bagaimana harus kukenang Langnau?
desa sunyi di lembah Sihltal yang tampak bagai kartupos, hembusan angin sejuk pegunungan dan lolongan serigala yang sayup-sayup terdengar dari Wildpark Langenberg yang pintu masuknya hanya berjarak sepuluh menit jalan kaki dari rumah. hutan konservasi yang juga berisi kijang, rusa, kambing gunung, rubah, berbagai jenis hewan pengerat dan kucing hutan. celotehan ramai anak-anak TK, bayi-bayi dan ibu-ibu yang bertukar gosip dalam bis yang membawa mereka pulang dari playgroup yang letaknya hanya berselang dua bangunan dari sebuah rumah jompo berdinding batu dan berhalaman taman bunga. keramahan pasangan yang aku kunjungi, serta anjing mereka, Raya, yang mendadak kegirangan setiap saat dan melupakan tata krama yang dipelajarinya di sekolah, persis seperti anak kecil yang sibuk cari perhatian saat ada tamu datang ke rumah.
jalan-jalan beraspal halus yang lengang dan kanan-kirinya ditumbuhi pepohonan dan rimbunan berbagai jenis semak berry, buah-buahnya yang luruh mewarnai trotoar dengan cairan merah tua, ungu, biru tua nyaris hitam. setiap saat kami lengah, dengan serta merta Raya akan menyurukkan kepalanya ke dalam semak, mengunyah berry sampai sari-sarinya berlelehan dari sela-sela mulutnya. dan karena udara hari itu teramat panas, setiap beberapa meter sekali, Raya akan melompat masuk ke dalam selokan yang airnya sejernih air PAM di negaraku, cockier spaniel berbulu gondrong itu tampak begitu bahagia di dalam air karena berhasil mengenyahkan gerah yang melingkupinya. dalam suhu 25˚C, tak hanya manusia, binatang di Swiss pun merasa kegerahan.
dan saat ia melihat burung terbang rendah, darah pemburu yang mengalir dalam diri anjing sejenisnya menggelegak. membuatnya meloncat dan mengejar burung-burung malang itu sambil menyalak-nyalak ganas. berhasil atau tidak, tak berapa lama kemudian ia akan kembali dengan mulut yang nyengir lebar, lidah kemerahan terjulur, terengah-engah...
atau, rumah petani yang hanya lima belas menit jalan kaki jauhnya dari halaman tempat aku menyantap bolu pandan yang manis-gurih dan teh beraroma buah yang wangi segar. dengan kandang kuda, kandang sapi, hamparan gandum yang menguning keemasan, kebun apel yang dahan-dahannya merunduk diberati buah, dan gundukan balok-balok jerami... aku seperti melihat penjelmaan peternakan nenek bebek dari album komik Donal karya Walt Disney.
dan masakan Wisnu yang mengagumkan. sarapan tanpa cela, pilihan restoran yang cermat untuk makan siang yang tak terlupakan... belum pernah aku makan makanan vegetarian seenak itu, serta hidangan santap malam yang sampai sekarang masih kuingat kelezatannya, Veal Schnitzel and Spaghetti Milanese. aku bertekad suatu hari bisa menemukan daging sapi selembut itu untuk dibuat jadi masakan yang sama.
desa yang hanya berjarak sekitar 15 menit naik mobil dari pusat kota Zurich ini juga mudah dijangkau dengan kereta api dan bus. dari stasiun Zurich, naik kereta S-Bahn Zürich di peron S4. sesampai di Langnau-Gattikon 21 menit kemudian, naik bus Zimmemberg, yang bisa membawa kita sampai ke berbagai pelosok lembah Sihl.
desa sunyi di lembah Sihltal yang tampak bagai kartupos, hembusan angin sejuk pegunungan dan lolongan serigala yang sayup-sayup terdengar dari Wildpark Langenberg yang pintu masuknya hanya berjarak sepuluh menit jalan kaki dari rumah. hutan konservasi yang juga berisi kijang, rusa, kambing gunung, rubah, berbagai jenis hewan pengerat dan kucing hutan. celotehan ramai anak-anak TK, bayi-bayi dan ibu-ibu yang bertukar gosip dalam bis yang membawa mereka pulang dari playgroup yang letaknya hanya berselang dua bangunan dari sebuah rumah jompo berdinding batu dan berhalaman taman bunga. keramahan pasangan yang aku kunjungi, serta anjing mereka, Raya, yang mendadak kegirangan setiap saat dan melupakan tata krama yang dipelajarinya di sekolah, persis seperti anak kecil yang sibuk cari perhatian saat ada tamu datang ke rumah.
jalan-jalan beraspal halus yang lengang dan kanan-kirinya ditumbuhi pepohonan dan rimbunan berbagai jenis semak berry, buah-buahnya yang luruh mewarnai trotoar dengan cairan merah tua, ungu, biru tua nyaris hitam. setiap saat kami lengah, dengan serta merta Raya akan menyurukkan kepalanya ke dalam semak, mengunyah berry sampai sari-sarinya berlelehan dari sela-sela mulutnya. dan karena udara hari itu teramat panas, setiap beberapa meter sekali, Raya akan melompat masuk ke dalam selokan yang airnya sejernih air PAM di negaraku, cockier spaniel berbulu gondrong itu tampak begitu bahagia di dalam air karena berhasil mengenyahkan gerah yang melingkupinya. dalam suhu 25˚C, tak hanya manusia, binatang di Swiss pun merasa kegerahan.
dan saat ia melihat burung terbang rendah, darah pemburu yang mengalir dalam diri anjing sejenisnya menggelegak. membuatnya meloncat dan mengejar burung-burung malang itu sambil menyalak-nyalak ganas. berhasil atau tidak, tak berapa lama kemudian ia akan kembali dengan mulut yang nyengir lebar, lidah kemerahan terjulur, terengah-engah...
atau, rumah petani yang hanya lima belas menit jalan kaki jauhnya dari halaman tempat aku menyantap bolu pandan yang manis-gurih dan teh beraroma buah yang wangi segar. dengan kandang kuda, kandang sapi, hamparan gandum yang menguning keemasan, kebun apel yang dahan-dahannya merunduk diberati buah, dan gundukan balok-balok jerami... aku seperti melihat penjelmaan peternakan nenek bebek dari album komik Donal karya Walt Disney.
dan masakan Wisnu yang mengagumkan. sarapan tanpa cela, pilihan restoran yang cermat untuk makan siang yang tak terlupakan... belum pernah aku makan makanan vegetarian seenak itu, serta hidangan santap malam yang sampai sekarang masih kuingat kelezatannya, Veal Schnitzel and Spaghetti Milanese. aku bertekad suatu hari bisa menemukan daging sapi selembut itu untuk dibuat jadi masakan yang sama.
desa yang hanya berjarak sekitar 15 menit naik mobil dari pusat kota Zurich ini juga mudah dijangkau dengan kereta api dan bus. dari stasiun Zurich, naik kereta S-Bahn Zürich di peron S4. sesampai di Langnau-Gattikon 21 menit kemudian, naik bus Zimmemberg, yang bisa membawa kita sampai ke berbagai pelosok lembah Sihl.