Monday, April 07, 2008

Fedi Nuril, Kacamatanya, dan Ayat-ayat Cinta

akhirnya aku nonton Ayat-ayat Cinta. nggak kalah sama para menteri, Jusuf Kalla, dan SBY.

tindakan yang impulsif sebenarnya, karena keputusan menontonnya hanya setengah jam sebelum berangkat, dan tentulah dorongan itu datangnya dari godaan acara infotainment yang dengan gigih setiap hari menyinggung-nyinggung tentang film ini.

kesimpulanku adalah:
Ayat-ayat Cinta bercerita mengenai seorang laki-laki alim yang tampan dan digilai oleh banyak perempuan, yang seluruhnya penuh inisiatif. terbukti, ketika para perempuan itu menyadari perasaannya, mereka segera menulis surat cinta. dan ada diantara surat-surat itu yang diberikan langsung padanya. namun demikian, meskipun menerima surat dari berbagai jenis perempuan, dan namanya ditulis di dalam diary, lengkap dengan foto-foto, tapi tidak pernah sekalipun Fahri membalas surat, atau mengirim surat pada salah seorang diantara perempuan-perempuan yang jatuh cinta padanya itu. walopun tampak dia menaruh hati pada salah satu diantara mereka.

aku setuju bahwa nilai-nilai Islam yang digambarkan dalam film itu adalah hal-hal yang luput dari perhatian publik saat ada pemberitaan mengenai terorisme, Islam radikal-fundamentalis, dan film Fitna. dan ini adalah cara penyampaian yang sejuk. bukan seperti sweeping nggak penting yang mengatasnamakan agama, dalam suasana panas, di hari yang terik, dan membuat hati seperti terbakar. ia terasa sejuk karena dibalut wajah yang cantik dan tampan, kalimat yang lemah lembut, fotografi yang indah dan AC yang dingin menghembus penonton yang duduk di kursi empuk.

tapi cara penyampaian yang sejuk ini tidak dibarengi dengan editing yang smooth dan mata sutradara yang jeli. Hanung, masa kamu nggak lihat mic yang menggantung di samping Surya Saputra pada adegan dia duduk di kursi-sofa warna merah itu?
lalu apakah Ayat-ayat Cinta juga disensor? rasanya nggak mungkin ada adegan ranjang yang hot dan bikin badan panas dingin jantung berdebar dalam film itu. ah, well... kecuali kalo Fedi Nuril sedang di-close up, atau dia duduk tertegun memakai kaca matanya yang oke itu. aduh... kok keliatan ganteng dan menggiurkan ya?

eh, sampe mana aku tadi?
ah, ya! sensor. aku cuma heran, kalo bukan karena disensor, apa ini editingnya yang parah sehingga perpindahan dari satu adegan ke adegan lain terasa sangat nggak enak. rasanya seperti waktu selimut direnggut paksa ketika kita masih pengen tidur. jika Ayat-ayat Cinta adalah satu set yang dimainkan seorang DJ, perpindahan antar adegannya setara dengan kalo si DJ mainin lagunya pake dua tape deck. jadi kalo mo ganti lagu, dia matiin dulu tape yang satu, trus menyusul ada tape berikutnya yang dipencet tombolnya, langsung masuk ke refrain.
sangat mengganggu.

memang sejak awal aku nggak mengharapkan film ini akan groundbreaking seperti Atonement atau kuat seperti La Vie En Rose. tapi setelah nonton, aku semakin nggak ngerti. apanya sih yang membuat film ini segitu hebohnya?
uhm, tentu saja selain Fedi Nuril dan kacamatanya.

7 comments:

bulb-mode said...

Hm... Fedi Nuril... :">

Adis Rininta said...

kok sama sih na, aku juga baru nongton senin kemarin....ternyata gak seheboh itu ya, marketing nya yang berhasil kali yeee..dan hakim nya masa gak bisa ngomong arab sama sekali sehhh hihihihi

-adis-

Dian Ina said...

mungkin hakimnya sekolah di oxford. jadi bahasa arabnya sudah aus termakan bahasa inggris. lapuk sampai nggak bisa dipakai lagi.
*wink*

xoclate said...

iya.. saya juga tak mengerti kenapa ada yang sampe nonton lebih dari sekali film ini (media overexposed mungkin). apalagi ada sekardus nu green tea dan indomie dikirim jauh jauh dari indonesa dan betapa jagonya orang orang mesir itu berbahasa indonesia

Unknown said...

hakuna matata artinya apa sih

PiPiTa said...

haha.. bener juga sih kalo dipikir2, yg bikin heboh film ini ya gembar-gembornya
@gopaan: yg gw tau sih, hakuna matata tuh soundtrack nya lion king, kalo gak salah artinya ''jgn khawatir''
untuk lebih jelasnya, tanya mbak dian deh, kali aja kata2 itu bermakna beda buat yg bersangkutan.

superiorpics said...

Akhirnya nongton juga ya Jeng, meski sudah terkena spoilerku, kekeke

-Aryo Sanjaya

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...