Thursday, April 03, 2008

birthday story


mulanya, Dini datang mengetuk pintuku tiga puluh menit menjelang tengah malam. aku yang udah ngantuk, membuka pintu dengan mata setengah terpejam. sejak sehari sebelumnya, dia memang sudah bilang kalau mau datang untuk menginap. tapi aku nggak nyangka kalau dia akan datang selarut ini.

sambil cengengesan, dengan senyum yang mencurigakan karena terlalu lebar dan terlalu nggak beralasan, dia meletakkan barang-barang yang dibawanya, termasuk sebuah kotak putih besar yang mengingatkanku pada kotak sanggul dan segala jenis jepit rambut buat memasangnya, milik mama di rumah.

tapi ternyata isi kotak itu adalah empat potong strawberry shortcake yang terlihat enak dan menggiurkan. dan sebatang lilin berwarna merah. "kamu tiup lilin yaa" katanya masih dengan senyum yang terlalu lebar itu tadi.

Dini, Fabio, Giovanni dan istrinya (yang aku belum pernah ketemu), masing-masing membeli satu potong kue untukku. oh... aku jadi terharu.

tepat tengah malam, aku meniup lilin, sambil ikutan senyum-senyum juga. lima detik kemudian, telepon berdering dan Mahén mengucapkan selamat, lalu bikin speech yang begitu manis aku pikir aku nggak akan pernah bisa menandinginya kalo dia yang ulang tahun. makasih ya, sayang...

ulang tahun ato enggak, kalo udah lewat tengah malam, aku harus tidur karena begadang adalah salah satu pantangan yang harus betul-betul kuhindari sekarang ini. selain dua halaman daftar lainnya. jadi nggak sampai sejam setelah itu, aku langsung tidur.

bagian yang paling mengherankan adalah, Mahén jadi satu-satunya orang yang berhasil menelepon pada tengah malam. entah kenapa, mereka yang berniat melakukannya nggak ada satu pun yang berhasil. makanya tidurku nggak terganggu sampe pagi, dan telepon pertama di pagi hari tanggal 30 itu pun darinya.

lalu berturut-turut ada Mama (yang sebelumnya sudah mengirim sekotak hadiah), Ayin yang sudah menghidupkan alarm karena pergi tidur jam 10 tapi nggak denger waktu alarmnya bunyi, Adis yang juga ngidupin alarm tapi cepat-cepat mematikannya waktu berbunyi dan baru paginya sadar alarm apa yang berdering tadi malam, Bessy, Wesly-Lea-Indra-Jay yang katanya juga pada tepar malam sebelumnya, sampai Bunjems. dan semua telepon serta sms-sms itu membuatku tetap ada di tempat tidur sampai jam 1 siang. menyusul ada juga Ari dan Henny yang menelepon belakangan.

hari berikutnya aku ketemu Azlina, akhirnya, dan pergi makan malam ke Nomad. sejak awal, udah terasa aneh, karena kami mendapatkan meja di tengah-tengah ruangan, seperti sedang bersiap untuk mencuri perhatian dari semua pengunjung restoran. kami makan dengan penuh semangat, penuh semangatnya harus kugarisbawahi karena kami makan banyak sekali, tampaknya itu porsi yang cukup untuk 4 orang. hihihi, mungkin juga karena banyak cerita, update dan gosip yang kami pertukarkan sepanjang makan malam.

menjelang dessert, entah kenapa Azlina bilang sama waitress kalau ini birthday dinner-ku. nggak lama kemudian, musik restoran yang mula-mula diambil dari Lighthouse Family-Greatest Hits tiba-tiba berubah jadi lagu ulang tahun. innocently, aku dan Azlina menoleh kesana kemari melihat siapa yaaa... yang ulang tahun juga malam ini. tapi lalu jadi berpandangan waktu kami melihat staff restoran semuanya mendekati meja kami, dan pandangan semua orang tertuju pada mejaku, dan wajahku yang merah padam dan tersipu-sipu melihat piring dessert yang dihiasi whipped cream yang membentuk huruf 'Happy Birthday' dan ada satu batang lilin hijau menyala diatasnya. aku mendengar orang-orang menyanyi sampai selesai, dan masih dengan wajah nggak karuan aku meniup lilin. restoran yang penuh membahana oleh tepuk tangan. aku terlalu malu sampai nggak berani noleh liat orang-orang. tapi Azlina bilang, mereka semua bertepuk tangan. hihihi... thanks yaa...

anyway, the highlight of my birthday is this book. Heavier than Heaven; the Biography of Kurt Cobain. ah... kalo begini, aku mau deh ulang tahun tiap hari;)

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...