Tuesday, February 10, 2009

sepasang mata kedua

cerita film penerangan jaman dulu ternyata sangat mengena dan merasuk ke jiwa. saat mulai merasa kalau pandanganku kabur pada pergantian hari, yang pertama kali terpikir adalah rabun senja yang banyak diidap oleh anak-anak yang kurang gizi dalam film-film buatan Departemen Penerangan. tapi masak ya aku kurang gizi? lha wong daftar makanannya tiap hari aja panjang lebar dan bermacam-macam jenis.

lalu waktu rasanya mulai kabur kalau nonton film dengan subtitle sambil tiduran, aku pikir yang harus diganti adalah TV-nya. maklum TV jadul inventaris kos-kosan. ada TV aja udah bagus. tapi setelah dua gejala ini berlangsung beberapa minggu, dan rasanya semakin nggak nyaman, aku putuskan untuk pergi ke dokter mata.

dan pada pemeriksaan pertama, disebut kalau mataku ada silindrisnya. tapi dasar dokter spesialis, tampaknya dari awal pertemuan udah diukur, berapa kalimat yang bisa dia ucapkan, sesuai dengan tarif yang ingin dia pungut. aku cuma dapat kesimpulan kalau mataku bermasalah, terlalu lelah, kurang istirahat, dan harus diobati selama satu minggu, sambil dicek ulang ukuran silindrisnya minggu depan.

nah, dalam resep yang aku terima seminggu kemudian, tertera keterangan kalau kedua mataku masing-masing ber-silinder 0.25, lalu mata kanan minusnya 0.50, sementara mata kiri 0.25. kalo harus nyeritain ini dalam bahasa Inggris aku agak kerepotan. minus itu far sighted atau near sighted sih?

yang jelas, concern-ku yang paling pertama dan utama adalah bingkai kacamata. tetep. hihihi, sebelum resepnya keluar, aku udah memutuskan kalau yang akan aku pakai adalah kacamata dengan model yang mirip atau sama dengan yang dipakai Rachel Weisz dalam Absolutely, Maybe. film yang bikin semua cowok kalah romantis daripada Ryan Reynolds (yang di kehidupan nyata mencampakkan Alanis Morissette untuk Scarlett Johansson.

mencarinya ternyata gampang-gampang susah. aku memang suka kesan klasik dan serius yang ditunjukkan bingkai kacamata itu. dan karena klasik, aku nggak mau kalo ada corak norak, dekorasi nggak penting, tulisan logo yang gede dan berkilauan menusuk mata, dst, dsb. berkeliling di optik mahal cuma bikin aku sakit hati karena yang masuk kriteriaku harganya bisa 2 juta lewat, jumlah yang mendingan dipake buat beli hdd eksternal plus tambahan memori. sementara kalau yang harganya nanggung, terlalu banyak pernak-perniknya. aku nggak ngerti deh kenapa uang satu juta seperti nggak ada harganya di Optik Seis.

sementara itu, berkeliling di optik-optik yang nggak punya nama besar berarti pilihan yang sangat sedikit, bingkai yang tampak murahan, rapuh dan kalau dipakai rasanya serba nggak pas dan serba nggak enak. hayah.

sampai kemudian aku masuk ke Optik Sahabat di Jalan Diponegoro, Denpasar. di situlah aku menemukan bingkai kacamata yang kucari-cari. pelayannya ramah dan bisa 'membaca' keinginan pelanggan. entah bagaimana dia bisa tahu, bingkai pertama yang dia tunjukkan adalah bingkai yang sama persis dengan bingkai yang kulihat di optik lain, dan yang aku suka, tapi harganya kemahalan. di optik ini, bingkai itu harganya jadi 30% lebih murah. dan kebetulan, waktu aku datang mereka sedang punya program diskon dan pembagian angpau buat pelanggan yang membeli bingkai sekaligus lensanya. maka dari harga yang sudah kuanggap murah itu, aku masih mendapat diskon 30% dan bisa mengambil satu angpau undian. yang memberiku uang US$4. hihihi... seneng deh.

kayaknya lain kali harus bawa-bawa Mimi lagi kalau mau keliling cari barang. dua hari beli ini itu sama dia dapet diskon terus dimana-mana. :D

1 comment:

widie said...

wah..wah..selamt ganti bingkai yang baru..sesuai dengan yang diinginkan plus murah lagii...

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...