Monday, October 27, 2008

Teflon Revolution

salah satu hal penting yang kulakukan tahun ini, yang pasti akan membuat nenekku bangga adalah berlatih membuat masakan Thai. bukan, bukan karena nenekku keturunan raja Bhumibol. bukan juga karena beliau sangat gemar masakan Thailand. aku malah sangsi apa ada masakan Thai yang pernah mampir ke piring beliau.

sebabnya karena buat beliau, perempuan yang nggak bisa masak itu adalah kesalahan sejarah yang harus dihapuskan. jauh di dalam hatinya, mungkin beliau agak-agak khawatir dan menduga bahwa penyebab cucunya yang cantik ini masih belum menikah di usia 28 tahun adalah karena kekurangan kemampuan dalam hal masak-memasak, sesuatu yang diramalkannya akan membuat seorang perempuan 'dibuang ke tempat sampah' oleh mertuanya.

jangan kuatir, nenekku sayang...

nah, waktu aku menemukan buku tebal bergambar berwarna yang judulnya Thai, The Essence of Asian Cooking, aku segera mempelajari bahan-bahannya dengan seksama. membaca apa itu fish sauce, apa gunanya oyster sauce, bedanya light soy sauce dengan sweet soy sauce, berapa macam vinegar yang dipakai, termasuk berbagai jenis curry paste. aku juga baru tahu kalau ada yang namanya magic paste, dan bahwa wijen itu ada dua macam, putih seperti yang biasa kukenal, dan hitam. penjelasan bahan dan teknik memasaknya aja 67 halaman.

aku mulai mencoba-coba berbagai resep secara intensif dalam dua bulan terakhir ini. dan dengan bangga kuumumkan bahwa yang telah mencoba masakanku, berdasarkan resep-resep dalam buku itu, sampai hari ini masih hidup dan berada dalam keadaan sehat wal afiat.
*grinning*

the problem is, sebulan terakhir ini aku mulai merasakan kebutuhan yang mendesak akan wajan anti lengket. seiring dengan makin rumitnya urusan goreng menggoreng, wajan alumuniumku di kos jadi tampak nggak memadai lagi. seringkali masakanku udah terlalu gelap bagian luarnya, sementara bagian dalam masih berair, terlalu cepat panas, atau terlalu lengket sampai masakan tinggal dua per tiga porsi karena yang sepertiga ketinggalan di wajannya, adalah masalah-masalah yang semakin sering aku alami setelah sekian resep aku coba.

maka aku membelinya!
setelah berkali-kali mengecek satu demi satu model dan ukuran wajan di supermarket, seperti orang mau membeli senjata andalan. mengambilnya dari gantungan, merasakannya di tangan, membolak-baliknya, mengecek apakah wajan ini cukup handy? cukup ringan? nggak terlalu besar? harganya nggak keterlaluan? well, aku juga baru tahu kalau ada wajan berdiameter 24 cm yang harganya 300 ribu lebih. dua wajan bisa dipakai untuk beli memori macbook 1G.

aku seperti Midori di Norwegian Wood.

dua hari ini, rasanya aku nggak bisa berhenti nyobain wajan baru.
mulai dari buat menggoreng bacem yang agak tricky karena mudah sekali gosong gara-gara kandungan gula-nya yang tinggi, tempe dan segala yang bergoreng tepung, telur dadar yang super tipis, omelet dengan isi yang biasanya jadi lengket sana-sini. oh! semuanya serba nggak lengket dan bisa menghiasi piringku dengan permukaan halus, rata dan licin. gaya sekali, masakanku jadi keren!
wah, penemu teflon ini harus punya villa khusus di surga.

dan kini aku, dengan wajanku, siap menghadapi dunia.
*berpose menghunus wajan teflon*

5 comments:

amen said...

merk apa? tefal? maxim?

M. Faizi said...

teflon gede yang saya tahu dan bisa buat "goreng plastik" itu hakasima! Tapi, saya suka tulisan ini. Yang ringan jadi serius! Asyik.

Dian Ina said...

merk maxim, amen. sebenernya sih pengen punya yang le creuset. tapi ya itu, harganya nggak kira-kira.

Dian Ina said...

eh, ada faizi!
*melambai-lambai ke arah madura*
ayo kita nyanyi sweet child o' mine lagi, yuk!
*pake wajan teflon jadi bass*

Unknown said...

Kalo saya biasa pake teflon genggam, alias HP.

Tapi ngga bisa buat masak...???


hilman.blogdetik.com

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...