laki-laki muda yang tampan dan bertubuh jangkung itu jelas sedang terluka hatinya. pundaknya rebah, tatapnya sayu tersaput sisa-sisa air mata yang menggantung gelap pada kantung di bawah kelopak matanya. geraknya serba salah tak menentu. tanpa senyum. membisu.
ia mengenakan kemeja hitam bergaris tipis merah jambu, berkain senada, dengan ikat kepala batik membebat dahinya. tanpa wajah yang mencerminkan hati remuk redam itu, orang tentu dapat diyakinkan bahwa ia sesungguhnya hanya berniat menemui gadisnya. kunjungan tanda kasih yang biasanya menimbulkan debar menyenangkan. namun saat ini kedatangannya berselimut kepedihan. saat ini adalah kali terakhirnya bisa menatap wajah gadisnya.
laki-laki muda itu seolah tak hendak beranjak dari sisi sang gadis yang terbujur kaku. keduanya saling membisu dan tak akan pernah bisa bertukar kata lagi, tak mungkin bisa bertukar senyum kembali. dalam ketenangannya yang mengiris hati, gadis yang terbaring dengan mata terpejam itu tampak tenteram. seluruh kesakitan dan nyeri yang sempat bersemayam di tubuhnya pupus sudah. ia seolah sedang tidur amat lelap dan tanpa mimpi.
laki-laki tampan yang patah hatinya itu menyadari pandang yang beredar dari sekeliling ke arahnya. pandang prihatin dan trenyuh atas kepahitan yang ia rasakan hari ini, dan tak akan terlupa seumur hidupnya. belum genap seperempat abad ia menghirup hawa dunia, tapi kebahagiaannya telah terenggut pergi bersama gadisnya yang juga masih sangat muda. duapuluh dua.
teriring alunan angklung yang menusuk kalbu dengan haru, semilir angin pekuburan di bawah langit biru dan awan berserak, bersama semerbak dupa dan taburan kelopak-kelopak bunga, dan linangan air mata tanpa isak laki-laki tampan yang bergeming di samping lubang makam, wajah dan tubuh gadis yang telah membisu lenyap ditelan bumi.
bertahun-tahun ia telah menahan kesakitannya. kini ia melepaskan semua. selamat jalan, gadis manis. kamu telah berjuang dengan gagah berani. pergilah dengan tenang. doa kami menyertaimu...
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
3 comments:
iki kadek sopo seh? kok sedih banget ceritane. :((
pertanyaanku sama dengan mas Anton....
Siapa nih mbak yang meninggal dan ditinggalkan?
sepasang kekasih yang dipisahkan oleh maut. apakah harus tau nama mereka untuk bisa merasakan kesedihannya? aku rasa tidak.
Post a Comment