"Kamu akan pergi ke Belanda!"
Kalimat itu terdengar seperti lagu yang luar biasa merdu, aria terbaik, soneta yang tiada duanya, simfoni yang mendamaikan, menyejukkan, dan tak akan terlupakan. Sekarang aku mendapatkan bukti kalau mimpi yang sungguh-sungguh dipercayai, dikejar, diusahakan, akan jadi kenyataan, karena dunia bisa ditaklukkan dengan harapan.
Terima kasih untuk NESO, yang memberikan satu lagi kesempatan buatku mencapai keinginanku. Untuk para juri: Enda Nasution, Wicaksono dan Raditya Dika (yang blognya tidak perlu aku pasang url-nya di sini karena sudah amat terkenalnya), yang mempercayaiku, dan membuatku semakin percaya kalau apa yang kutulis bisa mempengaruhi banyak orang.
Untuk semua komentar yang aku terima dalam tulisan "Pak Janggut dan Komunitas Global", terima kasih karena tidak seorang pun berpikir untuk menulis 'pertamax', hihihi...
Untuk keluargaku, sahabat dan teman-temanku Ari, Ayin, Naomi, Mahén (I love you), semua yang mendukung sepenuh hati dan percaya kalau aku punya kemampuan itu, dan akan sampai kesana. Untuk Pieter Cornelis Wijn, yang membuat salah satu tokoh komik paling hebat yang pernah kubaca selama masa kecilku, dan untuk Komunitas Pak Janggut Indonesia, yang senantiasa menghidupkan kenangan indah itu dengan kegigihan mereka mencari, men-scan, dan mengupload komik Pak Janggut dalam web mereka. You guys did a marvelous job! Thanks!
Some dreams live on in time forever
Those dreams, you want with all your heart
And I'll do whatever it takes
Follow through with the promise I made
Put it all on the line
What I hope for at last will be mine
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Sunday, May 24, 2009
Monday, May 04, 2009
after dark
ratusan, mungkin ribuan kisah sudah pernah ditulis mengenai hal-hal yang terjadi di malam hari. malam dan kegelapan, seperti makhluk raksasa misterius yang menaungi dan menjadi sebab terjadinya berbagai hal. terutama yang buruk dan mengerikan. film horor, thriller dan suspense lebih sering terjadi di malam hari. sutradaranya pasti jago sekali kalo bikin film horor yang hantunya keluar di tempat terang benderang pada siang hari bolong dan masih bisa ngasih efek ngeri ke yang nonton.
kisah-kisah itu kemudian punya tokoh dan karakternya masing-masing. kegelapan malam menyuburkan kejahatan, menuai ketakutan yang seolah jadi makananya untuk hidup dan merajalela. vampir dan semua makhluk yang haus darah jadi lebih kuat di malam hari. iblis, kuntilanak dan seluruh penjelmaannya juga selalu berkeliaran di malam hari. perampok, segala jenis penjahat (termasuk penjahat kelamin) juga lebih banyak beraksi di malam hari. kecuali perompak, mungkin. apalagi yang di Somalia. tapi toh kulit mereka selegam malam.
waktu kecil, aku pernah mendengar cerita film, tentang bagaimana jiwa kita bisa keluar dari dalam raga dan berjalan-jalan sepanjang malam, berkeliling kota, melihat-lihat pemandangan dan melakukan hal-hal yang dia inginkan tanpa kita sadari, karena kita sedang tidur. dalam film itu, suatu hari ketika sang jiwa hendak kembali pulang ke raganya, ia tidak bisa mengenalinya karena wajah orang tersebut sedang tertutup masker. sejak itu, aku selalu sangat khawatir setiap kali melihat ibuku pergi tidur dengan wajah bermasker atau berbedak dingin. aku berusaha membuat mama memasang maskernya pada pagi hari saja, tapi tentu nggak berhasil. setiap pagi setelah malam horor itu, aku selalu lega menemukan ibuku baik-baik saja. mungkin jiwanya nggak suka keluyuran. atau cukup pintar untuk menentukan tanda untuk 'rumah'nya.
dalam "afteR DaRk", Haruki Murakami menceritakan hal-hal yang terjadi pada suatu malam di belantara beton Tokyo. Mari yang berumur 19 tahun dan menghabiskan malam dengan membaca buku tebal yang entah apa judulnya di Denny's, Takahashi yang berlatih bersama band-nya di salah satu ruang bawah tanah gedung tak jauh dari situ, perempuan Cina pelacur yang jadi sapi perahan geng Cina bermotor dan dipukuli tanpa ampun karena mendadak menstruasi, Shirakawa yang selalu bekerja di malam hari dan hanya bertemu istrinya melalui telepon, Kaoru, Komugi dan Korogi yang bekerja di hotel murahan yang bisa disewa per jam dan Eri Asai yang sedang tidur, tapi mengalami berbagai kejadian aneh.
tokoh-tokoh yang mulanya tunggal kemudian saling bertemu dan kisahnya terjalin kelindan dalam serangkaian kejadian. percakapan-percakapan dalam novel ini terasa sangat nyata dan dan wajar. bahasa ungkapnya yang lugas membuat bangun penceritaan tokoh-tokohnya menelusup lembut nyaris tanpa paksaan, dan tiba-tiba sudah meresap dalam cerita. seperti mimpi yang datang tanpa disadari dan pada pagi hari, yang tersisa hanya ingatan yang samar. tapi ada.
seperti novel-novel Murakami lainnya, "afteR DaRk" dihiasi tokoh-tokoh yang terhisap dalam kesendirian dan menjadi terasing, lalu tak bisa kembali menjadi dirinya karena telah terlanjur mengalami suatu kondisi. yang aku maksud semacam mental breakdown, atau emotional disorder. kurasa karena mereka tidak memilih menyendiri, tapi diasingkan dan dibedakan oleh hal-hal di luar dirinya, yang seringkali tak bisa dikontrol.
kini aku bertanya-tanya, berapa banyak kejadian yang kulewatkan, dan berapa jauh jiwaku telah berkelana, karena aku menghabiskan malam dengan tidur.
Wednesday, April 29, 2009
Pak Janggut dan Komunitas Global
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk mengunjungi tempat-tempat baru. Dalam penelusuran dan pengembaraannya itu, ia selalu menemukan berbagai petualangan yang mengasyikkan, mendebarkan dan fantastis. Sejak kali pertama kami berkenalan, ia langsung menceritakan berbagai petualangannya, kapan pun kami bertemu.
Seperti layaknya pengelana, kawan saya ini hidup sederhana. Nyaris setiap kali kami bertemu, ia memakai pakaian serba hijau tua, kontras dengan rambut dan jenggotnya yang memutih. Bahkan sepatunya pun berwarna hijau, seperti topi berhias bulu warna oranye yang selalu melekat di kepalanya. Di bahunya tersandang sebuah buntelan, yang dibawanya dengan bantuan sepotong kayu.
Saya tidak tahu berapa lama dia sudah hidup sebagai pengelana. Saya hanya mengetahui dia telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Dan sebagai gadis kecil yang tahu bersopan santun, saya tak pernah menanyakan usianya. Saya bersyukur karena di usia yang tampaknya sudah tidak muda lagi, tak terlihat tanda-tanda petualangannya akan segera diakhiri. Selama bertahun-tahun, sekali dalam sepekan, saya bertemu dengannya. Setiap pertemuan selalu mengesankan, dan sepanjang waktu saya tidak berjumpa dengannya, saya akan mengingat-ingat kisah yang dia ceritakan, memutar ulang gambarannya di kepala saya, berharap saya ikut serta dalam petualangannya itu.
Namanya Pak Janggut.
Di negara asalnya ia bernama Douwe Dobbert. Ia adalah tokoh ciptaan Piet Wijn dan Thom Roep, pembuat komik dan penulis cerita dari Belanda. Bersama Pak Janggut dan buntelan ajaib yang selalu menyediakan apa saja yang ia butuhkan, saya berkelana mengelilingi Eropa, Jepang, Afrika, Amerika dan bahkan Negeri Satwa. Saya dikenalkan pada berbagai tokoh dengan bermacam-macam kepribadian. Mulai dari yang iseng, usil dan sering bertengkar seperti tiga penyihir Pompit, Rika dan Domoli; yang pemberani dan tabah seperti Nana si gadis Afrika, yang manis seperti Omika; yang lucu seperti si burung Dodo, yang pengetahuannya luas seperti Kuping Pengingat, bahkan yang jahat dan tak kunjung jera berbuat onar seperti Ludo Lampart dan Wredulia si penyihir.
Tak hanya orang-orang yang kami temui, Pak Janggut juga membawa saya menelusuri keindahan alam dan kekayaan plasma nutfah yang beragam di berbagai belahan dunia. Hutan dan sabana di Afrika, musim salju ganas di Eropa, laut Selatan yang misterius, hal-hal yang hanya bisa ditemui pada lansekap dan rumah di Jepang. Tak seorang pun dapat menyangkal betapa cerita Pak Janggut mengandung nilai pendidikan dan moral yang sangat kaya. Nirkekerasan, anti perbudakan, anti rasialisme, sensitif gender, kemurahan hati untuk berbagi, pelajaran tentang karma, usaha untuk menghadapi dan mengalahkan rasa takut, hanyalah sebagian dari sekian banyak nilai-nilai yang bisa dipelajari dari cerita ini, lengkap dengan pengetahuan dan tambahan wawasan yang sangat berguna. Dalam hal ini, Pak Janggut memberikan dasar bagi setiap anak yang membacanya, termasuk saya, dasar pengetahuan dan nilai yang memungkinkan saya untuk mengenal dunia dengan segala keragamannya tanpa harus pergi keluar dari rumah.
Dalam semangat yang sama, saya menangkap hal-hal serupa juga ditawarkan oleh pendidikan di Belanda. Tentu dengan kedalaman dan penekanan tertentu pada beberapa hal. Kekuatan utama tentu terletak pada kualitas pendidikan dengan standar internasional. Hal ini disebabkan oleh struktur pendidikan yang lebih sempurna, penguasaan ilmu yang lebih baik, tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dan budaya belajar yang jauh lebih matang daripada yang ada di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas akan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk berhubungan dan bersaing di tingkat global.
Aspek lain dari pendidikan dengan standar internasional adalah pertemuan dan pengalaman langsung untuk bergaul di tingkat global, karena standar pendidikan yang tinggi mengundang hadirnya mahasiswa internasional, yang saat ini di Belanda jumlahnya mencapai kisaran 70,000 orang. Angka ini merupakan catatan untuk mahasiswa yang pendidikannya disponsori oleh pemerintah. Belum termasuk yang membiayai pendidikannya secara mandiri, atau melalui jalur swasta. Menjadi mahasiswa di Belanda berarti belajar dan dapat berinteraksi dengan begitu banyak mahasiswa internasional dengan beragam karakter dan kebudayaan yang datang dari lebih dari 45 negara di dunia. Ini tentu membuat kemampuan akademik dan kemampuan bahasa teruji.
Menyoal bahasa, yang ditahbiskan sebagai bahasa internasional tentu adalah Bahasa Inggris. Laporan Newsweek mengenai bahasa menyebutkan bahwa trend pemakaian bahasa tidak berada dalam satu jalur yang lurus dengan pertambahan populasi. Jadi dalam sekurangnya dua dekade dari sekarang, bukan bahasa China atau India yang jumlah penuturnya paling banyak di dunia, melainkan bahasa Inggris. Artikel tersebut bahkan menyebut kepastian bahwa perbandingan jumlah penutur dwi-bahasa (bilingual) dengan penutur asli (native speaker) adalah 3:1. Artinya, sebagian besar warga dunia akan bicara dalam Bahasa Inggris dengan variasi ragam lisan yang membentang dari Afrika sampai Asia, termasuk Australia dan Amerika Latin. Fenomena ini bahkan dapat dijumpai di negara-negara yang memiliki huruf dan bahasanya sendiri, seperti Jepang, Korea dan China. Dengan 1402 program studi internasional yang 1388 diantaranya diajarkan sepenuhnya dalam bahasa Inggris, struktur pendidikan di Belanda jelas disusun dalam langkah yang sejalan dengan kecenderungan masa kini.
Keseluruhan aspek tersebut dirangkum dalam sejarah kebudayaan dan kaitan erat antara Indonesia dan Belanda. Saya yakin banyak mahasiswa Indonesia yang seketika merasakan kedekatan Belanda sebagai rumah kedua segera setelah mereka sampai di sana karena riwayat peradaban yang saling bersinggungan dalam banyak hal ini. Terlebih berbagai fasilitas dan kemudahan yang disediakan pemerintah Belanda, mampu menunjang kebutuhan setiap mahasiswa Indonesia. Hingga selain jarak yang jauh dari tanah air dan cuaca yang berbeda, setiap mahasiswa Indonesia dapat menjadi dirinya sendiri, dan merasakan keakraban yang melekat pada berbagai sudut bangunan tua, peninggalan sejarah dan keramahan yang bersahabat.
Artinya, pendidikan di Belanda mampu memberikan modal yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga seseorang mampu menjadi bagian dari komunitas global secara utuh. Berdiri sejajar dan terlibat pada upaya-upaya global untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik. Dan pada saat yang sama, peningkatan kualitas itu juga disertai dengan kesadaran untuk tetap berakar pada jati diri dan kebudayaan Indonesia.
Seperti layaknya pengelana, kawan saya ini hidup sederhana. Nyaris setiap kali kami bertemu, ia memakai pakaian serba hijau tua, kontras dengan rambut dan jenggotnya yang memutih. Bahkan sepatunya pun berwarna hijau, seperti topi berhias bulu warna oranye yang selalu melekat di kepalanya. Di bahunya tersandang sebuah buntelan, yang dibawanya dengan bantuan sepotong kayu.
Saya tidak tahu berapa lama dia sudah hidup sebagai pengelana. Saya hanya mengetahui dia telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Dan sebagai gadis kecil yang tahu bersopan santun, saya tak pernah menanyakan usianya. Saya bersyukur karena di usia yang tampaknya sudah tidak muda lagi, tak terlihat tanda-tanda petualangannya akan segera diakhiri. Selama bertahun-tahun, sekali dalam sepekan, saya bertemu dengannya. Setiap pertemuan selalu mengesankan, dan sepanjang waktu saya tidak berjumpa dengannya, saya akan mengingat-ingat kisah yang dia ceritakan, memutar ulang gambarannya di kepala saya, berharap saya ikut serta dalam petualangannya itu.
Namanya Pak Janggut.
Di negara asalnya ia bernama Douwe Dobbert. Ia adalah tokoh ciptaan Piet Wijn dan Thom Roep, pembuat komik dan penulis cerita dari Belanda. Bersama Pak Janggut dan buntelan ajaib yang selalu menyediakan apa saja yang ia butuhkan, saya berkelana mengelilingi Eropa, Jepang, Afrika, Amerika dan bahkan Negeri Satwa. Saya dikenalkan pada berbagai tokoh dengan bermacam-macam kepribadian. Mulai dari yang iseng, usil dan sering bertengkar seperti tiga penyihir Pompit, Rika dan Domoli; yang pemberani dan tabah seperti Nana si gadis Afrika, yang manis seperti Omika; yang lucu seperti si burung Dodo, yang pengetahuannya luas seperti Kuping Pengingat, bahkan yang jahat dan tak kunjung jera berbuat onar seperti Ludo Lampart dan Wredulia si penyihir.
Tak hanya orang-orang yang kami temui, Pak Janggut juga membawa saya menelusuri keindahan alam dan kekayaan plasma nutfah yang beragam di berbagai belahan dunia. Hutan dan sabana di Afrika, musim salju ganas di Eropa, laut Selatan yang misterius, hal-hal yang hanya bisa ditemui pada lansekap dan rumah di Jepang. Tak seorang pun dapat menyangkal betapa cerita Pak Janggut mengandung nilai pendidikan dan moral yang sangat kaya. Nirkekerasan, anti perbudakan, anti rasialisme, sensitif gender, kemurahan hati untuk berbagi, pelajaran tentang karma, usaha untuk menghadapi dan mengalahkan rasa takut, hanyalah sebagian dari sekian banyak nilai-nilai yang bisa dipelajari dari cerita ini, lengkap dengan pengetahuan dan tambahan wawasan yang sangat berguna. Dalam hal ini, Pak Janggut memberikan dasar bagi setiap anak yang membacanya, termasuk saya, dasar pengetahuan dan nilai yang memungkinkan saya untuk mengenal dunia dengan segala keragamannya tanpa harus pergi keluar dari rumah.
Dalam semangat yang sama, saya menangkap hal-hal serupa juga ditawarkan oleh pendidikan di Belanda. Tentu dengan kedalaman dan penekanan tertentu pada beberapa hal. Kekuatan utama tentu terletak pada kualitas pendidikan dengan standar internasional. Hal ini disebabkan oleh struktur pendidikan yang lebih sempurna, penguasaan ilmu yang lebih baik, tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dan budaya belajar yang jauh lebih matang daripada yang ada di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas akan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk berhubungan dan bersaing di tingkat global.
Aspek lain dari pendidikan dengan standar internasional adalah pertemuan dan pengalaman langsung untuk bergaul di tingkat global, karena standar pendidikan yang tinggi mengundang hadirnya mahasiswa internasional, yang saat ini di Belanda jumlahnya mencapai kisaran 70,000 orang. Angka ini merupakan catatan untuk mahasiswa yang pendidikannya disponsori oleh pemerintah. Belum termasuk yang membiayai pendidikannya secara mandiri, atau melalui jalur swasta. Menjadi mahasiswa di Belanda berarti belajar dan dapat berinteraksi dengan begitu banyak mahasiswa internasional dengan beragam karakter dan kebudayaan yang datang dari lebih dari 45 negara di dunia. Ini tentu membuat kemampuan akademik dan kemampuan bahasa teruji.
Menyoal bahasa, yang ditahbiskan sebagai bahasa internasional tentu adalah Bahasa Inggris. Laporan Newsweek mengenai bahasa menyebutkan bahwa trend pemakaian bahasa tidak berada dalam satu jalur yang lurus dengan pertambahan populasi. Jadi dalam sekurangnya dua dekade dari sekarang, bukan bahasa China atau India yang jumlah penuturnya paling banyak di dunia, melainkan bahasa Inggris. Artikel tersebut bahkan menyebut kepastian bahwa perbandingan jumlah penutur dwi-bahasa (bilingual) dengan penutur asli (native speaker) adalah 3:1. Artinya, sebagian besar warga dunia akan bicara dalam Bahasa Inggris dengan variasi ragam lisan yang membentang dari Afrika sampai Asia, termasuk Australia dan Amerika Latin. Fenomena ini bahkan dapat dijumpai di negara-negara yang memiliki huruf dan bahasanya sendiri, seperti Jepang, Korea dan China. Dengan 1402 program studi internasional yang 1388 diantaranya diajarkan sepenuhnya dalam bahasa Inggris, struktur pendidikan di Belanda jelas disusun dalam langkah yang sejalan dengan kecenderungan masa kini.
Keseluruhan aspek tersebut dirangkum dalam sejarah kebudayaan dan kaitan erat antara Indonesia dan Belanda. Saya yakin banyak mahasiswa Indonesia yang seketika merasakan kedekatan Belanda sebagai rumah kedua segera setelah mereka sampai di sana karena riwayat peradaban yang saling bersinggungan dalam banyak hal ini. Terlebih berbagai fasilitas dan kemudahan yang disediakan pemerintah Belanda, mampu menunjang kebutuhan setiap mahasiswa Indonesia. Hingga selain jarak yang jauh dari tanah air dan cuaca yang berbeda, setiap mahasiswa Indonesia dapat menjadi dirinya sendiri, dan merasakan keakraban yang melekat pada berbagai sudut bangunan tua, peninggalan sejarah dan keramahan yang bersahabat.
Artinya, pendidikan di Belanda mampu memberikan modal yang menyeluruh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga seseorang mampu menjadi bagian dari komunitas global secara utuh. Berdiri sejajar dan terlibat pada upaya-upaya global untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik. Dan pada saat yang sama, peningkatan kualitas itu juga disertai dengan kesadaran untuk tetap berakar pada jati diri dan kebudayaan Indonesia.
Monday, April 13, 2009
menanam sejarah dunia
sejarah dunia kita sebetulnya ditentukan oleh tanaman.
aku sedang pergi ke stand penjual tanaman yang ada di sepanjang jalan Hayam Wuruk tadi siang dengan Naomi waktu pikiran itu datang. setelah memilih tanaman merambat (yang sampai saat aku menulis, aku masih belum tahu kenapa tanaman ini disebut Lee Kwan Yew), teman serumahku itu bilang kalau dia ingin menanam jeruk, tapi kebingungan jeruk apa yang sebaiknya dipilih. kalau menanam jeruk nipis, buahnya sangat berguna, tapi daunnya nggak bisa dipakai bumbu masak. kalau menanam jeruk purut, daunnya bisa jadi bumbu, tapi buahnya minim sekali dipakai.
"kalau ada tanaman jeruk yang buah dan daunnya sama-sama bisa dipakai, nanti nggak adil buat spesies jeruk yang lainnya, mi" kataku sambil memandangi jeruk yang warnanya belang hijau tua dan kuning.
dan bukankah sejarah Cosa Nostra, yang kita kenal sebagai mafia Italia menyebutkan bahwa organisasi rahasia ini mulai berkembang saat menunggangi tumbuh dan majunya perkebunan jeruk di Sisilia? para anggota mafia memulainya dengan meminta uang keamanan pada para pemilik perkebunan, memaksa mereka membayar sejumlah tertentu jika ingin buah-buah berharga itu selamat mulai dari saat ditanam, panen, sampai pengapalan ke luar negeri. uang keamanan lama kelamaan meningkat jadi pemaksaan sistem ijon, monopoli dagang, bahkan pembunuhan dan pengambilalihan perkebunan jeruk dari pemiliknya yang sah.
jauh sebelum minyak ditemukan dan jadi alasan petaka, tanaman juga yang memicu dimulainya kolonialisasi besar-besaran di Asia. adalah tanaman rempah yang jadi hal, penyebab para petualang lautan mengangkat sauh dan pergi ke selatan, agar mendapatkan lebih banyak lada, pala, cengkeh dan sebangsanya. selama ratusan tahun, tanaman ini jadi alasan kekuatan imperialisme tradisional itu memeras keringat ratusan ribu orang nyaris tanpa sepeser pun imbalan.
lalu ada opium. tanaman yang membiayai nyaris semua pemberontakan bersenjata, kelompok separatis dan rejim militer yang tiran di berbagai negara. tanaman ini juga sudah jadi penyebab malapetaka sejak beratus tahun yang lalu. namun peranannya di masa kini dalam berbagai perang saudara, tampaknya masih akan berlangsung lama.
penebangan hutan untuk diambil kayunya, adalah alasan utama penggundulan paru-paru dunia baik di Kalimantan dan Sumatera maupun di Amazon. tanaman-tanaman kayu keras itu tentu terlihat seperti air mancur uang bagi para pemegang hak pengusahaan hutan, cukong-cukong yang menimbun kekayaan dengan menghancurkan keanekaragaman hayati yang paling kaya.
daftar ini bisa memanjang.
aku jadi curiga kalau ini saatnya kita terjun dalam bidang pertanian untuk dapat menguasai dunia.
aku sedang pergi ke stand penjual tanaman yang ada di sepanjang jalan Hayam Wuruk tadi siang dengan Naomi waktu pikiran itu datang. setelah memilih tanaman merambat (yang sampai saat aku menulis, aku masih belum tahu kenapa tanaman ini disebut Lee Kwan Yew), teman serumahku itu bilang kalau dia ingin menanam jeruk, tapi kebingungan jeruk apa yang sebaiknya dipilih. kalau menanam jeruk nipis, buahnya sangat berguna, tapi daunnya nggak bisa dipakai bumbu masak. kalau menanam jeruk purut, daunnya bisa jadi bumbu, tapi buahnya minim sekali dipakai.
"kalau ada tanaman jeruk yang buah dan daunnya sama-sama bisa dipakai, nanti nggak adil buat spesies jeruk yang lainnya, mi" kataku sambil memandangi jeruk yang warnanya belang hijau tua dan kuning.
dan bukankah sejarah Cosa Nostra, yang kita kenal sebagai mafia Italia menyebutkan bahwa organisasi rahasia ini mulai berkembang saat menunggangi tumbuh dan majunya perkebunan jeruk di Sisilia? para anggota mafia memulainya dengan meminta uang keamanan pada para pemilik perkebunan, memaksa mereka membayar sejumlah tertentu jika ingin buah-buah berharga itu selamat mulai dari saat ditanam, panen, sampai pengapalan ke luar negeri. uang keamanan lama kelamaan meningkat jadi pemaksaan sistem ijon, monopoli dagang, bahkan pembunuhan dan pengambilalihan perkebunan jeruk dari pemiliknya yang sah.
jauh sebelum minyak ditemukan dan jadi alasan petaka, tanaman juga yang memicu dimulainya kolonialisasi besar-besaran di Asia. adalah tanaman rempah yang jadi hal, penyebab para petualang lautan mengangkat sauh dan pergi ke selatan, agar mendapatkan lebih banyak lada, pala, cengkeh dan sebangsanya. selama ratusan tahun, tanaman ini jadi alasan kekuatan imperialisme tradisional itu memeras keringat ratusan ribu orang nyaris tanpa sepeser pun imbalan.
lalu ada opium. tanaman yang membiayai nyaris semua pemberontakan bersenjata, kelompok separatis dan rejim militer yang tiran di berbagai negara. tanaman ini juga sudah jadi penyebab malapetaka sejak beratus tahun yang lalu. namun peranannya di masa kini dalam berbagai perang saudara, tampaknya masih akan berlangsung lama.
penebangan hutan untuk diambil kayunya, adalah alasan utama penggundulan paru-paru dunia baik di Kalimantan dan Sumatera maupun di Amazon. tanaman-tanaman kayu keras itu tentu terlihat seperti air mancur uang bagi para pemegang hak pengusahaan hutan, cukong-cukong yang menimbun kekayaan dengan menghancurkan keanekaragaman hayati yang paling kaya.
daftar ini bisa memanjang.
aku jadi curiga kalau ini saatnya kita terjun dalam bidang pertanian untuk dapat menguasai dunia.
Friday, April 10, 2009
tentang perjalanan
Anggun pergi meninggalkan Indonesia saat ia masih sangat belia, 20 tahun. di halaman Wikipedianya tertulis, setelah mendapatkan kesuksesan di Indonesia sejak berusia 12 tahun, Anggun memutuskan untuk pergi ke Eropa dan memulai karir internasionalnya.
berapa banyak dari kita mengukur kesuksesan dengan cara yang sama seperti Anggun? meninggalkan kampung halaman dan pergi ke belahan dunia yang dianggap lebih maju, untuk mengejar sesuatu yang tidak bisa didapatkan di negara sendiri.
berapa banyak dari kita yang merasa, semakin banyak bagian dunia yang pernah disinggahi, berbanding lurus dengan pencapaian kita. dan ini bukan isian formulir frequent flyer.
aku adalah satu diantara semua orang itu.
yang sudah gatal ingin pergi jauh dan melihat betapa luasnya dunia yang selama ini kujelajahi hanya lewat halaman buku, majalah dan halaman website (apa sih bahasa Indonesia bakunya?). yang merasa iri membaca plurk seorang teman yang sedang bersiap pergi ke Guggenheim, merespon plurknya dengan permintaan untuk mengajakku ikut serta.
lalu di suatu kali yang lain, aku bertemu dengan orang-orang yang merasa menemukan rumah dan kebahagiaannya di negaraku. dan pada kali-kali berikutnya aku mendapati kalau perasaan seperti itu dimiliki oleh begitu banyak orang yang setelah datang menolak untuk kembali lagi "hidupku muram dan menyedihkan di tempat yang dingin dan gelap itu. di sini, semua terang dan bercahaya". maka meski masih tetap mengomeli ketidakberesan dan kecerobohan yang terus terjadi diantara setumpuk kebodohan, mereka tetap tinggal. seperti siap mengambil alih tempat yang ingin kutinggalkan.
orang lain yang telah menjelajahi banyak tempat sebelum memutuskan untuk kembali berkata padaku bahwa tidak ada tempat lain yang lebih baik daripada rumah sendiri, negara sendiri. betapapun tertib, maju, banyaknya uang yang didapatkan. tapi bagiku, kata-katanya adalah sebuah misteri yang masih harus dipecahkan sendiri, karena barangkali, kalau detektifnya beda, penyelesaian kasusnya juga akan berlainan.
dan suatu hari Anggun diwawancarai oleh Weekender. saat ditanya tentang keputusan paling gila yang pernah dilakukannya, ia menjawab: meninggalkan Indonesia.
berapa banyak dari kita mengukur kesuksesan dengan cara yang sama seperti Anggun? meninggalkan kampung halaman dan pergi ke belahan dunia yang dianggap lebih maju, untuk mengejar sesuatu yang tidak bisa didapatkan di negara sendiri.
berapa banyak dari kita yang merasa, semakin banyak bagian dunia yang pernah disinggahi, berbanding lurus dengan pencapaian kita. dan ini bukan isian formulir frequent flyer.
aku adalah satu diantara semua orang itu.
yang sudah gatal ingin pergi jauh dan melihat betapa luasnya dunia yang selama ini kujelajahi hanya lewat halaman buku, majalah dan halaman website (apa sih bahasa Indonesia bakunya?). yang merasa iri membaca plurk seorang teman yang sedang bersiap pergi ke Guggenheim, merespon plurknya dengan permintaan untuk mengajakku ikut serta.
lalu di suatu kali yang lain, aku bertemu dengan orang-orang yang merasa menemukan rumah dan kebahagiaannya di negaraku. dan pada kali-kali berikutnya aku mendapati kalau perasaan seperti itu dimiliki oleh begitu banyak orang yang setelah datang menolak untuk kembali lagi "hidupku muram dan menyedihkan di tempat yang dingin dan gelap itu. di sini, semua terang dan bercahaya". maka meski masih tetap mengomeli ketidakberesan dan kecerobohan yang terus terjadi diantara setumpuk kebodohan, mereka tetap tinggal. seperti siap mengambil alih tempat yang ingin kutinggalkan.
orang lain yang telah menjelajahi banyak tempat sebelum memutuskan untuk kembali berkata padaku bahwa tidak ada tempat lain yang lebih baik daripada rumah sendiri, negara sendiri. betapapun tertib, maju, banyaknya uang yang didapatkan. tapi bagiku, kata-katanya adalah sebuah misteri yang masih harus dipecahkan sendiri, karena barangkali, kalau detektifnya beda, penyelesaian kasusnya juga akan berlainan.
dan suatu hari Anggun diwawancarai oleh Weekender. saat ditanya tentang keputusan paling gila yang pernah dilakukannya, ia menjawab: meninggalkan Indonesia.
Wednesday, March 25, 2009
NGAK Sindrom
NGAK Sindrom adalah sebuah kumpulan gejala-gejala yang menyangkut, identik dan kerapkali dikaitkan dengan kemampuan berbahasa Indonesia seseorang, yang utamanya dapat dikenali dari ketidakmampuannya menulis kata 'nggak' dengan baik dan benar. Diketahui bahwa riwayat pendidikan berbahasa dan kepeduliannya pada kenyamanan mata orang lain dapat menjadi dua penyebab umum timbulnya sindrom ini. Namun sebab lainnya dipercaya terkait dengan kondisi kejiwaan seseorang sehingga yang bersangkutan mengalami sindrom ini. NGAK Sindrom memiliki tingkatan berbeda-beda, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat, saat penderitanya dipercaya memiliki gejala kelainan jiwa berupa haus perhatian yang berlebihan, berkepribadian ganda, sampai mempermalukan diri sendiri secara menyedihkan dalam berhubungan dengan lawan jenis.
Para penderita NGAK Sindrom sebaiknya dikumpulkan dalam satu tempat dan diberi akses yang terbatas pada orang yang tidak memiliki sindrom yang sama atau dunia luar, agar para penderita bisa saling menyiksa sesamanya, dan tidak melibatkan mereka yang punya nalar dan akal yang sehat.
Gejala
Tidak bisa menulis 'nggak' dengan dua 'g' atau 'ga' saja untuk menyatakan tidak. Menulis sms dengan singkatan yang dibuat seenaknya, seringkali setiap kata pokoknya hurufnya konsonan semua, meskipun singkatan itu tidak dipahami maksudnya oleh orang lain. Penggunaan bahasa Inggris yang salah eja, dengan gaya bahasa yang buruk dan tidak pada tempatnya. Menggunakan koma berjajar tiga dan secara menakjubkan menganggapnya setara dengan elipsis. Tentu saja tidak bisa memakai spasi dengan benar diantara tanda koma dan titik, serta selalu menemukan cara untuk membuat kalimat yang ditulisnya tidak mudah dibaca. Sebagian besar penderita NGAK Sindrom menganggap dirinya penulis kode rahasia dan sebagian yang lainnya adalah pemecah kode. Meskipun jika kita, manusia yang kemampuan bahasanya lebih superior, membalas sms mereka dengan cara mereka menulis sms, mereka akan bingung.
Ciri umum penderita NGAK Sindrom adalah orangnya aneh-aneh atau tidak beres. Ada diantaranya yang suka curhat secara tidak penting, tanpa peduli curhatnya sama siapa. Ada pula yang punya kecenderungan berselingkuh. Yang lain lagi cenderung psycho dengan menghantui mantan pacar dengan alasan yang dibuat-buat, gemar meneror melalui sms, telepon dan kunjungan mendadak seperti operasi pasar bulog namun dengan target yang salah. Penderita yang lain dipercaya berkepribadian ganda, karena kalau sedang marah dan diajak berkenalan, nama yang disebutkan bisa berbeda dengan nama biasanya. Dalam beberapa kasus diketahui penderita cenderung agresif dan selalu menyalahkan orang lain dengan membabi buta, berpikiran sempit, tidak bisa diajak bicara dengan logika wajar secara dewasa, kerap mengeluh dan melampiaskan ketidakmampuannya menghadapi sesuatu pada orang lain secara sembarangan.
Tahap Akut
Penderita NGAK Sindrom dalam taraf ini biasanya sering mengalami di-ban dari komunitas yang menyaratkan anggotanya memiliki kemampuan intelektual dan daya nalar yang tinggi, dengan tidak menganggap dirinya paling penting dan paling oke sendiri. Ia juga akan diberhentikan dari hubungan, yang biasanya membuat mantan pasangannya jadi lebih pusing karena seketika akan menerima teror. Penderita akut terkait erat dengan Attention Deficiency Disorder, Mania Disorder dan kondisi Bipolar. Silakan mencari informasi sendiri di Wikipedia mengenai hal ini.
Pengobatan
Pada penderita yang usianya lebih dari 25 tahun, sayang sekali sindrom ini sangat berbahaya dan kemungkinan besar tidak dapat diobati. Pada penderita usia sekolah, silakan segera pindah sekolah supaya mendapatkan guru Bahasa Indonesia yang lebih baik. Bagi penderita yang lain, perlu kiranya segera membeli buku-buku self-help berbahasa Indonesia, EYD, kursus penulisan, dan jangan sekali-kali melamar menjadi wartawan kalau tidak berencana bunuh diri dalam waktu cepat akibat disiksa oleh Editor Bahasa.
Psikofarmakologi
Dosis tingging Sodium Chloride, As 33 74.92, O-isopropyl methylphosphonofluoridate GB, diseduh selama tiga menit dan ditambah madu bagi yang tidak tahan pahit. Jangan tambahkan MSG.
Penanganan Korban
Bagi mereka yang mengalami hal-hal tidak mengenakkan setelah berhubungan dengan para penderita NGAK Sindrom, harap mencari pertolongan untuk ketenangan jiwa secepatnya pada keluarga, sahabat dan teman dekat agar tidak mengalami trauma berkepanjangan.
Para penderita NGAK Sindrom sebaiknya dikumpulkan dalam satu tempat dan diberi akses yang terbatas pada orang yang tidak memiliki sindrom yang sama atau dunia luar, agar para penderita bisa saling menyiksa sesamanya, dan tidak melibatkan mereka yang punya nalar dan akal yang sehat.
Gejala
Tidak bisa menulis 'nggak' dengan dua 'g' atau 'ga' saja untuk menyatakan tidak. Menulis sms dengan singkatan yang dibuat seenaknya, seringkali setiap kata pokoknya hurufnya konsonan semua, meskipun singkatan itu tidak dipahami maksudnya oleh orang lain. Penggunaan bahasa Inggris yang salah eja, dengan gaya bahasa yang buruk dan tidak pada tempatnya. Menggunakan koma berjajar tiga dan secara menakjubkan menganggapnya setara dengan elipsis. Tentu saja tidak bisa memakai spasi dengan benar diantara tanda koma dan titik, serta selalu menemukan cara untuk membuat kalimat yang ditulisnya tidak mudah dibaca. Sebagian besar penderita NGAK Sindrom menganggap dirinya penulis kode rahasia dan sebagian yang lainnya adalah pemecah kode. Meskipun jika kita, manusia yang kemampuan bahasanya lebih superior, membalas sms mereka dengan cara mereka menulis sms, mereka akan bingung.
Ciri umum penderita NGAK Sindrom adalah orangnya aneh-aneh atau tidak beres. Ada diantaranya yang suka curhat secara tidak penting, tanpa peduli curhatnya sama siapa. Ada pula yang punya kecenderungan berselingkuh. Yang lain lagi cenderung psycho dengan menghantui mantan pacar dengan alasan yang dibuat-buat, gemar meneror melalui sms, telepon dan kunjungan mendadak seperti operasi pasar bulog namun dengan target yang salah. Penderita yang lain dipercaya berkepribadian ganda, karena kalau sedang marah dan diajak berkenalan, nama yang disebutkan bisa berbeda dengan nama biasanya. Dalam beberapa kasus diketahui penderita cenderung agresif dan selalu menyalahkan orang lain dengan membabi buta, berpikiran sempit, tidak bisa diajak bicara dengan logika wajar secara dewasa, kerap mengeluh dan melampiaskan ketidakmampuannya menghadapi sesuatu pada orang lain secara sembarangan.
Tahap Akut
Penderita NGAK Sindrom dalam taraf ini biasanya sering mengalami di-ban dari komunitas yang menyaratkan anggotanya memiliki kemampuan intelektual dan daya nalar yang tinggi, dengan tidak menganggap dirinya paling penting dan paling oke sendiri. Ia juga akan diberhentikan dari hubungan, yang biasanya membuat mantan pasangannya jadi lebih pusing karena seketika akan menerima teror. Penderita akut terkait erat dengan Attention Deficiency Disorder, Mania Disorder dan kondisi Bipolar. Silakan mencari informasi sendiri di Wikipedia mengenai hal ini.
Pengobatan
Pada penderita yang usianya lebih dari 25 tahun, sayang sekali sindrom ini sangat berbahaya dan kemungkinan besar tidak dapat diobati. Pada penderita usia sekolah, silakan segera pindah sekolah supaya mendapatkan guru Bahasa Indonesia yang lebih baik. Bagi penderita yang lain, perlu kiranya segera membeli buku-buku self-help berbahasa Indonesia, EYD, kursus penulisan, dan jangan sekali-kali melamar menjadi wartawan kalau tidak berencana bunuh diri dalam waktu cepat akibat disiksa oleh Editor Bahasa.
Psikofarmakologi
Dosis tingging Sodium Chloride, As 33 74.92, O-isopropyl methylphosphonofluoridate GB, diseduh selama tiga menit dan ditambah madu bagi yang tidak tahan pahit. Jangan tambahkan MSG.
Penanganan Korban
Bagi mereka yang mengalami hal-hal tidak mengenakkan setelah berhubungan dengan para penderita NGAK Sindrom, harap mencari pertolongan untuk ketenangan jiwa secepatnya pada keluarga, sahabat dan teman dekat agar tidak mengalami trauma berkepanjangan.
Thursday, March 19, 2009
yang bermula, berubah dan berakhir
- aku pindah ke Pakisaji. berakhirlah masa tinggal di kos dan mulai tinggal di rumah lagi.
- perjalanan dari rumah ke kantor yang biasanya cuma selemparan kebo, sekarang jadi 30-45 menitan, yang biasanya dipakai untuk daydreaming sepanjang jalan.
- bisa berangkat ke kantor jam 7.30! sebuah prestasi tersendiri buatku :D
- menyaksikan pernikahan tetangga awal bulan lalu. lengkap dengan heboh dan dramanya, sekarang Pippi dan Jeffrey udah jadi Tuan dan Nyonya.
- dalam selang waktu dua hari, dua orang temanku melahirkan, dua-duanya laki-laki. yang satu di Malang, satu di Ubud. apakah nasib akan mempertemukan mereka suatu hari nanti?
- tinggal serumah dengan Naomi dalam hubungan antara ibu dan anak. tentu saja aku yang jadi anaknya.
- menyaksikan hidup sahabatku saat memulai, berhubungan dan mengakhiri kisah dengan seorang perempuan yang nggak biasa. sampai hari ini masih terus prihatin pada kemalangannya. yang sebaiknya nggak dipasang di CV, apalagi facebook.
- rajin ngecek wikipedia untuk istilah-istilah gangguan kejiwaan. mulai meragukan kewarasan diri sendiri karena menemukan sejumlah gejala yang cocok dengan attention disorder dan mania. tapi katanya kalo masih sadar berarti nggak segitu sakit jiwanya, ya?
- makin sadar kalau pindahan itu melelahkan. kayak nggak ada selesainya beberes. nyaris gak percaya kalo ini tempat tinggalku yang ke-12.
- makan masakan rumah setiap hari sampai semua makanan di warung terasa hambar, kurang bumbu, atau kebanyakan msg.
- masih tentang msg, dalam satu tahun terakhir aku cuma pernah makan indomie 3 kali. *bangga*
- doh, blogpost macam apa, ini?
Monday, February 23, 2009
dreams
So yeah, dreams are important. And I think there are more dreamers today than ever before in the history of anything... but... they're so afraid, so many of them. Afraid to lose all their 'manageable misery.' It's all just so... so... pathetic. Pathetic... and selfish. Are you seriously telling me... that you would deny the world an exquisite painting just because the cardboard firm from down the street is hiring? That you'd stay out of politics because your mates would think you a twat? That the greatest secrets of quantum physics would go forever unearthed... because Dad thinks girls are fit only for babymaking? Does that really sound good enough for you? Really? Maddening! And don't you dare tell me I'm unrealistic. I know a body's chance of sinking their claws into a dream are fairly grim. But... not to try? To settle into the gray doldrums with nary a peep?quote ini adalah quote lengkap dari potongan yang aku tulis di bagian atas blogku. aku tertegun cukup lama waktu membacanya. kayaknya harus buru-buru nyari komiknya, deh.
(Serenity Rose)
Wednesday, February 11, 2009
365 days
I don't know if you're interested in this detail, but I was just about to tell you that I love him. I love him, and I don't care what you think. I love him for the man he wants to be, and I love him for the man he almost is. I love him.
(Dorothy in Jerry Maguire, 1996)
Tuesday, February 10, 2009
sepasang mata kedua
cerita film penerangan jaman dulu ternyata sangat mengena dan merasuk ke jiwa. saat mulai merasa kalau pandanganku kabur pada pergantian hari, yang pertama kali terpikir adalah rabun senja yang banyak diidap oleh anak-anak yang kurang gizi dalam film-film buatan Departemen Penerangan. tapi masak ya aku kurang gizi? lha wong daftar makanannya tiap hari aja panjang lebar dan bermacam-macam jenis.
lalu waktu rasanya mulai kabur kalau nonton film dengan subtitle sambil tiduran, aku pikir yang harus diganti adalah TV-nya. maklum TV jadul inventaris kos-kosan. ada TV aja udah bagus. tapi setelah dua gejala ini berlangsung beberapa minggu, dan rasanya semakin nggak nyaman, aku putuskan untuk pergi ke dokter mata.
dan pada pemeriksaan pertama, disebut kalau mataku ada silindrisnya. tapi dasar dokter spesialis, tampaknya dari awal pertemuan udah diukur, berapa kalimat yang bisa dia ucapkan, sesuai dengan tarif yang ingin dia pungut. aku cuma dapat kesimpulan kalau mataku bermasalah, terlalu lelah, kurang istirahat, dan harus diobati selama satu minggu, sambil dicek ulang ukuran silindrisnya minggu depan.
nah, dalam resep yang aku terima seminggu kemudian, tertera keterangan kalau kedua mataku masing-masing ber-silinder 0.25, lalu mata kanan minusnya 0.50, sementara mata kiri 0.25. kalo harus nyeritain ini dalam bahasa Inggris aku agak kerepotan. minus itu far sighted atau near sighted sih?
yang jelas, concern-ku yang paling pertama dan utama adalah bingkai kacamata. tetep. hihihi, sebelum resepnya keluar, aku udah memutuskan kalau yang akan aku pakai adalah kacamata dengan model yang mirip atau sama dengan yang dipakai Rachel Weisz dalam Absolutely, Maybe. film yang bikin semua cowok kalah romantis daripada Ryan Reynolds (yang di kehidupan nyata mencampakkan Alanis Morissette untuk Scarlett Johansson.
mencarinya ternyata gampang-gampang susah. aku memang suka kesan klasik dan serius yang ditunjukkan bingkai kacamata itu. dan karena klasik, aku nggak mau kalo ada corak norak, dekorasi nggak penting, tulisan logo yang gede dan berkilauan menusuk mata, dst, dsb. berkeliling di optik mahal cuma bikin aku sakit hati karena yang masuk kriteriaku harganya bisa 2 juta lewat, jumlah yang mendingan dipake buat beli hdd eksternal plus tambahan memori. sementara kalau yang harganya nanggung, terlalu banyak pernak-perniknya. aku nggak ngerti deh kenapa uang satu juta seperti nggak ada harganya di Optik Seis.
sementara itu, berkeliling di optik-optik yang nggak punya nama besar berarti pilihan yang sangat sedikit, bingkai yang tampak murahan, rapuh dan kalau dipakai rasanya serba nggak pas dan serba nggak enak. hayah.
sampai kemudian aku masuk ke Optik Sahabat di Jalan Diponegoro, Denpasar. di situlah aku menemukan bingkai kacamata yang kucari-cari. pelayannya ramah dan bisa 'membaca' keinginan pelanggan. entah bagaimana dia bisa tahu, bingkai pertama yang dia tunjukkan adalah bingkai yang sama persis dengan bingkai yang kulihat di optik lain, dan yang aku suka, tapi harganya kemahalan. di optik ini, bingkai itu harganya jadi 30% lebih murah. dan kebetulan, waktu aku datang mereka sedang punya program diskon dan pembagian angpau buat pelanggan yang membeli bingkai sekaligus lensanya. maka dari harga yang sudah kuanggap murah itu, aku masih mendapat diskon 30% dan bisa mengambil satu angpau undian. yang memberiku uang US$4. hihihi... seneng deh.
kayaknya lain kali harus bawa-bawa Mimi lagi kalau mau keliling cari barang. dua hari beli ini itu sama dia dapet diskon terus dimana-mana. :D
Sunday, February 08, 2009
Made in China
waktu nonton Dragon: The Bruce Lee Story, aku tertarik sama adegan saat Bruce Lee bersama dengan seorang sutradara digambarkan merancang sebuah film seri televisi mengenai seorang pendeta Shaolin bernama Kwai Chang Caine yang melakukan perjalanan melintasi daerah barat Amerika hanya dengan bermodalkan kemampuan beladiri (mengutip Mira: artial mart), untuk mencari saudara kandungnya. masih dalam film yang sama, digambarkan kalau ide film itu akhirnya dicuri oleh Warner Bros. yang kemudian menyerahkan peran utama dalam Kung Fu pada David Carradine.
disebutkan bahwa alasan tidak dipakainya Lee adalah karena publik Amerika saat itu diyakini tidak akan menyukai aktor Asia atau non-kulit putih. dasar rasis.
etapi, aku juga lantas bingung sendiri, jadi Carradine itu orang apa?
aktor yang sejak tahun 70-an nyaris selalu berperan jadi pendekar Cina yang kung fu-nya canggih itu ternyata mendapatkan mata sipitnya dari leluhurnya yang berdarah Cherokee. sementara unsur lain dalam darahnya diketahui mengandung gen dari Irlandia, Inggris, Skotlandia, Wales, Jerman, Spanyol, Italia dan Ukraina. nggak ada cipratan atau bau-bau Cina-nya! tapi ternyata sebanyak apapun campurannya, jadinya tetap seperti orang Cina.
kalau kata Henny sih, fakta tentang David Carradine itu menunjukkan kebenaran pepatah lama yang sangat terkenal. "its all the same. all made in Taiwan" sementara Taiwan adalah Republic of China.
disebutkan bahwa alasan tidak dipakainya Lee adalah karena publik Amerika saat itu diyakini tidak akan menyukai aktor Asia atau non-kulit putih. dasar rasis.
etapi, aku juga lantas bingung sendiri, jadi Carradine itu orang apa?
aktor yang sejak tahun 70-an nyaris selalu berperan jadi pendekar Cina yang kung fu-nya canggih itu ternyata mendapatkan mata sipitnya dari leluhurnya yang berdarah Cherokee. sementara unsur lain dalam darahnya diketahui mengandung gen dari Irlandia, Inggris, Skotlandia, Wales, Jerman, Spanyol, Italia dan Ukraina. nggak ada cipratan atau bau-bau Cina-nya! tapi ternyata sebanyak apapun campurannya, jadinya tetap seperti orang Cina.
kalau kata Henny sih, fakta tentang David Carradine itu menunjukkan kebenaran pepatah lama yang sangat terkenal. "its all the same. all made in Taiwan" sementara Taiwan adalah Republic of China.
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...