semuanya terasa melimpah dan berlebihan di kota ini. serba terlalu banyak. terlalu banyak penduduk, terlalu banyak sampah, terlalu banyak kendaraan pribadi, terlalu banyak aroma asam ketiak dari kumpulan penumpang bis yang terlalu banyak, terlalu sesak.
terlalu banyak istri simpanan, terlalu banyak orang kaya, terlalu banyak pria gendut bergandengan tangan dengan perempuan serupa manekin pajangan toko barang mahal, terlalu banyak uang, terlalu banyak alasan untuk berfoya-foya. terlalu gelap, terlalu terang, terlalu banyak warna berseliweran. terlalu banyak percakapan karena terlalu banyak yang harus dibicarakan seperti halnya terlalu banyak yang harus dibungkam dan disimpan diam-diam.
terlalu banyak makna.
terlalu banyak harapan.
terlalu banyak pil pahit kekecewaan harus ditelan.
terlalu banyak dosa, terlalu banyak kejahatan, terlalu banyak prasangka, terlalu banyak kata-kata manis berujung dusta, terlalu banyak cinta, sebagian besar diantaranya terbuang sia-sia. terlalu banyak omong kosong, terlalu banyak mimpi, terlalu banyak kerja yang tak selesai, yang terbengkalai, jembatan monorail, halte busway, apartemen, rumah susun, jalan layang, terlalu banyak gelandangan, menggeletak di jalanan, jembatan penyeberangan, pojok trotoar, emperan toko tutup. terlalu banyak pengemis buta berjajar di jembatan busway dekat kantornya.
diantara semuanya, yang paling menggangguku adalah kebisingan. kota ini punyaterlalu banyak suara, terlalu berbunyi. menciap-ciap memasuki liang telinga. nyaris mustahil rasanya bicara pada orang lain saat berada di jalan. lebih mustahil lagi untuk mendengarkan suara di dalam kepala, yang biasanya membantuku dengan gagasan. lebih sulit lagi untuk bisa berpikir jernih di tengah kebisingan ini. tak heran, terlalu banyak orang jadi kalap di kota ini.
tapi aku sekarang mengerti mengapa mereka tidak bisa tidur dan jadi gelisah ketika malam terlalu senyap. mereka terbiasa hidup dalam keriuhan. dan kuman itu mulai menghinggapiku. kini aku menyalakan radio pada volume 10 setiap malam menjelang lelap.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment