keluar dari stasiun, lurus terus sampai ketemu deretan kafe dengan pemandangan khas musim panas, meja-meja dipasang di teras, diteduhi bayangan parasol, orang-orang berbusana ringan dan berwarna-warni, sebagian berkemeja dan dasi, khas pekerja dari kantor-kantor di sekitar pelataran itu. hari ini agak dingin, sebagian dari mereka memakai kaus hangat lengan panjang dan sepatu boot setinggi lutut. duh, boot itu... kalo Bali gak segitu panasnya, aku pasti udah beli deh. beneran deh.
di tengah plasa ada orang-orang sedang berdemo, berjalan kaki mengelilingi plasa, meneriakkan yel-yel, membawa poster, foto-foto... ah, aku dengar Sebrenica disebut-sebut. mungkin ini acara peringatan pembantaian etnis di Bosnia-Herzegivina. seorang wanita langsing jangkung dalam balutan gaun pendek warna cokelat menyusut airmatanya saat berpapasan denganku, laki-laki di sampingnya langsung merangkul bahunya dengan erat.
aku membelok ke kanan, lurus sampai melihat gerbang Buitenhof, menyeberang jalan, membelok tajam ke kanan, Mauritshuis tegak di kiriku. turun tangga dikit, lalu sampai di pintu masuk museum ini, gedung tiga lantai yang dulu merupakan kediaman Gubernur Jenderal Nassau, Maurits.
aku membeli tiket di loket. penjaganya cekatan dan ramah. ia memberiku juga selembar flier yang berisi info singkat mengenai koleksi di rumah besar ini. aku memandangnya sambil tersenyum
"where can I see her?" tanyaku sambil menunjuk poster di dinding. ia balas tersenyum.
" second floor, room 15" jawabnya sambil tersenyum lebih lebar. aku rasa dia sudah menjawab pertanyaan yang sama ratusan kali.
aku naik tangga setengah berlari. suara langkahku teredam oleh karpet tebal yang terpasang di tangga, sebagian orang tampak berdiri di depan lukisan sambil mendengarkan penjelasan dari headphone yang terpasang di kepala. sesampai di lantai dua, aku masuk ke ruangan di pojok kanan, tapi yang aku temukan adalah lukisan besar Rembrandt.
aku keluar lagi, pindah ke ruangan di pojok kiri.
dan di sanalah ia.
dalam kemudaannya yang abadi, usianya pasti masih belasan waktu wajahnya dipulaskan pada lukisan itu. ia seperti sedang berjalan di suatu lorong gelap, saat seseorang memanggil namanya. ia menoleh, semburat terkejut tampak di wajahnya. mulutnya setengah terbuka, dengan bayang basah di ujung bibirnya. ekspresi kaget yang mestinya hanya bertahan selama beberapa detik, kilau mutiara yang membiaskan cahaya, semua terekam dengan sempurna. dengan warna biru yang dihasilkan oleh gerusan halus lapiz lazuli dari Afghanistan. ratusan tahun yang lalu.
3 comments:
itu siapa jeng?
*buta seni*
the girl with a pearl earring.
lukisannya johannes vermeer
:D
Congrats, Na, tercapai juga! :-D
Post a Comment