Thursday, February 04, 2010

Japanese fusion jazz for beginners

berikut ini adalah ceritaku untuk mereka yang belum nonton Casiopea vs. The Square: Live dikarenakan DVD-nya memang susah dicari banget, dan kalau memaksa mendownload dari internet, besar filenya bikin terjengkang: 16 GB. judul di atas tentu saja karena aku yang pemula:)



Ada sekelompok orang Jepang yang suka main musik jazz. Dan tampaknya mereka sangat jago. Mereka juga orang-orang yang berbahagia. Sepanjang pertunjukan, senyum senantiasa mengembang di wajah mereka.
Karena ini dua band yang main bareng, tentu lagu-lagunya nggak hanya dari satu band aja. Kadang main lagunya The square, kadang main lagunya Casiopea. Karena aku nonton sama Mahén, dia yang kasih tau
"Ini lagu casiopea" atau
"Ini lagunya the square"

Aku sempat tanya
"Sebenernya nama band-nya T-Square apa The Square, sih?"
"Mula-mula namanya The Square, lalu ganti nama jadi T-Square, lalu abis itu balik lagi jadi The Square"
Yah, walopun ganti namanya sebenernya gak terlalu kreatif dan balik kesitu-situ lagi, gak nyeleneh kayak Prince misalnya, yang sempat ganti nama ke nama yang nggak bisa dilafalkan sehingga dia disebut the artist formerly known as Prince, tapi lagu-lagu yang dimainkan band ini terasa ceria, renyah, dan bikin kita pengen goyang-goyang sambil lompat-lompat. Kalo makanan, ibaratnya ini Bouillabaise. sup ikan a la Perancis yang rasanya ringan dan bikin lidah maupun perut terasa nyaman. Seolah-olah bikinnya gampang. Padahal rumit!

Salah satu pemain drumnya, yang kata Mahén bernama Akira Jimbo, tampak awet muda. Baik cari caranya berpakaian maupun dari penampilan wajahnya. Ada apa ya, dengan drummer?
Ingat 'kan, Betapa Larry Mullen Jr. juga tampak sekitar 30-an aja umurnya, sementara Bono menjelma semakin oom-oom.

Yang aku komentari juga adalah pemain piano-nya. Nggak kebayang dengan wajah serius yang cuma cocok dipasang di resital musik klasik begitu, dia sebenernya nggak hanya membaca partitur berlembar-lembar di hadapannya, tapi juga sambil improvisasi. Oh, tunggu dulu sebentar, kenapa dari tadi dia hanya memainkan tuts hitam dan jarang-jarang menyentuh tuts putih di pianonya?
Hmmmm...

Aku suka sama ekspresi wajah pemain gitar yang rambutnya udah putih semua tapi masih tampak enerjik itu. Iya, para pemain band ini tampak enerjik mungkin juga karena kostumnya yang mencolok mata dan kadang-kadang agak sulit ditentukan, apakah itu kostum joging subuh-subuh di lapangan ato kostum konser. Apalagi gayanya saat main gitar hentak-hentak kaki seperti gerakan senam pagi indonesia seri jaman waktu aku SD dulu.
Tampaknya gaya itu cukup populer di kalangan penggemar Casiopea dan The Square. Soalnya, seisi ruangan konser (kayaknya seisi ruangan) ikut hentak-hentak kaki dan sesekali mengepalkan tangan di udara. Mungkin dulu sebelum sukses jadi pemain gitar, orang ini sering demo di jalan juga.

Ohiya, aku hampir lupa bilang kalo si peniup saxophone di band ini lebih mirip guru olahraga daripada musisi. Abis penampilannya sporty. Kalau dia pake ikat kepala, dia udah bisa mendampingi Gadis Marathon.

Salah satu lagu yang aku ingat dimainkan adalah Asayake.
Lagu yang pernah dimainkan Pak Bos bersama band-nya di sekolah. yang (katanya) bikin Bu Bos jadi balik naksir ke Pak Bos juga. hihihi.

udah, ah. capek ngetiknya.
aku kasih aja bonus collage foto-foto dari website-nya Casiopea, yak?!



1 comment:

Breviant said...

CASIOPEa & T-Square emang Jempol !!! Koleksiku Lumayan lengkap DVD/CD/MP3-nya. ; ) Maen ke Blogku yach : www.breviant.co.nr

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...