Wednesday, March 14, 2007

dua perpisahan

langit begitu gelap disarati mendung pagi ini. lalu menjelang jam 10 mendadak hujan turun tak berkeputusan. butir-butir air berhamburan melewati jendela yang kubuka lebar-lebar, menyisakan percik yang membasahi kusen. membuatnya basah dan lembab. seperti jalanan, seperti daun, pohon dan menambah jumlah air di kolam teratai tempat ikan-ikan mas koki berenang.

suasana pagi yang muram, sangat berbeda dengan langit cerah penuh bintang berkilauan tadi malam, saat kami makan bersama untuk terakhir kalinya. setelah tiga minggu berlibur, bermain tennis dan minum kopi hampir setiap malam di Space Colonie, Ronald Decter, the Canadian GM, harus kembali ke Barocay Island untuk bekerja. sampai saat terakhir, ia jelas-jelas tidak berminat untuk kembali kalau bukan karena harus. betapa cepatnya waktu berlalu!

we decided to dress up.
aku memakai rok hitam dengan atasan floral berwarna pink dengan bunga-bunga warna cokelat dan biru muda. Mbak Yuni memakai atasan dan rok hitam. dan karena Scott hanya mengijinkan kami menumpang mobilnya kalo kami memakai high heels, maka itulah yang kami pakai. aku merasa cantik, dengan sepasang anting-anting panjang yang menjuntai hampir menyentuh bahuku.

tentu saja semua hadir. kami berenam makan, bercanda dan tertawa dalam suasana hangat. Kelly dan Joely, masing-masing duduk di ujung meja dan terus menerus tersenyum. kami menghadapi perpisahan dengan menunjukkan yang terbaik, dengan kebersamaan dan persahabatan.

meskipun aku tidak pernah suka perpisahan. tidak suka mengucapkan selamat berpisah atau good bye. aku memilih sampai jumpa. lebih menyukai see you.
karena ada harapan untuk bertemu lagi.

tapi kadang-kadang perpisahan itu tidak memberikan kesempatan untuk bertemu lagi. seperti ketika kami sekeluarga harus merelakan sepupuku yang pergi untuk selamanya karena meningitis, tepat sebulan yang lalu. atau ketika untuk sementara, aku hanya bisa menjumpai pusara nenekku, yang pergi dua minggu yang lalu

yang pasti setiap perpisahan akan menyisakan kenangan.
ketika Mbah pergi, tanteku yang selama ini merawatnya mempersilakan kami untuk mengambil salah satu benda yang ditinggalkan untuk kenang-kenangan. lalu sambil memilih-milih satu diantara sekian banyak sarung Mbah, Tante bercerita kalau seumur hidupnya, Mbah hanya memakai satu merek kutang.

seperti wanita lainnya yang seumur hidup tinggal di desa, kutang yang dimaksudkan Tante adalah kutang kain tradisional, kayak yang dipake Aminah Cenderakasih di film-film Betawi jaman dulu banget, waktu memakai kutang kain sambil menyapu di halaman adalah pemandangan biasa. yang dipake Mbah mereknya Suroso. bukan Triumph, bukan Wacoal, bukan Victoria's Secret.

aku senang mengetahui cerita ini, karena Mbah mewariskan pada kami semua semangat untuk bangga dan mencintai produk lokal. yang asli, yang milik kita sendiri. aku mungkin tidak punya banyak waktu untuk mengenalnya lebih dekat, untuk memahami pikiran-pikirannya secara mendalam, tapi aku punya kesempatan untuk meneruskan semangat itu.

dan aku berterima kasih pada Pak Koman dan Bu Mansri, Mok Mangnik, Pak Aris yang bawain tiket ke bandara, Mbak Yuni yang selalu memantau perjalananku, Rony, Mas Toyik yang mengantar Jogja-Pacitan PP, Bonnie yang merelakan mobilnya kupakai, Titis dan Mas Nanang, teman-teman di ID-Gmail dengan segala perhatian dan simpatinya serta Onet. semuanya memungkinkanku punya satu lagi kesempatan berkumpul bersama keluarga, memahami nilai dan semangat baru, bahkan disaat perpisahan.

6 comments:

Anonymous said...

hi Scott! *waving*

Anonymous said...

Skrinsut kutangnya mana?
Kalo bisa isi kutangnya keliatan dikit.

Anonymous said...

Wah! Scott!
hiihihi.. apakabar dia hari ini?
eh.. hari ini mendung tidak di bali sana?

selamat jalan juga, Mbah. terima kasih atas kenang-kenangan dan cerita indah yang disampaikan melalui Geg Ina di blognya :D

Anonymous said...

Pisah nang endi toh na.??

+ dan -
datang dan pergi

Anonymous said...

Mbak Ina cinta produk dlam negeri ya.
Brarti pake kutang kain yang merek Suroso itu donk.
di Bali belinya di mana mbak?
Atau ada merek lokal lain?
Bisa jadi ide bikin pameran tuh.
Walo cari bahannya mungkin naudzubillah _________nya(isi sendiri ya)...
Kalo jadi bikin pamran tema itu, aku diundang ya ihihihi...

Unknown said...

@endhoot dan henny
lah, gimana! ini nyeritain Ron! bukan Scott! kok pada salah fokus sih?

@jay
nanti dikirim yah!

@yanuar
pisah ke barocay

@zz
di bali nggak ada, tuh. adanya cuma di pasar pacitan:D
aku udah minta dibeliin. tapi masih belum sampe nih!

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...