Tuesday, June 16, 2009

55555




Mahén (33) mengaku baru sekali ini dibuatkan pesta kejutan ulang tahun. Ia juga merasa lebih senang karena pesta ini dibuat dengan menyertakan keluarga intinya, serta sejumlah anggota keluarga besarnya, dalam perencanaan dan persiapan acaranya.

"Tanteku bilang 'kok masih ada sih, jaman sekarang, yang temenan sampe kayak gitu?" katanya menceritakan komentar tantenya, yang lahir dan besar di Jakarta, dan tahu pasti bagaimana situasi pergaulan masa kini, yang semakin lama justru semakin individual. Setiap orang sudah terlalu disibukkan dengan kegiatan mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga waktu untuk berkumpul dan bersosialisasi semakin berkurang.

"Aku sendiri lebih senang karena acaranya dibikin di rumah, jadi semua datang ke rumahku, suasananya menyenangkan, dan proper. Ada makanan, ada kue, kejutannya berhasil..." proper buat Mahén yang tergila-gila pada detail adalah sesuatu yang sangat penting. Semua harus pantas dan sesuai pada tempatnya. "Lagian, aku udah ninggalin rumah lebih dari 10 tahun. Acara kemarin bikin keluargaku bisa kenal juga sama teman-temanku. Kalo dulu 'kan mereka kenal karena aku masih tinggal di rumah, sekarang nggak. Dan kesempatan kayak gini aku pikir bagus, supaya mereka juga lebih kenal aku"

"Dan kalian berkomplot dengan orang yang tepat. Yang paling jago kalo disuruh nipu aku itu ya, ibuku" kata Mahén lagi sambil tertawa, mengetahui bahwa kedua orang tuanya telah mengetahui rencana kejutan itu sejak dua minggu sebelumnya.

Dalam acara tersebut, misalnya... ada Lea dan Indra yang menyempatkan diri untuk datang dari Jakarta, lalu kembali lagi ke Jakarta setelah acaranya selesai.
"Aku udah nggak ketemu Friedo sekitar setengah tahun sebelum dia datang ke rumah pas ulang tahunku itu" kata Mahén menambahkan. "Tapi kenapa orang-orang tua pada seneng ngerjain aku ya?" tambahnya mengomentari pesan facebook dari Bundanya Abi yang menyayangkan kenapa dia tidak diajak ikut serta mengagetkan Mahén tengah malam itu, atau ayahnya Ari yang buru-buru mengirim pesan dan menanyakan "Bagaimana, apa kejutannya berhasil?"

Hidup sendiri, individualistis, adalah ciri umum masyarakat perkotaan masa kini. Hampir sudah tidak ada lagi waktu untuk bersosialisasi. Namun kemudian, teknologi bisa menjadi jembatan penghubung antara mereka yang sebelumnya hidup sendiri dan individualistis, sehingga menemukan kembali naluri untuk bergaul, berkumpul, berkelompok, berbincang, bahkan berjodoh dan bereproduksi (dalam pengertian ilmiah).

Teknologi itu, Internet, melalui email dan fasilitas mailing list kemudian menumbuhkan berbagai komunitas yang dipersatukan oleh minat yang sama, tujuan yang sama, kegemaran yang sama, atau bahkan dipersatukan tanpa sebuah kesamaan, seperti ID-GMAIL. Tahun ini, komunitas tanpa bentuk itu berusia 5 tahun. Dan sebuah kesamaan dirumuskan. Sama-sama ingin mencapai jumlah email 55.555 dalam 30 hari.

Absurd? Memang.

Tapi hal-hal absurd semacam inilah yang ternyata mempersatukan ratusan membernya. Seperti halnya keyakinan buta kalau Oom Ganteng adalah admin milis di seluruh dunia, Jim sudah selesai mendownload internet, Hengky senang dandan dan bawa-bawa kecrekan, Naif adalah rocker merangkap pemimpin tertinggi front tertentu di seluruh dunia, Koh Fahmi sudah beredar sejak masa dinosaurus (bahkan bikin manual cara mengendarai dino dengan baik dan benar), Oom Husni menyandang gelar PhD bidang tata boga, serta Abang Emil masih belum lulus... eh, yang ini bukan mitos, sih.

Dan demikianlah, melalui berbagai hal absurd dan ketidaksamaan yang mempersatukan ini, Kampung Gajah melewati lima tahun yang penuh suka, duka, canda, tawa, air mata, dengan dua tahun diantaranya dibayangi skandal komentar sepakbola berujung futsal antara Tonyer dan Eka yang sampai kini belum mencapai kata putus. Iyah, mereka masih nyambung.

Maka Mahén bertemu kekasihnya, juga Deden, Surur, Tukang Kiridit dan ponakannya, Nenda dan Adit (nungging, woy!) yang memberinya kejutan ulang tahun, Tub dan Blub menikah lalu lahirlah Lana, Henny kesulitan menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa kedua frasa tembok dicat dan tembok di cat sama-sama valid, Pak Jambul Uwanen mendadak jadi profesor, Rara dan Weslie bersatu padu menghasilkan foto-foto blur dan gelap, Enda disinyalir memiliki dada berbulu dan Anom disadarkan kenyataan bahwa semua fantasinya tentang Andromeda sia-sia belaka. Tenang Nom, masih ada Herman.

Lalu dari Madiun, Bunda Endhoot yang tiap hari menyantap Sego Pecel meledek Pakerte yang sampai sekarang tak juga minum panadol: "Kopdar Akbar adalah Hoax"

Happy Birthday, ID-GMAIL

7 comments:

Anonymous said...

Kampung Gajah... DOG CLEAN ALL!!

*kabur balik ke kampung*

Andika Triwidada said...

wogh! OTB!

Anonymous said...

hepi bird gay to id-gmail....

san said...

hey that's my line!

eniwei, hepi bedei aidijimel (party)

silent said...

happy birthday! (hungry)

Choiri Setyawan™ said...

happy b day .. gajah..

geblek said...

kampong wedan

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...