Thursday, April 13, 2006

wisata baju bekas

aku pergi ke Sekaten bersama orang-orang dari rumah Cemorojajar malam itu. Mbak No', Abe, Muna, ditambah Desti dan Didit. sebenarnya agak mengherankan buatku kenapa mereka mengajakku kesini. Sekaten itu bukan tempat hangout mereka, itu udah pasti. setengah penasaran, aku mengiyakan saja ajakan mereka untuk pergi kesana. setelah mobil diparkir dekat Alun-alun Utara, barulah aku dapat jawaban dari Didit kenapa kami pergi ke tempat itu.

"kamu tau awul-awul? kita mau pergi kesana"
awul-awul itu tempat jualan baju bekas alias second hand yang diimpor entah dari negara mana. dinamai awul-awul karena baju-baju itu ditumpuk begitu saja sehingga jadi berantakan, alias awul-awulan. dan kalo memilih juga harus meng-awul-awul bajunya dari tumpukan. got it?

dan mulailah kami menjelajah dari satu tempat penjualan baju bekas ke tempat yang lain. modelnya sebagian besar konservatif, tapi banyak juga yang unik. rok, kemeja, celana panjang, jaket, sweater, bahkan sackdress! ada juga berbagai macam t-shirt dengan tulisan yang nggak biasa. per potong dijual dengan harga yang mencengangkan. Rp 3500, Rp 5000, Rp 10.000 per tiga potong... wah! pokoknya bikin kalap. Mbak No' dan Didit yang memimpin pencarian kami malam itu. setiap temuan harus di-approve dulu oleh mereka, sebelum dikumpulkan waktu membayar.

buat yang nggak tau, Mbak No' itu bekerja mengurus wardrobe di sejumlah production house. karena itu, dia terus menerus berurusan dengan pakaian dan asesoris untuk para bintang sinetron dan bintang film dalam setiap produksi. wardrobe semacam itu didapatkan dari macam-macam tempat. bisa pinjaman dari perancang busana, bisa pinjaman dari butik-butik atau distro atau departement store... dan bisa juga dari awul-awul. Mbak No' mengenal dengan baik awul-awul di Bandung, Jakarta dan Jogja, yang sering jadi tempatnya memilih dan membeli puluhan pasang pakaian untuk produksi film atau sinetron. setelah dibeli, pakaian-pakaian itu dilaundry, atau di dry clean (proses ini bisa lebih mahal daripada harga beli bajunya). lalu ada juga yang ditambahi asesoris dan pernak pernik seperti payet, ganti kancing, tambah bisban, pita disana-sini sambil dipaskan dengan tubuh si aktris.
setelah itu semua beres, barulah syuting bisa dilakukan. selesai syuting, pakaian itu biasanya jadi inventaris production house yang bersangkutan. kalo baju-baju pinjaman ya... harus dikembalikan.

disalah satu tempat, kami melihat sebuah gaun putih panjang digantung. gaun itu berkerah tinggi, berlengan panjang, penuh rimpel dan renda, dengan pita satin di bagian pinggangnya. bahannya tipis, tetapi berlapis-lapis, sehingga nggak transparan lagi. persis seperti gaun yang dipakai di film The Ring. kalau di Indonesia, mungkin yang pakai gaun itu Suzanna. kami minta Mbak No' untuk beli gaun itu. bahkan mendesaknya. harusnya memang Mbak No' yang beli karena gaun itu bagus sekali. keren! tapi Mbak No' menolak dengan alasan tepat.
"aku nggak lagi bikin sinetron horor!"

dalam perjalanan pulang, dengan tubuh gatal penuh debu... aku membayangkan para pemain sinetron yang kelihatan mentereng di TV. kalo mereka pake baju yang lucu dan unik, dan bukan yang keliatan murahan, lalu nggak ada tulisan sponsor wardrobe itu.... aha! aku tau darimana baju-baju itu berasal.

4 comments:

Anonymous said...

Disini juga banyak, tapi sekarang kayake sudah berkurang. kabarnya setelah ada larangan dari pemerintah.

istilahnya pun macam-macam, ada yang nyebut, BaIm(Batam import) ada juga yang nyebut RoMa(Rombengan Malaysia) :D

tomblos said...

BASI! KAMU PIKIR BAJU-BAJU JUNKIES SAYA BELI DIMANA DI YK DULU HAH! HAH! HAH!

Anonymous said...

MAAF YA INA,
AKU GAG BERMINAT DENGAN BAJU BAJU SEPERTI ITU...

*hihihi*

Unknown said...

jikalo ada aku sangat bermina tuh bisnis baju bekas

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...