"look! it's a perfect canvas of Cézanne, or Monet!" kataku kagum.
"and look what you got on the wall" kata Markus sambil tertawa kecil, seperti geli sendiri karena berhasil memberiku kejutan.
dan di dinding itu, aku melihat triptych karya Monet. memanjang 4,5 meter dan lebar 1,5 meter. anggun bermandikan cahaya matahari musim panas yang menyirami atap kaca tembus pandang dan 900 keping brise-soleil yang melindunginya. Monet seolah memindahkan pemandangan di kebun Beyeler Fondation ke dalam kanvasnya. warna-warna yang saling berpadu maupun kontras, biru, hijau, kuning, merah muda, ungu, diterakan dengan sapuan yang lembut dan ringan seperti kibasan selendang sutera berwarna-warni pelangi milik seorang penari balet yang menjelma jadi bidadari.
kompleks Fondation Beyeler dibangun untuk mewadahi The Beyeler Collection, sekitar 200 karya seni yang berhasil dikumpulkan oleh pasangan suami istri Ernst dan Hildy Beyeler, yang selama 50 tahun sukses sebagai pemilik galeri di Eropa. kompleks museum, ruang pameran, restoran, klub seni, dan art shop ini terletak di desa Riehen, sekitar 20 menit dari Basel, Swiss. tempat ini dahulu dikenal sebagai Berower Park, wilayah hunian bagi kalangan terpandang sejak abad ke-13, dan dokumentasi pemilik-pemilik sebelumnya dapat ditelusuri sampai tahun 1620 saat kompleks ini dimiliki oleh seorang saudagar kain.
pada tahun 1976, komunitas Riehen mengambil alih seluruh kompleks ini, dan saat pasangan Beyeler menyerahkan koleksi mereka dibawah perlindungan sebuah yayasan, diputuskan untuk membangun sebuah museum sehingga seluruh koleksi ini dapat dipertontonkan pada publik. bangunannya yang sekarang adalah karya arsitek terkenal Italia, Renzo Piano, yang juga merancang Centre Georges Pompidou di Paris dan Shard London Bridge Tower. Bayeler Fondation di Riehen diresmikan tahun 1997.
singkatnya, ini adalah tempat yang istimewa yang dirancang oleh orang yang istimewa dan berisi koleksi yang istimewa.
aku datang ke sana untuk melihat pameran khusus karya-karya salah satu seniman Swiss yang paling terkenal, Alberto Giacometti. seniman multitalenta yang dikenal sebagai pematung, pelukis, penggambar sketsa yang luar biasa, sekaligus seorang seniman cetak. pameran itu dikuratori oleh Ulf Küster, yang membuatku terkagum-kagum sama kemampuannya menguasai ruang dan display karya.
selain itu, aku seperti mengunjungi ruang pamer seniman-seniman yang selama ini nama dan karyanya hanya aku lihat dari buku-buku, katalog dan website saja. nggak heran, karena pasangan Beyeler adalah pemilik galeri yang sangat terkenal, mereka pernah bekerja sama dengan banyak seniman ternama, dan sebagian karya mereka itu aku lihat dengan mata kepala sendiri, sampai-sampai otakku ini terseok-seok harus mengingat dan mencerna begitu banyak karya hebat pada saat yang bersamaan. tingkat kemabukan yang nantinya jadi modal penting dalam kunjungan ke Musée d'Orsay dan Musée du Louvre.
selain Monet yang udah aku ceritakan di atas, ada pula karya Wassily Kandinsky, Ellsworth Kelly, beberapa karya Picasso --mulai dari saat ia masih melukis potret dengan gaya realis sampai karya Cubism-nya yang mendunia, satu kanvas besar Pollock yang siap mencengkeram dan menghempaskanmu dalam keruwetan tak berujung, patung Rodin.
sebuah lukisan Mark Rothko yang dipasang dalam ruangan bercahaya minim, yang memaksamu untuk menatapnya selama beberapa menit sebelum retina mata terbiasa pada keremangan. lalu tiba-tiba, persegi-persegi dalam lukisan itu jadi lebih menonjol bagai layar 3D serta entah bagaimana, lukisan itu diam-diam tampak berkilauan. aku terheran-heran. ada pula karya seniman modern Belanda, Piet Mondrian, figur-figur warna-warni dalam lukisan Henri Matisse, juga karya-karya Rousseau, Fernand Léger, Miro dan Francis Bacon, seniman Inggris yang kontroversial itu.
selain itu, aku seperti mengunjungi ruang pamer seniman-seniman yang selama ini nama dan karyanya hanya aku lihat dari buku-buku, katalog dan website saja. nggak heran, karena pasangan Beyeler adalah pemilik galeri yang sangat terkenal, mereka pernah bekerja sama dengan banyak seniman ternama, dan sebagian karya mereka itu aku lihat dengan mata kepala sendiri, sampai-sampai otakku ini terseok-seok harus mengingat dan mencerna begitu banyak karya hebat pada saat yang bersamaan. tingkat kemabukan yang nantinya jadi modal penting dalam kunjungan ke Musée d'Orsay dan Musée du Louvre.
selain Monet yang udah aku ceritakan di atas, ada pula karya Wassily Kandinsky, Ellsworth Kelly, beberapa karya Picasso --mulai dari saat ia masih melukis potret dengan gaya realis sampai karya Cubism-nya yang mendunia, satu kanvas besar Pollock yang siap mencengkeram dan menghempaskanmu dalam keruwetan tak berujung, patung Rodin.
sebuah lukisan Mark Rothko yang dipasang dalam ruangan bercahaya minim, yang memaksamu untuk menatapnya selama beberapa menit sebelum retina mata terbiasa pada keremangan. lalu tiba-tiba, persegi-persegi dalam lukisan itu jadi lebih menonjol bagai layar 3D serta entah bagaimana, lukisan itu diam-diam tampak berkilauan. aku terheran-heran. ada pula karya seniman modern Belanda, Piet Mondrian, figur-figur warna-warni dalam lukisan Henri Matisse, juga karya-karya Rousseau, Fernand Léger, Miro dan Francis Bacon, seniman Inggris yang kontroversial itu.
1 comment:
waah... asyik banget jalan-jalannya... penceritaannya juga ngalir banget...
catatan perjalanan yang okeeh... heheh... salam kenal. sering jalan- jalan yah jeeng???
www.linapw.wordpress.com
Post a Comment