Meet Subani, alias Sabine, alias Subénes (yang ini harus diucapkan dengan intonasi manja menggoda), alias Hiawata. Buat nama panggilan yang terakhir, silakan melihat foto supaya tau sebabnya apa dia dipanggil dengan nama anak Kepala Suku Perut Buncit itu. Hihihi...
Selama shooting resort movie tanggal 16-22 April kemarin, di pundak Subani terletak tanggung jawab akan pencahayaan dan penyinaran. Sebagai lighting man, dia harus memastikan kalo setiap gambar yang direkam oleh kamera tampil dengan pencahayaan alami dan enak dipandang.
Sejak hari pertama, namanya langsung terkenal, lebih ngetop dibandingkan kru yang lain. Dan juga bukan karena tampang, soalnya Ali yang lebih disebut-sebut sama Dewanto. *nyumput di balik meja*
Awalnya, seperti biasa, karena Yoyok the stylist selalu salah menyebut namanya. Aku sebut biasa, karena aku aja dia panggil Didi atau Diandra, dan nggak pernah bisa menyebut namaku yang asli. Hari itu, kami denger dia menyebut-nyebut Sabine, yang bikin jadi penasaran... ini nyeritain gadis Perancis yang mana sih?
Dan waktu tau kalo yang disebut Sabine itu adalah Subani, semua yang denger langsung ngakak. Bayangan gadis Perancis yang manis, bertungkai panjang dan berambut pirang menggelombang lenyaplah sudah. Tinggallah Subani yang menerima panggilan baru -dan dia emang noleh juga waktu dipanggil, Sabine.
Waktu shooting dimulai di Tanggayuda, kami melihat langsung kalo diem-diem dia ini galak. Hihihi... Donny yang pertama kali cerita tentang ini waktu ngeliat dia memimpin anak buahnya di lapangan. Kegalakannya nggak ada yang berani membantah. Entah disaat dia memerlukan lampu 600 watt, atau saat dia menegur kru yang bergelimpangan tidak pada tempatnya. Semua seketika patuh, dan pekerjaan jadi beres.
Di hari kedua, bakat terpendam Sabine (yang mulai jadi Subénes gara-gara Iman) mulai tampak. Disela-sela shooting, dia suka melontarkan berbagai tebakan yang menggaring dan peribahasa yang sama nggak pentingnya dengan tebakannya. Dia akan tanya "Apa persamaan jemuran kering dan telepon yang bunyi?" Jawabannya sih obvious. Tapi buat yang belum tau, dia akan dengan senang hati menjelaskan. "Dua-duanya sama-sama harus diangkat"
Sementara itu peribahasanya seringkali berhubungan dengan burung gelatik. Misalnya "Burung gelatik, jaka sembung. Ayo take, jangan bingung." Sumpah garing banget. Nah, bagusnya... dia nggak hanya punya satu line aja untuk burung gelatik. Dan setiap kali si burung keluar, kalimatnya selalu beda karena Sabine memang kreatif.
Shooting hari ketiga di Bisma menghasilkan julukan 'Hiawata'. Jadi hiasan kepala itu adalah hasil dari kegiatan merangkai janur, yang diajarkan Wayan Parwati pada anak-anak kecil, sebagai bagian dari children in-house activities di Komaneka. Setelah semua anak belajar merangkai dan membuat hiasan kepala dari janur, lalu para kru jadi ikutan latah. Bedanya, mereka dengan manja minta dibuatkan dan bukannya bikin sendiri, lalu dipasangin sekalian di kepala masing-masing. Alhasil, sampai malam Subénes masih jadi Hiawata dan Nova jadi Sutradara Kancil.
Selama shooting lima hari itu, wajah Subani selalu jadi merengut setiap kali jimmy-jib mulai dipasang. Dan hanya dia satu-satunya orang yang merasa sangat terganggu dengan benda itu. Sebabnya nggak lain karena jimmy-jib sepanjang 12m itu memberinya kesulitan yang serius untuk menata cahaya.
"Saya mau taruh lampu dimana Mbak, kalo ada benda itu. Seluruh dunia di-shooting. Bingung saya ngatur lampunya gimana" katanya padaku dengan wajah masam. Aku cuma tersenyum. Hehehe, kebayang susahnya. Karena jimmy-jib ini memang memungkinkan kamera bergerak liar namun terkendali ke segala arah, merekam tiap sudut, dan memberi kesan menyeluruh pada rekaman yang dihasilkan.
Sampai hari ini, aku nggak tau siapa nama Pak Operator Jimmy-jib. Dan sampe hari ini juga aku belum pernah denger suaranya. Abis, orangnya pendiem banget. Dia mengendalikan benda sepanjang itu dengan sangat cool. Kalo kata Agus Pande, jadi operator jimmy-jib itu susah banget. Karena dua tangan, kanan dan kiri bekerja dalam ritme yang berbeda. Yang satu tangan untuk panning dan tilting, tangan yang lain untuk memutar arah kamera sampai 360˚ dan kedua tangan bergabung untuk menghasilkan gambar dengan high angle dan low angle. Oyah, sekalian sama zooming in dan zooming out juga. Tampaknya, nggak banyak orang di dunia ini yang bisa mengoperasikannya dengan handal. Karena disini, ada daftar pemilik/operator jimmy-jib di berbagai lokasi di dunia.
Bahkan setelah shooting nyaris berakhir, Subani masih punya cerita. Aku menemukan dia sedang bertanya-tanya sama Chef Bagiana mengenai masak memasak Bebel Betutu. Setelah diselidiki lebih lanjut, Subani ternyata hobi masak! Chef lalu memberinya sejumlah tips untuk menaklukkan bebek, ayam dan ikan dengan panci presto.
Siangnya, waktu semua sudah selesai makan, the last lunch nih, ceritanya... Iman maju ke depan dan kasih farewell speech, mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik antara kru, gank tanjidor pimpinan Donny-Yana dan Komaneka. Menimpali Iman, Nova juga membalas dengan speech yang nggak kalah manisnya. Lalu dengan penuh percaya diri, Subani memberikan testimonialnya "Saya senang karena kru diperlakukan dengan baik. Makan nggak pernah telat. Belum bangun aja makanan udah datang". Hihihi, kayaknya ini setengah menyindir jam kerja yang dimulai pukul 05.00 atau 05.30 setiap hari, sehingga wake up call pada pukul 04.00 atau 04.30 dilakukan bertepatan dengan datangnya kopi dan sarapan pagi.
Setelah itu, Subani meneruskan..."Oyah, saya juga merasa sangat terbantu karena kami nggak dibiarkan bekerja sendiri. Selalu ada staff Komaneka yang mau memberi bantuan. Dan itu, mobil koki juga sangat membantu"
Mendengar istilah 'mobil koki', semua yang ada di ruangan ketawa ngakak tak terkendali. Tinggallah Subani terdiam dengan wajah merah padam bersemu ungu karena malu, setelah sadar kalau seharusnya yang dia sebut adalah 'mobil buggy'. Hihihi...
Selama shooting resort movie tanggal 16-22 April kemarin, di pundak Subani terletak tanggung jawab akan pencahayaan dan penyinaran. Sebagai lighting man, dia harus memastikan kalo setiap gambar yang direkam oleh kamera tampil dengan pencahayaan alami dan enak dipandang.
Sejak hari pertama, namanya langsung terkenal, lebih ngetop dibandingkan kru yang lain. Dan juga bukan karena tampang, soalnya Ali yang lebih disebut-sebut sama Dewanto. *nyumput di balik meja*
Awalnya, seperti biasa, karena Yoyok the stylist selalu salah menyebut namanya. Aku sebut biasa, karena aku aja dia panggil Didi atau Diandra, dan nggak pernah bisa menyebut namaku yang asli. Hari itu, kami denger dia menyebut-nyebut Sabine, yang bikin jadi penasaran... ini nyeritain gadis Perancis yang mana sih?
Dan waktu tau kalo yang disebut Sabine itu adalah Subani, semua yang denger langsung ngakak. Bayangan gadis Perancis yang manis, bertungkai panjang dan berambut pirang menggelombang lenyaplah sudah. Tinggallah Subani yang menerima panggilan baru -dan dia emang noleh juga waktu dipanggil, Sabine.
Waktu shooting dimulai di Tanggayuda, kami melihat langsung kalo diem-diem dia ini galak. Hihihi... Donny yang pertama kali cerita tentang ini waktu ngeliat dia memimpin anak buahnya di lapangan. Kegalakannya nggak ada yang berani membantah. Entah disaat dia memerlukan lampu 600 watt, atau saat dia menegur kru yang bergelimpangan tidak pada tempatnya. Semua seketika patuh, dan pekerjaan jadi beres.
Di hari kedua, bakat terpendam Sabine (yang mulai jadi Subénes gara-gara Iman) mulai tampak. Disela-sela shooting, dia suka melontarkan berbagai tebakan yang menggaring dan peribahasa yang sama nggak pentingnya dengan tebakannya. Dia akan tanya "Apa persamaan jemuran kering dan telepon yang bunyi?" Jawabannya sih obvious. Tapi buat yang belum tau, dia akan dengan senang hati menjelaskan. "Dua-duanya sama-sama harus diangkat"
Sementara itu peribahasanya seringkali berhubungan dengan burung gelatik. Misalnya "Burung gelatik, jaka sembung. Ayo take, jangan bingung." Sumpah garing banget. Nah, bagusnya... dia nggak hanya punya satu line aja untuk burung gelatik. Dan setiap kali si burung keluar, kalimatnya selalu beda karena Sabine memang kreatif.
Shooting hari ketiga di Bisma menghasilkan julukan 'Hiawata'. Jadi hiasan kepala itu adalah hasil dari kegiatan merangkai janur, yang diajarkan Wayan Parwati pada anak-anak kecil, sebagai bagian dari children in-house activities di Komaneka. Setelah semua anak belajar merangkai dan membuat hiasan kepala dari janur, lalu para kru jadi ikutan latah. Bedanya, mereka dengan manja minta dibuatkan dan bukannya bikin sendiri, lalu dipasangin sekalian di kepala masing-masing. Alhasil, sampai malam Subénes masih jadi Hiawata dan Nova jadi Sutradara Kancil.
Selama shooting lima hari itu, wajah Subani selalu jadi merengut setiap kali jimmy-jib mulai dipasang. Dan hanya dia satu-satunya orang yang merasa sangat terganggu dengan benda itu. Sebabnya nggak lain karena jimmy-jib sepanjang 12m itu memberinya kesulitan yang serius untuk menata cahaya.
"Saya mau taruh lampu dimana Mbak, kalo ada benda itu. Seluruh dunia di-shooting. Bingung saya ngatur lampunya gimana" katanya padaku dengan wajah masam. Aku cuma tersenyum. Hehehe, kebayang susahnya. Karena jimmy-jib ini memang memungkinkan kamera bergerak liar namun terkendali ke segala arah, merekam tiap sudut, dan memberi kesan menyeluruh pada rekaman yang dihasilkan.
Sampai hari ini, aku nggak tau siapa nama Pak Operator Jimmy-jib. Dan sampe hari ini juga aku belum pernah denger suaranya. Abis, orangnya pendiem banget. Dia mengendalikan benda sepanjang itu dengan sangat cool. Kalo kata Agus Pande, jadi operator jimmy-jib itu susah banget. Karena dua tangan, kanan dan kiri bekerja dalam ritme yang berbeda. Yang satu tangan untuk panning dan tilting, tangan yang lain untuk memutar arah kamera sampai 360˚ dan kedua tangan bergabung untuk menghasilkan gambar dengan high angle dan low angle. Oyah, sekalian sama zooming in dan zooming out juga. Tampaknya, nggak banyak orang di dunia ini yang bisa mengoperasikannya dengan handal. Karena disini, ada daftar pemilik/operator jimmy-jib di berbagai lokasi di dunia.
Bahkan setelah shooting nyaris berakhir, Subani masih punya cerita. Aku menemukan dia sedang bertanya-tanya sama Chef Bagiana mengenai masak memasak Bebel Betutu. Setelah diselidiki lebih lanjut, Subani ternyata hobi masak! Chef lalu memberinya sejumlah tips untuk menaklukkan bebek, ayam dan ikan dengan panci presto.
Siangnya, waktu semua sudah selesai makan, the last lunch nih, ceritanya... Iman maju ke depan dan kasih farewell speech, mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik antara kru, gank tanjidor pimpinan Donny-Yana dan Komaneka. Menimpali Iman, Nova juga membalas dengan speech yang nggak kalah manisnya. Lalu dengan penuh percaya diri, Subani memberikan testimonialnya "Saya senang karena kru diperlakukan dengan baik. Makan nggak pernah telat. Belum bangun aja makanan udah datang". Hihihi, kayaknya ini setengah menyindir jam kerja yang dimulai pukul 05.00 atau 05.30 setiap hari, sehingga wake up call pada pukul 04.00 atau 04.30 dilakukan bertepatan dengan datangnya kopi dan sarapan pagi.
Setelah itu, Subani meneruskan..."Oyah, saya juga merasa sangat terbantu karena kami nggak dibiarkan bekerja sendiri. Selalu ada staff Komaneka yang mau memberi bantuan. Dan itu, mobil koki juga sangat membantu"
Mendengar istilah 'mobil koki', semua yang ada di ruangan ketawa ngakak tak terkendali. Tinggallah Subani terdiam dengan wajah merah padam bersemu ungu karena malu, setelah sadar kalau seharusnya yang dia sebut adalah 'mobil buggy'. Hihihi...