Friday, April 07, 2006

kamu bisa takut. aku juga

aku takut anjing. betul-betul takut anjing. ini bukan sesuatu yang aku buat-buat, atau sesuatu yang kadang-kadang datang, lalu kadang-kadang pergi. jadi pertanyaan seperti "kamu kan udah setahun tinggal di Ubud, kok masih takut anjing?" atau "kamu takut anjing karena kamu muslim ya?" sama sekali nggak relevan buat aku. aku pikir kalaupun aku ikut sekte terlarang semacam Aum Shinrikyo dan tinggal di Pegunungan Andes pun, aku tetap akan takut anjing. ketakutan itu nggak dibentuk oleh dimana aku tinggal, atau apa kepercayaanku. ketakutan itu dibentuk oleh anjing. jadi, kalau makhluk bernama anjing itu nggak ada, ketakutan itu pun akan sirna. seberapa sulit sih memahami hal ini?

makanya aku paling nggak suka kalau ada yang bilang sama aku bahwa aku nggak boleh menunjukkan ketakutanku, karena ketakutan itu akan membuat anjing mendekatiku. kalau kamu tau aku takut anjing, dan kamu teman yang baik yang nggak takut anjing, tentunya kamu akan mengusir anjing yang datang mendekatiku. bukannya menyuruhku menghilangkan ketakutanku lalu ada percakapan macam ini

"santai aja. kalo kamu santai, kamu nggak akan takut"
"mana bisa aku santai, itu anjingnya mendekat"
"iya,karena kamu takut"
"tapi kan itu anjing"
"ya, biarin aja... jangan takut"

damn!
aku takut. takut itu perasaan yang manusiawi. kenapa jadi seolah-olah aku yang salah karena takut? apa dipikirnya ada remote yang bikin ketakutanku bisa sirna karena kalimat tolol nggak bermakna seperti "santai aja jangan takut"? aku tau betul aku takut pada anjing karena mereka selalu membuatku merasa terancam. akan datang saatnya, ketika aku merasa mereka tidak lagi mengancamku, dan pada saat itulah aku akan bisa menerima kehadiran anjing itu. itu sebabnya aku paling takut sama anjing di jalanan. aku nggak mengenal mereka, aku nggak tau apakah mereka akan menyerang atau tidak. dan ketidaktahuan itu membuatku merasa lebih terancam.

beberapa anjing yang berhasil melewati proses ini diantaranya Ikke Nurjanah, anjingnya Marzuki dan Ellen... yang cukup pintar untuk menjaga jarak, paling dekat setengah meter denganku. sehingga aku cukup tenang dan mau menyapanya dari jauh.
lalu ada Rambo, anjingnya Aji dan Georgie... yang setelah pernah sekali aku biarkan mengendusku, nggak pernah berusaha mendekatiku lagi. tidak pula untuk minta dielus, atau ditepuk-tepuk kepalanya.
Poppy, Dogi, Popeye... dan anjing-anjing Pak Koman dan Bu Mansri lainnya. saat-saat pertama kali aku datang, tuan rumah dan penghuni rumah yang lain selalu mengusir anjing-anjingnya, atau menemaniku sehingga anjing-anjing itu tau kalau aku bukan orang asing. ini sikap yang paling aku hargai dari para pemilik anjing karena sangat membantuku dalam proses berkenalan dengan anjing mereka. sampai tiba saatnya aku bisa bilang sama anjing-anjing itu
"hus! Poppy! ini aku. jangan berisik! ssshhh!"

oya, aku juga nggak suka harus bersih-bersih kalo sampe dijilat anjing, karena sangat merepotkan. jadi sedekat apapun dengan seekor anjing, aku akan selalu bilang sama mereka:
"kamu boleh deket aku, tapi jangan menjilat yaaa!"

5 comments:

Anonymous said...

haha lucu banget..tapi ga usah takut lagi, anjing ga akan ngejer kalau ga ada yang lari..dan dia hanya menyerang dari belakang, makanya kalau mau kabur dari anjing jalan mundur aja..tapi kalau di Bali secara anjing juga belarakan hehehe, jalan mundur dibelakang udah ada anjing yang lain...itu sih udah lain cerita ya :P

Anonymous said...

SOKOOOOOOOOOOOOOORRRRRRRRRRRR.......!!!

*gw kok komennya gini mulu ya*

hihihi

Anonymous said...

hihi, sama deh

Catatanku said...

Ah... kalau di Sumatra sih bukannya takut anjing tapi anjingnya yg takut! Ya udah jangan takut lagi deh..!

Anonymous said...

disapa aja biar nggak gigit gini ..

dian ina: ANJING!
anjing:*oh ternyata dia tau namaku*

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...