singkat cerita, aku berhasil mendapatkan film itu (you know exactly where it's coming from).
film ini merupakan adaptasi atas kisah hidup Temple Grandin, seorang wanita yang didiagnosa menderita autisme ketika berusia 4 tahun. oleh ibunya, ia dibawa ke berbagai dokter dan ahli, yang sebagian besar menyatakan bahwa Temple harus dimasukkan ke institusi khusus karena mengalami autisme dan kerusakan otak. ibunya menolak vonis ini dan bersikeras mengajar Temple di rumah supaya ia bisa bicara. lalu memasukkannya ke sekolah untuk belajar bersama anak-anak lain seusianya.
perjuangan yang mereka jalani berat dan panjang. banyak orang menghina dan menertawakan, menjahati Temple karena dianggap aneh. satu hal yang mereka tidak pahami, Temple sebetulnya sangat cerdas dengan daya ingat luar biasa, meski cara kerja otaknya berbeda dengan orang kebanyakan. ia "thinks in pictures and she connects them" demikian dinyatakan Dr. Carlock, guru IPA Grandin di Hampshire Country School. guru inilah yang kemudian mendorong Grandin untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, di bidang peternakan, karena ketertarikannya yang besar pada hewan ternak, baik itu sapi maupun kuda. ia selalu menggap hewan-hewan itu berpikir seperti mereka.
satu hal yang beberapa kali diucapkan oleh ibu Temple, yang seperti menjadi mantra bagi film ini adalah "she's different. but not less" karena ingatan fotografis yang dimilikinya dan kecerdasannya yang luar biasa seringkali tersamarkan dari mata awam. dan banyak yang tak menyadari itu.
film yang luar biasa ini membuatku tertawa dan terharu silih berganti. juga pada saat yang bersamaan. dari Temple Grandin, aku belajar tentang kesungguhan dalam mewujudkan keinginan dan kekerasan hati hati yang diimbangi dengan kerja keras. aku rasa kalau ibunya Temple model-model yang drama, atau justru memilih menyerah pada para dokter yang menyarankan 'membuang' Temple ke institusi, ia tak akan ada di tempatnya yang sekarang, dipandang dengan rasa kagum dan penuh hormat, oleh berbagai kalangan.
dalam film ini, Claire Danes menurutku bermain luar biasa. hilang sudah semua kesan "gadis pemikat lelaki" yang biasanya terlihat dalam film-filmnya. Claire (berasa kenal akrab gini) bermain total, intens, melenyapkan seluruh keberadaannya dalam sosok baru yang sama sekali berbeda. dan matanya yang berbinar-binar saat menemukan 'pintu baru' untuk dimasuki, pintu yang mengantarnya pada dunia baru untuk dijelajahi, membuatku seperti ditampar!:D
oya, ada satu adegan yang sangat kuat dalam film itu. adalah ketika Temple Grandin menjadi valedictorian dan harus berpidato di hadapan semua lulusan serta keluarga mereka, ia bercerita tentang dirinya, autisme yang ia alami, mesin penekan yang ia ciptakan dan peran ibunya. lalu, ia menyanyikan lagu ini:
When you walk through the storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
There's a golden sky
And the sweet silver song of the lark
Walk on, through the wind
Walk on, through the rain
Though your dreams be tossed and blown
Walk on, walk on, with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
Walk on, walk on, with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
ini adalah lagu dari pertunjukan Carousel (1945), yang baru hari ini kuketahui, sering digunakan sebagai lagu penyemangat, yang juga dijadikan lagu 'kebangsaan' untuk klub sepakbola Liverpool. aha!
tapi berhubung dalam film itu Temple nyanyinya melenceng dari tangga nada yang biasa, jadi PRku berikutnya adalah mencari tahu bagaimana cara menyanyikan lagu ini dengan benar. syukur kalo bisa hapal:))
1 comment:
kisah yang sam.
aku juga liat di hbo nya gak sengaja.
hehe.
boleh tau dapet filmnya dari mana?
kalau download, ada subsnya gak?
share linknya dong, lagi butuh nih. hehe
makasih :D
Post a Comment