Wednesday, March 29, 2006

menggali kenangan

jam 7 pagi ini aku meninggalkan Rumah Senang di Poncowinatan dengan bertumpuk perasaan. tadi malam, obrolanku, Jambul dan Yudi baru selesai sekitar jam 2 pagi. obrolan marathon yang berpindah-pindah tempat dari Sagan, Kridosono, ke Poncowinatan. setelah itu aku tidur di kamar Caca sementara mereka meneruskan nonton sepakbola. dulu aku sering sekali aku baru pulang di pagi hari setelah semalaman begadang ngelembur kerjaan, online atau hanya ngobrol aja. dari kawasan Bulaksumur dengan Casper pagi-pagi naik motor dengan wajah kuyu kurang tidur, baru pulang waktu orang-orang pagi memulai hari mereka adalah hal yang biasa terjadi.

Rumah Senang adalah tempat berkumpul selama bertahun-tahun. tempat kami tumbuh dan memilih jalan. tempat bertemu dan merayakan pertemuan. tempat berpisah sekaligus kehilangan. Melancholic Bitch, band yang selama tiga tahun pernah coba aku jalankan waktu kami masih sama-sama muda dan mau menang sendiri, kini sering berkumpul disini. Jambul pemain bassnya. selain itu ada Yosi, Ugo, Yenu dan Aan. Tadi malam, aku ketemu dengan Jambul dan Yenu. pagi ini Aan datang sebelum aku pergi. dan kami masih bicara dengan cara yang sama. masa laluku kembali lagi...

ternyata motornya udah ada di toko. kamu belum pernah kesana ya? tempatnya di samirono, ruko tamara di depan stadion ikip yang belum jadi yang dipakai buat parkinsound. tokonya dua tingkat dan warnanya merah hitam sama seperti yang di babarsari. nanti kamu cari vina yang jaga toko
28.03.2006
11.34

berada di jogja adalah pulang. bertemu dengan teman-teman yang seperti keluarga dan dengan senang hati membantuku menemukan segala yang kuperlukan. setelah Elis memintaku tinggal bersamnya di Wirosaban dan menjemputku di bandara, lalu Abe yang mencarikan motor untukku sehingga aku bahkan nggak perlu memikirkan dimana menyewa dan ini itu. tinggal terima beres aja.

pagi ini rute yang aku lewati dari Poncowinatan sampai Wirosaban adalah tonjolan di permukaan jalan Mangkubumi. suatu kali ditengah malam aku pernah bocor ban disini dan Ferdi yang menolongku. jalan Malioboro yang belum bangun di pagi hari dan jalan Pasar Kembang yang sekarang jadi dua jalur, daerah di belakang Alun-alun Utara, jalan-jalan di dalam benteng... Langenastran, Langenarjan... terus sampai Alun-alun Selatan, warung makan yang biasa aku datangi bersama Yossie sebelum ke rumah Jogokaryan, sepanjang jalan Panjaitan, melewati Suryodiningratan yang jadi tempat berkumpul para ska-ers selain di Sayidan, Rumah Seni Cemeti, rumah Jogokaryan yang dulu pernah jadi tempat bekerja tiap hari, tempat singgah, tempat berteduh... tempat Bjork dan Portishead mengalun setiap hari. dan Gorillaz waktu album pertamanya dirilis... memintas jalan Parangtritis dan memasuki jalan Menukan... sampai Wirosaban. satu demi satu ingatan hinggap di benakku.

teman-teman yang sudah jadi keluarga itu... the city I knew like the back of my hand... yang sudah begitu lama udaranya nggak aku hirup lagi. aku akan menghabiskan hari-hari ini dengan menggali kenangan yang masih tersisa, atau menjolok yang pernah digantungkan dan lupa diambil kembali.

5 comments:

Anonymous said...

senangnya.. rasanya kyk pulang kampung..
kangen2an..

Anonymous said...

Jogja emang kota kenangan.

Anonymous said...

Tiap kali baca postingmu itu kesannya selalu menyejukkan ya. Entah karena ijonya atau apanya. Tapi.. luar biasa. Keren. Bisa gitu. Mungkin itu aja.

lischantik said...

kEnaNgan....
aDalah hal terindAh yang kan tetap terjaga

:)

Hendri Bun said...

Wah ... baca postingmu melambungkan kenanganku akan indahnya kota Jogja. Emang: Jogja Never Ending Asia :)

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...