Tuesday, April 04, 2006

sebuah liburan dan satu perayaan

anak muda jaman sekarang tuh aneh ya? ketemu sama sambungan internet bisa hepi banget sampe, kayaknya, melebihi ketemu sama orang
02.04.06
20.39

aku senyum-senyum sendiri baca sms itu. balasan atas smsku tentang betapa senangnya nggak fakir bandwith lagi setelah 5 hari di Jogja harus pindah-pindah dari satu warnet ke warnet yang lain, ato nongkrong di kantor Ronny yang sama aja fakirnya.

5 hari di Jogja itu adalah gabungan dari Birthday Package+Nyepi Package+Osaka Project, karena selain berlibur menghindari Nyepi yang sangat sepi di Bali, juga harus mengerjakan beberapa hal untuk persiapan presenntasi besar-besaran di Osaka. baru sekali ini hadiah ulang tahunku adalah liburan. karenanya aku bener-bener berterima kasih sama Pak Koman dan Bu Mansri yang memberiku tiket pesawat Denpasar-Jogja-Denpasar.

lucunya, semua tiket yang aku dapatkan adalah pesawat pagi. terbang pagi adalah sesuatu yang selama ini belum pernah aku lakukan. paling pagi biasanya jam 9 atau jam 10. kemarin itu misalnya, harus berangkat ke bandara jam 4 karena pesawatnya jam 6. what a sleepy trip!

udah gitu, di malam ulang tahun dan di hari ulang tahunnya, ada yang ngajakin makan. makasih banyak buat Yuli dan Mas Yudi atas makan-makannya. dan... yang paling heroik tentu saja Casper, setelah mati-matian berebut tiket, yang sempat nggak dapat juga sampe harus ganti hari, dia berhasil sampai di Jogja, lalu bersama denganku menyusuri jalan-jalan kenangan, dibawah siraman hujan, persis seperti hari-hari di tahun yang telah lewat. ah, Casper memang laki-laki yang dicintai hujan. sejak tahun 2000, setiap kali janjian ketemu, hujan selalu turun. meskipun itu bukan musimnya. entah dari mana datangnya. kali ini, gerimis sudah mengguyur Jogja sejak malam sebelum kedatangannya, menggila pada malam ketika kami bertemu dengan Sujud di Kedai Kebun, dan berhenti seketika saat aku berangkat ke Denpasar. ya, perempuan yang dicemburui hujan udah nggak ada sih...

lalu aku juga sempat diajak jalan-jalan sama Bu Melani ke Muntilan. itu bener-bener seru! mengunjungi studio Pande Ketut Taman yang baru saja dibangun di tepi sebuah sungai berbatu-batu besar. tempat yang sangat romantis sekaligus dramatis. diatas tebing sungai, sebatang pohon tumbuh disebelah batu seukuran meja makan, batu yang sangat ideal untuk dijadikan prasasti. permukaannya halus digerus cuaca, angin berhembus diatasnya, air gemercik dibawahnya... luar biasa!

aku menerima CD Balawan yang Magic Fingers dari Bunda Endhoot. Didats yang membawanya dan aku sudah menandak-nandak gembira sebelum kecewa menemukan CD-nya ketinggalan di rumah Saylow dan yang terbawa cuma case-nya.
*injak-injak Didats*

Norwegian Wood-nya Haruki Murakami aku dapat dari Wine yang menemukannya di Kinokuniya KLCC setelah aku gagal memperolehnya di Periplus maupun di QB. buku yang ditulis dengan halus sekali sampai aku sayang membacanya. takut cepet tamat. bayangin aja ada orang nulis paragraf kayak begini
...I didn't give a damn about the scenery that day. I was thinking about myself. I was thinking about the beautiful girl walking next to me. I was thinking about the two of us together and then about myself again. I was at that age, that time of life when every sight, every feeling, every thought came back, like a boomerang, to me. And worse, I was in love. Love with complications. Scenery was the last thing on my mind...

Original Soundtrack-nya The Sound of Music diberikan Mbak Ratna di Kedai Kebun. waaaahh... kalo dengerin itu, dimanapun tempatnya, aku merasa ruangan di sekitarku berubah jadi padang rumput dinaungi gunung yang pucuknya berselimut salju, dengan kawanan domba nun jauh disisi yang lain, dan seekor anjing putih berlarian... serasa ingin membentangkan tangan, merasakan udara mengalir melalui sela-sela jemariku....

sebuah tas merah yang cantik aku terima dari Abe. bagian depannya ada sablon wajah 4 cowok berpose a la band rock n roll. tulisannya besar-besar MUCUNDAIYI69. aku curiga ini adalah sebuah band dan namanya diinspirasi oleh Mukundan 69, sebuah petisi tentang keinginan bunuh diri sebagai sebuah hak (hak untuk hidup versus hak untuk mati) yang dibuat oleh seseorang bernama M. Mukundan, karena dia sudah merasa mencapai segala yang diinginkannya dalam hidup.

Oliver di Hawaii, Bang Iir dan bang Bike mengirim email. Titis di Norway, Ayin, Ari, Anto, Wine dari Malaysia, Onet dan Ditta sambil menyanyi a la paduan suara meneleponku untuk mengucap selamat. Ronny dan Donal, Yuli dan Elis mengucapkannya secara langsung.

dari Kampung Gajah seperti biasa Bunda Endhoot yang memulai, berturut-turut kemudian ada Didik, Didats, Suster, Mami Mira, Fahdi, Surur, Lea, Jeng Enda, Koh Fahmi, Adis, Yanuar, Rita, Fajri, Lilis, Vini, Ardho, Benny, Oom Ivo, Oom Husni, Edi, Jeng Hendro, Isdah, Lu Zi Peng, Rara dan Arie.

sms-sms yang aku terima dari Anto, Abe dan Didit, Ita, WM, Bank Bumiputera, Joan, Didik, Koh Fahmi, Toni, Marc Anthony, Naomi, Taufik, Yuli, Rully dan dua nomor yang nggak kukenal, semuanya kucatat.

rasanya aku udah kehabisan ucapan terima kasih, bahkan jika kurangkai semua kata yang ada di dunia, belum cukup untuk mewakili perasaanku, kebahagiaanku, atas semua yang aku dapatkan dari mereka yang aku sebutkan namanya diatas. terima kasih banyak. aku senang sekali.

1 comment:

Anonymous said...

tapi sayang, gak ada acara makan-makan...!

hihihi

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...