air di kosku sudah berhenti mengalir selama tiga hari waktu aku pulang dari Jogja dan hal itu masih akan berlangsung dua hari lagi. karenanya malam itu kuputuskan untuk mandi di penginapan Kal, laki-laki asal Kanada yang kami kenal sehari sebelum aku berangkat. aku harap kamu masih ingat ceritaku tentang laki-laki itu. ia begitu mirip dengan Daniel Craig, James Bond paling mutakhir. hanya, tentu saja, Kal lebih muda dan dalam beberapa hal, lebih tampan. aku menemuinya sedang makan bersama Dini, my temporary roomie -ketika aku sampai. aku memakan sate tuna yang dia ulurkan, lalu membagi jus semangka dengannya sebelum pergi menjajah kamarnya. waktu minta ijin untuk memakai kamar mandinya, aku bilang aku perlu membilas kesedihan dari tubuhku.
dia tersenyum dan memandangku dengan matanya yang kelabu dan hangat. dia bertanya apakah aku sedang merindukan seseorang. iya, kataku padanya. sambil bertanya-tanya dalam hati bagaimana Kal dengan mudah bisa menjelaskan hal yang mengambang dan bisa kurasakan dalam diriku, tapi tidak bisa kuceritakan dengan kata-kata sepanjang hari itu. toh, namanya bukan Kal-El. dan rasanya kemampuan menebak perasaan bukan salah satu kelebihan Superman.
aku lalu bercerita sedikit tentangmu, sementara ingatanku melayang padamu.
kamu bertanya apakah aku mau makan enak, segera setelah kita menemukan bahwa coffeeshop yang kita datangi ternyata tutup. aku yang belum makan menyetujui ikut denganmu, ke sebuah tempat yang dari namanya belum pernah kudatangi. ternyata tempat itu adalah sebuah rumah yang nyaman dengan taman kecil di bawah jendela, di samping meja yang kita duduki. udara sangat panas hari itu. aku langsung memesan minuman ekstra karena merasa sangat sangat kehausan.
kamu tidak sungguh-sungguh makan, hanya memesan minum dan kudapan, sehingga kamu punya banyak kesempatan untuk memandangiku, atau kira-kira begitulah yang kusangka. karena berhadapan denganmu selalu berhasil membuatku salah tingkah. kadang-kadang terlalu bersemangat, kadang-kadang sulit mengendalikan tremor mendadak yang menjalari bagian-bagian tubuhku. sekali ini, kamu memberiku kesulitan memutuskan mana yang lebih enak, makanan di piringku, atau senyummu.
kamu menceritakan hal-hal yang sedang kamu hadapi. berita terbaru tentang dirimu sejak terakhir kali aku menerima kabarmu, berminggu-minggu yang lalu. satu dua hal terdengar menyenangkan. hal-hal lainnya jelas membebanimu. seluruh hal itu memberiku lebih banyak alasan untuk meledekmu, sesuatu yang sebaiknya aku lakukan sekarang sebelum suatu saat nanti kamu jadi sangat sulit untuk ditemui. dan kamu bilang, menjadi sangat sulit ditemui bukanlah yang kamu inginkan.
waktu makananku tinggal separuh, percakapan kita sampai pada kutipan oleh William Butler Yeats yang aku dengar pagi harinya;
“I have certainly known more men destroyed by the desire to have a wife and child and to keep them in comfort than I have seen destroyed by drink and harlots”
kamu tertawa keras-keras dan bilang bahwa kalau laki-laki yang menyebutkan kutipan itu padaku, itu adalah alasan murahan untuk tidak segera menikah dan settle down. kamu pasti ingat kalau aku balas tertawa dan membentangkan pertanyaan yang sama padamu. menyelidiki apa alasanmu untuk tidak segera menikah dan settle down.
jawabanmu terdengar cerdas dan murah hati. kamu bicara tentang keinginanmu dan bagaimana kamu tak terpahami, kamu bicara tentang membebaskan orang lain dari kesakitan dan kesulitan. entah kenapa aku tak mempercayainya sedikitpun. dan dengan tawa kemenangan, kamu bilang kalau itu juga hal lain yang menjadi sebab keenggananmu untuk settle down. karena tidak dipercayai.
ah, lagi-lagi aku termakan kecerdikanmu.
lalu entah karena apa kamu menanyakan pendapatku kalau kamu mau ngeband. aku bilang boleh aja, asal sebelumnya kamu menurunkan berat badan. bukan, bukannya kamu gendut, cuma rasanya nggak pantas kalau ada personil band yang semontok kamu. apa sih bahasa Indonesia yang tepat untuk chubby?
ahaha, topik chubby ini salah satu favoritku karena kamu selalu mudah terpancing dengan ini. persis seperti saat itu. atau waktu-waktu sebelumnya.
kamu masih ingat jawabanku? aku bilang padamu, satu-satunya band yang personilnya chubby adalah Meat Loaf. dan lagunya tentu saja bikin drop.
I Would Do Anything for Love, (But I Want Do That). aku masih ingat ekspresimu waktu mendengarnya. menutup mata seperti sedang berusaha menghapus gambar yang buruk dari dalam kepalamu. mau tak mau aku tertawa lagi.
yah, bersamamu memang selalu menyenangkan. apakah kamu tau itu?
aku sudah mandi dan sedang membahas buku-buku dengan Kal ketika Dini bergabung lagi dengan kami, duduk di lengan lursi panjang yang ada di teras depan kamarnya. aku meringkuk di pojokan kursi, meletakkan pipiku pada sandarannya lalu bercerita seolah-olah pada diriku sendiri. kataku, aku dan kamu sempat berdiri berhadapan, begitu dekat sampai aku bisa melihat wajahku di dalam matamu. kita bertatapan. hanya perlu beberapa detik untuk membuat jantungku berdegup dua kali lebih cepat dan badanku mendadak menggigil. mungkinkah ada badai es diluar sana?
aku cepat-cepat menghindar dari matamu sebelum tidak bisa mengendalikan diri dari melakukan hal-hal yang bodoh dan yang aku inginkan. lalu kamu memegang kedua lengan atasku dari belakang, menyingkirkanku dari depan kasir. let me treat you, katamu. lembut.
Kal tertawa waktu aku selesai bercerita. menyenangkan sekali bisa punya perasaan-perasaan seperti itu, katanya. aku tidak tau apakah dia menertawakanku, atau teringat pada kisahnya sendiri. tawanya mengambang di udara malam yang sejuk dan menerbangkan aroma tipis dupa. sekuntum teratai putih mekar di pot bulat berkaki yang menampung lumpur tempatnya ditanam. gerimis setipis jarum yang turun sejak tadi mulai berhenti. bau tanah basah menguar. angin mengusir awan yang menggantung, mengijinkan bintang berkelap-kelip di langit waktu aku dan Dini meninggalkan penginapan Kal.
aku harus mengakhiri suratku. malam sudah sangat larut dan aku masih harus membaca On Writing. aku berjanji menyelesaikan buku itu sesegera mungkin. kamu, tidurlah yang nyenyak. semoga hati dan pikiranmu mendapat ketenangan.
selamat tidur...
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Monday, January 15, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
2 comments:
Saat menikmatipaparan kisahmu ini Jeng, entah kenapa membayang di seluruh tulisanmu wajah Cristopher Reeves. Kal El ini disaat aku masih main ayunan dan berleleran ingus tanpa dapat kutahan, dapat menghentikan nafas dan detak jantung seorang gadis cilik yang dapat menonton film Superman dari rental kaset video dengan mengirit uang jajannya sebesar lima ratus perak. Eh Kal yang ini miripkah dengan Kal El?
rasa-rasanya, saat kita telah dapat mengutarakan isi hati, bahkan hanya dengan tatapan mata dan tanpa berbicara, tak ada hal lain yang diminta..
*wondering where the chubby is*
Post a Comment