"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Monday, October 10, 2011
Temple Grandin
Wednesday, June 15, 2011
this notebook is sending someone to grad school
Sunday, June 12, 2011
Nderek Mariah: dan yang hilang
Thursday, May 26, 2011
The Bad Boys from Boston
Wednesday, May 18, 2011
childhood
Thursday, April 21, 2011
resensi media dan humor-Nya
Friday, April 15, 2011
just a simple thought
Friday, January 21, 2011
desain Jepang hari ini
Galeri Nasional Indonesia tengah menjadi tuan rumah untuk sekitar 100 karya desain yang dipamerkan oleh The Japan Foundation dalam "Japanese Design Today 100". Pameran yang dibuka Selasa malam lalu (18 Januari 2011) tak hanya menampilkan karya desain produk karya desainer Jepang sejak tahun 90-an hingga kini. Beberapa diantaranya bahkan dibuat tak lama setelah Perang Dunia II berakhir.
Berbagai produk yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari mobil (Subaru 360, Prius Hybrid dan Mazda K360) dan kereta api super cepat (shinkansen) hingga pisau dapur (kyocera), penghapus pensil (buatan Kokuyo Co., Ltd.) serta asbak yang praktis dibawa ke mana saja (Abitax 4301 outdoor Ashtray) dapat ditemui dalam pameran ini.
Memasuki ruang pameran dan melihat benda-benda tersebut, kita seperti diingatkan bagaimana karya desainer ini telah membentuk dan jadi bagian dalam hidup kita. Berapa banyak dari kita yang pernah memikirkan bahwa benda sekecil permen karet pun memerlukan penanganan khusus dari desainer untuk membuatnya dapat ditampilkan lebih menarik?
Pameran ini, sebagaimana diungkap Hiroshi Kashiwagi, profesor dari Universitas Seni Musahino- bagaikan pengalaman saat berkunjung dan melakukan tur di suatu kota, menampilkan kehidupan Jepang pada saat ini, sebuah tinjauan yang substansial atas kebudayaan urban Jepang.
Tak pelak, karya-karya desain yang hadir dalam ruang pameran juga menunjukkan perpaduan keindahan seni, bentuk yang sederhana, pemahaman akan bentuk tubuh dan keperluan manusia, mengutamakan fungsi, serta teknologi canggih. Banyak diantara karya-karya desain ini mengambil bentuk yang universal. Sulit diduga, misalnya, karya A-POC, sepotong kain yang dapat diubah menjadi pakaian hanya dengan membuat potongan sederhana menggunakan gunting rancangan Issey Miyake, sebagai buatan Jepang karena nyaris tak ada jejak bentuk-bentuk umum kriya dan seni Jepang di dalamnya.
Terdapat pula sejumlah karya yang kental dengan nuansa Jepang, dengan kerumitan kriya tangan yang mahir, meskipun kemudian karya-karya ini jadi mendunia dan dapat kita lihat di mana-mana sehingga sulit diterka asal-muasalnya. Misalnya lampu karya Isamu Noguchi yang diinspirasi oleh lampion kertas tradisional Jepang. Lampu ini begitu terkenal dan mudah diterima sehingga lampu-lampu dengan bentuk serupa dapat dengan mudah ditemui di Bali.
Nobuko Shimuta, salah satu kurator pameran yang juga menjadi Kepala Produser di Pusat Desain Jepang, menandai kecenderungan desain kontemporer Jepang menunjukkan interaksi yang makin besar antara desain modern, tren terbaru dan bentuk yang diilhami nuansa Jepang tradisional.
Karya-karya desain yang dibuat pada tahun 50-60-an dalam pameran ini menunjukkan dari mana desain masa kini berakar, menawarkan sebuah nostalgia. Alat penanak nasi (rice cooker) karya Yoshiharu Iwata untuk Toshiba buatan 1955, mengingatkan kita pada model peralatan rumah tangga milik orangtua kita. Di Indonesia, desain ini masih dikenal sampai tahun 80-an. Sementara di bagian lain ruang pameran, dipajang sebuah rice cooker digital yang serba otomatis dan lebih modern.
Begitu pula desain Honda Super Cub C100 buatan tahun 1958 yang kemudian digantikan oleh Honda C70, yang (terutama) versi warna merahnya sangat terkenal di Indonesia dan di beberapa bagian pulau Jawa diberi julukan “Pitung”.
Kemampuan memadukan seni kriya tradisional Jepang dengan garis dan struktur desain modern Barat tampak jelas dalam karya Shin dan Tomoko Azumi, dua desainer ternama yang telah mencatatkan karya mereka dalam koleksi Design Museum, London. Karya table=chest, sebuah laci susun tiga yang dapat diurai menjadi meja jika diperlukan, menunjukkan kecenderungan ini. Sementara sentuhan seni yang menonjol ditampilkan melalui karya Snowman Salt&Pepper Shakers, wadah garam dan lada berbentuk manusia salju.
Bagi sebagian yang lain, deretan karya-karya desain ini selain fungsinya, juga menentukan dan jadi penanda gaya hidup dan kelas sosial. Kepopuleran produk-produk seperti Sony Vaio P Series, Play Station 2 SCPH-50000, Canon Digital Camera EOS 10D, Soul of Chogokin GX-01R atau Aibo Ers-111 merupakan bagian dari identitas pemiliknya.
Juga banyak menarik perhatian pengunjung adalah rak panjang berisi peralatan makan, pisau dapur (berbilah keramik dengan desain gagang yang ergonomis) serta perabot rumah yang tampak minimalis nan modern.
Thursday, January 13, 2011
the fighter
Monday, January 10, 2011
daftar (yang tak) penting: 2010
Saturday, January 01, 2011
2011
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...