udah lama banget aku berhenti nonton berita di TV. soalnya sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, setiap kali selesai nonton berita, aku pasti jadi marah-marah, ngomelin keadaan dan terutama, tindakan bodoh orang-orang picik yang entah kenapa banyak banget stoknya di dunia ini.
beberapa hari yang lalu waktu makan siang, iseng ngidupin TV, yang tentu saja isinya sinetron semuah. kecuali Metro TV, dimana ada Tommy Tjokro sedang baca berita. wajah gantengnya jelas membuat berita-berita yang dia bacakan jadi lebih menyenangkan untuk didengar. atau kira-kira begitulah.
tapi ternyata Tommy Tjokro (harus lengkap nulisnya) sedang baca berita tentang pembakaran masjid Ahmadiyah di Sukabumi. wah, aku langsung nggak berselera makan lagi. mau marah rasanya ngeliat puing-puing yang hangus menghitam. sisa-sisa kayu yang bertonjolan diantara reruntuhan dinding yang sudah nggak bisa dikenali lagi bentuknya.
katanya para pengikut Ahmadiyah disebut beraliran sesat, makanya masjidnya pantas dibakar. aku nggak tau apakah sebelum membakar masjid itu mereka sempat mengeluarkan Al Qur'an yang pasti ada di dalam masjid. nah, kalau Al Qur'an yang dipakai adalah kitab yang sama persis dengan apa yang dibaca para pembakar (itu pun kalo mereka membacanya), menurutku tindakan pembakaran dan perusakan itu sangat nggak pada tempatnya. sangat keterlaluan.
dalam hukum manapun, pembakaran tempat ibadah bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan.
aku sedih banget denger berita itu. kemarahan dan kesedihanku bercampur aduk jadi satu. dan aku menyesali kepicikan, pikiran yang sempit dan kebodohan, yang terus-menerus membuat umat Islam terpecah-pecah, sampai saling menyerang satu sama lain.
kalau perusakan dan pembakaran bahkan dilakukan pada sesama Muslim, lalu bagaimana kita bisa menyebut agama ini agama yang menyejukkan, cinta damai dan nirkekerasan?
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Friday, May 02, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment