"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Saturday, November 01, 2008
aku dan fashion
tahun ini aku mulai menulis dalam subjek fashion dan membaca buku ini menjadi salah satu bagian dari risetku. tulisan-tulisan itu tentu ada hubungannya sama persekongkolanku dengan Iman Lubis, yang memperkenalkanku pada editor majalah Dewi, Soap, a+, swankglossy dan beberapa perancang busana muda Indonesia. buat yang udah kenal aku cukup lama, pasti tahu kalau aku sejenis orang yang melakukan macam-macam hal secara musiman. utamanya untuk soal menulis, membaca dan menonton.
misalnya selama tiga bulan ini, selain fashion, kecenderunganku adalah House, How I Met Your Mother, Nirvana, Thai Food dan yang terbaru Charlie Chaplin. itu berarti aku akan membaca berbagai biografi dan berbagai tulisan, menonton sekurangnya dua season atau tiga film, sebelum bisa menulis satu blogpost. terdengar merepotkan. tapi menyenangkan.
balik lagi ke buku ini, selama membacanya, aku merasa seperti sedang bertualang di Paris pada era 70-an, waktu sejarah fashion kontemporer dimulai. melalui buku ini aku memahami kenapa Paris disebut-sebut sebagai kiblat fashion dunia. ada beberapa sebabnya.
pertama, karena sejumlah desainer yang melakukan perubahan besar dalam dunia fashion bekerja dan menjadi besar di sini. mereka adalah Gabrielle Chanel (lebih dikenal sebagai Coco), Christian Dior, Yves Saint Laurent dan Karl Lagerfeld. empat nama ini memberi sumbangan luar biasa untuk dunia fashion.
Chanel memodernkan pakaian wanita dengan membuatnya jadi 'simpel tapi mahal'. ia juga menerjemahkan penampilan wanita modern dengan memberinya pakaian yang diadaptasi dari pakaian pria yang didesain untuk membuat wanita bekerja bergerak leluasa, tapi tetap cantik dan elegan. dengan bahan-bahan yang dianggap 'sederhana' seperti jersey, ia menciptakan baju berkualitas tinggi dengan model dan jahitan terbaik. dari Coco Chanel, lahir image perempuan yang enerjik dan mandiri dengan rok selutut, warna pakaian yang cenderung gelap, rambut pendek berpotongan bob dan bisa nyetir. jangan ketawa dulu, dia melakukannya sebelum Perang Dunia II. it's a breakthrough.
buat yang mau tau dari mana asalnya siluet pakaian wanita yang 'pas membalut tubuh', bisa menelusurinya dalam sketsa-sketsa yang dibuat Christian Dior. pinggang ramping, siluet melebar di pinggul, rok berlipit yang mengembang penuh, jahitan yang pas di lengan-ketiak-bahu (Dior dikabarkan sangat terobsesi untuk membuat bagian ini sempurna jatuhnya), siluet pakaian yang membuat wanita terlihat seperti bunga (atau gitar spanyol) adalah bagian penting dalam rancangan Dior.
sementara Yves Saint Laurent dikenal karena rancangannya yang berhasil mendandani setiap wanita yang memakainya, membuatnya jadi lebih cantik. beberapa review sampai menyebutkan bahwa pakaian rancangan YSL menyempurnakan bentuk tubuh pemakainya, salah satunya dengan menyempurnakan potongan bahu pada pakaian. rancangannya mengandung unsur maskulin untuk siang hari dan sangat feminin untuk malam hari, dengan kesan cantik, lembut, mewah dan dreamy yang menonjol (bayangkan pakaian yang kalo nggak mengkilap-licin-jatuh, ya tembus pandang-melambai-sexy). ia juga termasuk generasi terakhir desainer yang merancang dan punya rumah modenya sendiri, dan tidak pernah bekerja di rumah mode lain. tentu, dia juga melegenda karena karya adi busananya yang luar bisa, dan secara konsisten memukau editor majalah fashion dan fashionista selama berpuluh tahun.
sementara 'Kaiser' Karl Lagerfeld justru dikenal karena kemampuannya bekerja untuk berbagai rumah mode secara simultan, sangat profesional menjaga komitmennya bekerja freelance dan punya pendekatan sangat modern karena sangat konstruktif dan terbuka bagi perkembangan mode. Karl tidak segan bekerja untuk merancang pret a porter, sesuatu yang dianggap 'rendah' oleh para perancang haute couture. walopun tetep aja, Karl baru dianggap mencapai kesuksesan waktu dia mulai bekerja untuk Chanel dan berhasil 'menginterpretasikan' gaya rancangan Coco Chanel dengan cara baru.
alasan kedua Paris dianggap kiblat mode karena dari Paris-lah mode jadi satu industri yang luar biasa besar. disana model mulai dibayar sampai puluhan ribu franc untuk sekali melangkah di catwalk, fotografer fashion, desainer dan rumah mode mendapatkan penghasilan yang fantastis.
The Beautiful Fall sendiri secara khusus bercerita tentang YSL dan KL, yang awalnya berteman, lalu kemudian menjadi rival yang bersaing sengit di industri mode. dan karena kemunculan mereka berdua di akhir dekade 50-an tepat pada saat dunia mode berkembang pesat dan apapun yang tercipta selama dua dekade sesudahnya, seperti jadi penemuan besar yang akan terus dipergunakan sampai hari ini. aku merasa sangat iri pada mereka yang terlahir pada masa itu, merasakan kehidupan yang serba bercahaya di Paris, menjadi bagian dari perubahan yang menentukan arah peradaban mode di masa yang akan datang.
hmmm... kayaknya aku sedang buka rahasia rujukan konsultasi fashion-ku buat warga Kampung Gajah, nih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment