Sekarang aku yang denger lagu ini... udah 3 jam... "coba kau pikirkan... coba kau renungkan... apa yang kau inginkan" ...It's painful
sms yang baru dua-tiga jam kemudian aku balas, yang disusul dengan sms berikutnya:
Dari tadi pagi aku udah nggak enak badan. Sekarang aku gak berdaya di tempat tidur, demam. Aku yakin lagu tadi punya andil sangat besar bikin badanku jadi gak stabil
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Tuesday, July 29, 2008
Thursday, July 24, 2008
rasa jogja
buat orang-orang yang punya ingatan fotografis seperti Karl Lagerfeld, sangatlah mudah untuk merekam segala hal yang terjadi di sekitar mereka melalui mata. maka tak heran, Lagerfeld menghabiskan hari-harinya di usia dua puluhan dengan duduk manis dalam penampilan yang selalu overdressed di salah satu meja di Café de Flore, membalik-balik majalah fashion sambil terus menerus membuat sketsa, merekam setiap orang yang lalu-lalang, matanya mencatat pakaian yang dikenakan setiap orang yang ditemuinya, mengamati setiap perubahan, setiap nuansa.
aku penasaran apakah dia pernah mengalami keadaan otak yang berkelimpahan gambar seperti yang kualami beberapa hari yang lalu saat berada di Jogja?
selama tiga hari itu, aku melihat terlalu banyak karya, membaca terlalu banyak ulasan tentang seni, bertemu terlalu banyak orang (baca seniman) baru, dan akhirnya, prosesor otak ini seperti kehilangan kecepatan bergerak.
dan saat perekam gambarku agak malas bekerja, justru perekam rasa yang jadi lebih aktif.
di pagi saat kedatanganku, aku disambut oleh nasi putih hangat yang ditemani tumis pare bercampur tempe, ikan nila goreng kering dan tempe goreng. siangnya, di dekat ISI Jogja aku makan gado-gado yang enak banget. katanya sih, gado-gado ini adalah cabang dari penjual yang sama, yang sudah lebih dulu beroperasi di Colombo. daerah Colombo, maksudnya, bukan di Sri Lanka.
malemnya, berpedas-pedas makan bawal dan tempe penyet. sambelnya itu loh, tak terlupakan. pedas yang menendang dan sangat mengena di lidah, apalagi ditambah dengan sariawan yang waktu itu lagi nempel di sisi kanan lidah. lengkaplah sudah.
eh, setelah itu terima sms kalo ada yang badannya solider sama aku. dan ikutan sariawan juga. *terharu*
hari berikutnya, sarapan paginya nggak kalah seru.
tau daun pepaya 'kan? mungkin banyak yang nggak suka karena rasanya yang pahit luar biasa. tapi pagi itu, aku makan buntil daun pepaya, bersama dengan sate sapi yang manis gurih, dan telur mata sapi. sapi yang kedua nggak ada hubungannya sama sapi yang pertama. tapi kenapa telur ceplok namanya mata sapi yah? kenapa bukan mata hewan lain? macan atau jerapah, misalnya.
lalu siangnya, aku ada meeting marathon di Jalan Kaliurang. ditemani oleh Thai beef salad, jus semangka dan iga bakar bumbu kecap, sambel ijo dan sup sayuran. obrolan yang berat-ringan dengan berganti-ganti orang nggak mengurangi kenikmatan makan siang itu. yang jadi masalah hanya satu. pisau yang diberikan padaku lebih tepat disebut pisau roti.
malamnya aku makan soto ayam kampung yang katanya bikinan surabaya, sambil nungguin waktu masuk ke dalam bioskop untuk nonton Kung Fu Panda.
di hari terakhir, aktivitas pagi dimulai dengan gudeg lengkap. suwiran ayam opor, sambel goreng krecek, cabe utuh yang memudar jadi oranye karena panas selama terjerang di atas api... semua yang mengingatkan kita pada gudeg, dan kelezatannya.
siangnya, aku menemukan soto ayam kampung lagi. kalo yang ini sih gaya Jogja, dengan berbagai tambahannya seperti sate telur puyuh, tempe goreng, dan juga potongan paha serta dada ayam yang digoreng. enak juga!
*ngelirik ke atas*
akibat lapar yang menyerang setiap dua jam sekali ini, segala makanan terasa enak, enak juga dan enak banget. uhm, apa sebaiknya makan cookies dan minum susu hangat sebelum tidur malam ini yah?
aku penasaran apakah dia pernah mengalami keadaan otak yang berkelimpahan gambar seperti yang kualami beberapa hari yang lalu saat berada di Jogja?
selama tiga hari itu, aku melihat terlalu banyak karya, membaca terlalu banyak ulasan tentang seni, bertemu terlalu banyak orang (baca seniman) baru, dan akhirnya, prosesor otak ini seperti kehilangan kecepatan bergerak.
dan saat perekam gambarku agak malas bekerja, justru perekam rasa yang jadi lebih aktif.
di pagi saat kedatanganku, aku disambut oleh nasi putih hangat yang ditemani tumis pare bercampur tempe, ikan nila goreng kering dan tempe goreng. siangnya, di dekat ISI Jogja aku makan gado-gado yang enak banget. katanya sih, gado-gado ini adalah cabang dari penjual yang sama, yang sudah lebih dulu beroperasi di Colombo. daerah Colombo, maksudnya, bukan di Sri Lanka.
malemnya, berpedas-pedas makan bawal dan tempe penyet. sambelnya itu loh, tak terlupakan. pedas yang menendang dan sangat mengena di lidah, apalagi ditambah dengan sariawan yang waktu itu lagi nempel di sisi kanan lidah. lengkaplah sudah.
eh, setelah itu terima sms kalo ada yang badannya solider sama aku. dan ikutan sariawan juga. *terharu*
hari berikutnya, sarapan paginya nggak kalah seru.
tau daun pepaya 'kan? mungkin banyak yang nggak suka karena rasanya yang pahit luar biasa. tapi pagi itu, aku makan buntil daun pepaya, bersama dengan sate sapi yang manis gurih, dan telur mata sapi. sapi yang kedua nggak ada hubungannya sama sapi yang pertama. tapi kenapa telur ceplok namanya mata sapi yah? kenapa bukan mata hewan lain? macan atau jerapah, misalnya.
lalu siangnya, aku ada meeting marathon di Jalan Kaliurang. ditemani oleh Thai beef salad, jus semangka dan iga bakar bumbu kecap, sambel ijo dan sup sayuran. obrolan yang berat-ringan dengan berganti-ganti orang nggak mengurangi kenikmatan makan siang itu. yang jadi masalah hanya satu. pisau yang diberikan padaku lebih tepat disebut pisau roti.
malamnya aku makan soto ayam kampung yang katanya bikinan surabaya, sambil nungguin waktu masuk ke dalam bioskop untuk nonton Kung Fu Panda.
di hari terakhir, aktivitas pagi dimulai dengan gudeg lengkap. suwiran ayam opor, sambel goreng krecek, cabe utuh yang memudar jadi oranye karena panas selama terjerang di atas api... semua yang mengingatkan kita pada gudeg, dan kelezatannya.
siangnya, aku menemukan soto ayam kampung lagi. kalo yang ini sih gaya Jogja, dengan berbagai tambahannya seperti sate telur puyuh, tempe goreng, dan juga potongan paha serta dada ayam yang digoreng. enak juga!
*ngelirik ke atas*
akibat lapar yang menyerang setiap dua jam sekali ini, segala makanan terasa enak, enak juga dan enak banget. uhm, apa sebaiknya makan cookies dan minum susu hangat sebelum tidur malam ini yah?
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...