PR nomer satu setiap kali pindah tempat tinggal adalah kasur. soalnya badan ini nggak bisa mentolerir lantai yang keras walaupun udah dikasih tikar. hasilnya bisa-bisa berupa masuk angin berkepanjangan. dan karena akhir-akhir ini aku udah menemukan jenis masuk angin baru yang lebih parah daripada biasanya, yaitu suatu keadaan dimana angin yang sudah masuk malah menolak keluar, bikin perut sakit melilit berkepanjangan sampai terjungkir-jungkir, maka lebih baik aku nggak masuk angin. dan nggak tidur di lantai.
masalah lainnya, aku juga nggak bisa tidur di kasur busa atau spring bed yang kondisinya udah nggak prima lagi. misalnya yang udah melengkung, udah tipis, atau bentuknya udah berubah. suatu kali aku terbangun dengan rasa nyeri di pinggang sebelah kanan karena salah tidur di kasur semacam ini. selama dua hari, nyaris semua gerakku, mulai dari tertawa, jalan, duduk tegak, menoleh, sampai mengangkat kaki untuk membuka sepatu, terlebih yang jelas-jelas pake pinggang misalnya surya namaskar atau pole dancing, jadi hal-hal yang sulit dan mustahil dilakukan. sakitnya sampai ke ubun-ubun dan bikin gak bisa tidur! orang-orang yang melihat sampai mengira aku sedang babak belur setelah bertarung dengan pendekar dari perguruan lain. padahal, sumpah! sebabnya bukan itu!
oya, sakit pinggang itu baru beres setelah pijet tiga kali bersama seorang balian mumpuni, dan akibatnya, isi dompetku berkurang kira-kira seharga kasur busa kualitas bagus setebal 14cm.
makanya waktu mau mulai tinggal di Nebu, harus ngobrol panjang kali lebar sama Mahén buat membahas kasur sebelum akhirnya memutuskan mau beli apa. bahannya harus bagus, entah itu latex, busa atau kasur pegas. harganya harus terjangkau karena budget pas-pasan. harus mau ngatar ke rumah. karena... ya iyalah! siapa juga yang mau ngangkat-ngangkat kasur naik busway.
Mahén berbaik hati pergi ke toko perabot untuk beli kasur itu, setelah Deden kasih nomernya. ya iyalah, kalo Deden nggak cepet-cepet bantuin, aku udah berjanji untuk mengkudeta kasurnya apabila sampai tangal 3 Mei aku belum dapat kasur.
karena kasur latex walaupun sangat bagus harganya minta ampun, dan beda harga kasur busa sama kasur pegas sangat minim, jadi aku dibeliin kasur pegas aja. udah ada head board-nya, ada kakinya sedikit (sekitar 10cm) dan rata, tapi juga cukup empuk. walopun ukurannya ternyata kegedean. jelas lebih gede daripada kasurnya Van Gogh di Arles. hahah!
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment