Hey Ina,
I hope this message finds you well. I am now back in Utah and having some fun re-adapting to the situation here. I am now starting to become familiar with the news and current events again, and I heard about the recent developments with the cartoons that came from Denmark. I am so sorry to hear that these things bring such turmoil. I know this sounds funny, but I feel a little difficult in this situation because part of my heritage comes from Denmark. I hope that things in Bali aren't worse because of this. Well, just wanted to say hi and tell you that I am back in my home town. It really is strange here. Not sure how things will be in the next couple of months, but hopefully they will all be good.
Take care,
Court
(aku membaca email Courtney sambil tercenung. apakah aku harus membabi buta? menyamakan orang dengan bangsa? media dengan negara?)
Dear Court,
it's nice to read from you again. Bali is hot and sunny and dry. It's been 10 days since the last rain. I have to turn my fan all day now, and frequently moving to air conditioned room to get some cool air.
I saw the cartoon couple days ago. They're awful and I share the same feeling with those people who join the riot in Jakarta. But I don't believe in violence. Violence will only affirmed what people have thought about Islam. That Islam is terrorism. For me, those cartoon are just an absolutely a pathetic way of being famous by a cowards with double standard on their mind. The cartoonist must have known that those pictures will bring negative reactions and even turmoil. But still they did so.
I wouldn't blame you just because part of your heritage come from Denmark. You have nothing to choose or change it.
Take care,
Ina
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Friday, February 17, 2006
Wednesday, February 08, 2006
tiga kejadian pagi ini
nabrak anjing waktu lagi boncengan sama wine. kata wine nggak papa anjingnya ditabrak karena anjingnya bego. guling-gulingan di jalan. dan kalo nggak ditabrak, malah aku sama wine yang jatuh ke parit.
hiks! serius aku masih ngerasa nggak enak gara-gara itu.
telat ke kantor dan bikin wine telat ke kantor juga karena harus beli bensin dulu. udah sampe ke garis merah.
beli bensin 10 ribu. tapi kayaknya ngasihnya kurang dari itu. soalnya setelah jalan, jarum penunjuknya naiknya dikit banget. ini nipu apa yah?
dan entah kenapa, sambungan internet baik yang wifi maupun yang ethernet bersepakat untuk sama-sama bekerja lambat hari ini
hu-uh! bete!
hiks! serius aku masih ngerasa nggak enak gara-gara itu.
telat ke kantor dan bikin wine telat ke kantor juga karena harus beli bensin dulu. udah sampe ke garis merah.
beli bensin 10 ribu. tapi kayaknya ngasihnya kurang dari itu. soalnya setelah jalan, jarum penunjuknya naiknya dikit banget. ini nipu apa yah?
dan entah kenapa, sambungan internet baik yang wifi maupun yang ethernet bersepakat untuk sama-sama bekerja lambat hari ini
hu-uh! bete!
Tuesday, February 07, 2006
suatu pagi di batan waru
"Kamu daftar PNS juga say?" seorang teman bertanya lewat YM
"Aku? daftar PNS? Nggaklah...kan dari dulu juga aku nggak mau. Kok kamu masih nanyain itu?"
"Ya, kali aja kamu daftar"
Ah, aku lalu jadi ilfil mau nerusin chatting sama dia. Topik ini selalu menyebarkan perasaan nggak enak di perutku. Mengingatkan aku lagi pada hal-hal buruk yang terjadi dua tahun yang lalu. Dan nggak ada kenangan baik yang bisa dipakai untuk mengimbanginya. Ah!
Lalu waktu aku ketemu dengan Joy dan Wayan pagi-pagi hari Minggu itu, kami membahas lagi tentang PNS. Sebenernya mula-mula kita ngebahas CSR (corporate social responsibility), sih... lalu pertanyaan kenapa mekanisme CSR belum bisa berkembang dengan baik di negara ini. Joy bilang, karena paradigma pemerintahnya masih terus punishment, tapi nggak ada reward. Aha! you got the point, Joy!
Menurutku, itu juga disebabkan oleh kinerja PNS. Bayangin aja, kerja nggak ada appraisal, tiap 4 tahun sekali otomatis naik golongan, yang paling aneh misalnya kasus temen sekerjanya tante Sri yang mengalami gangguan jiwa, dan di kantor udah nggak bisa ngerjain apa-apa, tetep aja nggak dikeluarin dan tetep dapat gaji penuh. Apalagi kalo hanya malas...
Rajin atau malas, asal golongannya sama, gajinya tetep sama. PNS dimanapun. Nah...kalo berada dalam lingkungan semacam itu, berapa lama pertahanan seseorang bisa diandalkan. Lama-lama akan lebih mudah untuk memilih menjadi pragmatis. Cari jalan yang gampang aja (yang ini tambahan dari Joy)
Sesaat setelah seseorang menandatangani perjanjian untuk jadi PNS, seketika itu juga dia menjelma menjadi sederetan angka NIP, tergantung golongan gajinya. Sangat sulit buat dia untuk menjadi individu yang bisa dikenali, nyaris nggak mungkin untuk mendapatkan apresiasi dari aktualisasi diri. Yang menilai di Jakarta dia kerjanya di Pulau Rote. Dia nggak lagi bernama. NIP sekian sampai sekian, golongan IIIC, masa kerja sekian tahun, tahun depan naik golongan.
Dan aku terlalu narsis untuk itu.
"Aku? daftar PNS? Nggaklah...kan dari dulu juga aku nggak mau. Kok kamu masih nanyain itu?"
"Ya, kali aja kamu daftar"
Ah, aku lalu jadi ilfil mau nerusin chatting sama dia. Topik ini selalu menyebarkan perasaan nggak enak di perutku. Mengingatkan aku lagi pada hal-hal buruk yang terjadi dua tahun yang lalu. Dan nggak ada kenangan baik yang bisa dipakai untuk mengimbanginya. Ah!
Lalu waktu aku ketemu dengan Joy dan Wayan pagi-pagi hari Minggu itu, kami membahas lagi tentang PNS. Sebenernya mula-mula kita ngebahas CSR (corporate social responsibility), sih... lalu pertanyaan kenapa mekanisme CSR belum bisa berkembang dengan baik di negara ini. Joy bilang, karena paradigma pemerintahnya masih terus punishment, tapi nggak ada reward. Aha! you got the point, Joy!
Menurutku, itu juga disebabkan oleh kinerja PNS. Bayangin aja, kerja nggak ada appraisal, tiap 4 tahun sekali otomatis naik golongan, yang paling aneh misalnya kasus temen sekerjanya tante Sri yang mengalami gangguan jiwa, dan di kantor udah nggak bisa ngerjain apa-apa, tetep aja nggak dikeluarin dan tetep dapat gaji penuh. Apalagi kalo hanya malas...
Rajin atau malas, asal golongannya sama, gajinya tetep sama. PNS dimanapun. Nah...kalo berada dalam lingkungan semacam itu, berapa lama pertahanan seseorang bisa diandalkan. Lama-lama akan lebih mudah untuk memilih menjadi pragmatis. Cari jalan yang gampang aja (yang ini tambahan dari Joy)
Sesaat setelah seseorang menandatangani perjanjian untuk jadi PNS, seketika itu juga dia menjelma menjadi sederetan angka NIP, tergantung golongan gajinya. Sangat sulit buat dia untuk menjadi individu yang bisa dikenali, nyaris nggak mungkin untuk mendapatkan apresiasi dari aktualisasi diri. Yang menilai di Jakarta dia kerjanya di Pulau Rote. Dia nggak lagi bernama. NIP sekian sampai sekian, golongan IIIC, masa kerja sekian tahun, tahun depan naik golongan.
Dan aku terlalu narsis untuk itu.
Monday, February 06, 2006
Supermarket Trauma
went to their office and saw all of their products made me feel uneasy. went to the supermarket with them is even worst.
(yeah, I know I have to stop this gibberish and start to tell a story)
Jumat itu, sebenarnya aku hanya mau ketemu Vira. aku tau dia sedang ada di Bali. jadi waktu aku masih di Bisma dan dia sms, aku usulkan padanya untuk ketemu di Ubud aja. ternyata dia datang sama teman-teman kantornya. 5 dari 350 orang yang ada di divisi sales Unilever yang sedang bikin annual conference di Bali. mari kita absen lagi satu-satu...Irma, Freddy, Chris, Melda dan Tanti. tentu saja di awal obrolan masih banyak roamingnya. yang mereka bahas masih soal kerjaan. masih tentang apa yang mereka alami di acara yang barusan aja selesai. walopun begitu, tetep aja aku dan Vira nggak ngobrol banyak waktu ada diantara mereka.
pertama, karena kami terlalu baik hati untuk nggak bikin mereka ngalamin roaming karena denger cerita orang-orang yang mereka nggak tau, dengan referensi kejadian masa lalu yang kalo mo diceritain sejarahnya juga panjang banget.
kedua, karena kira-kira 15 menit setelah aku datang, aku mulai diinterogasi sama Chris, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini;
kamu orang mana?
males banget jawab pertanyaan ini. tapi dia kekeuh minta dikasih tau dimana lahirku, orang tuaku lahir dimana, merasa jadi orang mana...*keluh*
kamu religious ato spiritual?
well, kayaknya ini semacam tes buat masuk uji nyali kali ya...
the rest of the group pada komentar kalo aku udah masuk daftarnya Chris. jadi dari tadi ini nih psikotest gitu? ato test wawancara?... sayangnya pertanyaan yang paling penting nggak ditanyakan. hihihi...
ketiga, ada pertanyaan-pertanyaan seperti...
pake shampoo apa?
(Sunsilk. yang mana? pink n ungu ganti-ganti. oh, yang straight n silky sama weighty and smooth ya?)
pake deterjen apa?
(Attack)
pake pasta gigi apa?
(Enzim)
makan es krim apa?
(dulu Walls sekarang Nestle)
tentu saja! kalo aku nggak pake produk Unilever, jawabanku akan dibahas.
*sigh*
keempat, mereka ini adalah orang-orang yang udah berkali-kali datang ke Bali. dan tentu saja, seperti halnya orang Indonesia (dan Jakarta) lainnya yang mainstream, mereka melulu hanya ngubek-ubek Kuta, Seminyak dan Legian. that's all. dan aku memandang mereka dengan prihatin karena itu:p
sisanya jadi seperti yang biasanya aku lakukan bersama teman-teman lain yang datang, atau tamu lain yang berkunjung ke Ubud. dan ke Komaneka. bercerita tentang sejarah Ubud, tentang Yoga, tentang dupa dan essence oil, upscale hotels and resorts, sedikit tentang upacara dan odalan dan ini dan itu. dan showing room (crossing my fingers that the guests are out of their room...). seperti biasa, aku menikmati saat-saat mereka masuk dari pintu. kamar 201 selalu jadi favoritku karena efeknya yang bekerja secara mencengangkan:D
setelah mereka check in di Teba House, aku mengantar mereka ke supermarket untuk membeli handuk dan lain sebagainya yang mereka perlukan. suatu hari, tahun lalu, aku ke gedungnya Unilever yang sebelahan sama Hoka-hoka Bento dan ngeliat semua produk mereka di lantai dasar. dan seketika aku merasa seperti dicengkeram sesuatu yang besar dan nggak keliatan, tapi bikin aku nggak bisa bergerak. mereka mengisi lebih dari separuh ruang yang ada di lemari persediaan ibuku! yayaya... salah juga aku cerita itu, karena langsung dijawab dengan bilang. memang... 99% rumah tangga di Indonesia begitu. oooh!kenapa fakta yang mengerikan itu dibilangin ke aku? kenapa?
dan sekarang aku pergi ke supermarket sama mereka. begitu nyampe, yang ada mereka langsung berkerumun di depan lemari kaca yang memajang contoh produk, mengomentari display-nya dan aaahh!! aku nggak kuat!
aku langsung kabur ke bagian yang lain. aku nggak mau dengar mereka membandingkan produk-produk itu dan seterusnya, dan seterusnya...
kayaknya ini akan jadi pengalaman traumatis, deh!oh, my eyes...oh, my brain...
dan kemarin pagi, waktu mereka udah pulang, aku ke toko untuk beli pantyliner. tiba-tiba aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kulakukan sebelumnya. aku cek pabrik mana yang bikin pantyliner itu.
(yeah, I know I have to stop this gibberish and start to tell a story)
Jumat itu, sebenarnya aku hanya mau ketemu Vira. aku tau dia sedang ada di Bali. jadi waktu aku masih di Bisma dan dia sms, aku usulkan padanya untuk ketemu di Ubud aja. ternyata dia datang sama teman-teman kantornya. 5 dari 350 orang yang ada di divisi sales Unilever yang sedang bikin annual conference di Bali. mari kita absen lagi satu-satu...Irma, Freddy, Chris, Melda dan Tanti. tentu saja di awal obrolan masih banyak roamingnya. yang mereka bahas masih soal kerjaan. masih tentang apa yang mereka alami di acara yang barusan aja selesai. walopun begitu, tetep aja aku dan Vira nggak ngobrol banyak waktu ada diantara mereka.
pertama, karena kami terlalu baik hati untuk nggak bikin mereka ngalamin roaming karena denger cerita orang-orang yang mereka nggak tau, dengan referensi kejadian masa lalu yang kalo mo diceritain sejarahnya juga panjang banget.
kedua, karena kira-kira 15 menit setelah aku datang, aku mulai diinterogasi sama Chris, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini;
kamu orang mana?
males banget jawab pertanyaan ini. tapi dia kekeuh minta dikasih tau dimana lahirku, orang tuaku lahir dimana, merasa jadi orang mana...*keluh*
kamu religious ato spiritual?
well, kayaknya ini semacam tes buat masuk uji nyali kali ya...
the rest of the group pada komentar kalo aku udah masuk daftarnya Chris. jadi dari tadi ini nih psikotest gitu? ato test wawancara?... sayangnya pertanyaan yang paling penting nggak ditanyakan. hihihi...
ketiga, ada pertanyaan-pertanyaan seperti...
pake shampoo apa?
(Sunsilk. yang mana? pink n ungu ganti-ganti. oh, yang straight n silky sama weighty and smooth ya?)
pake deterjen apa?
(Attack)
pake pasta gigi apa?
(Enzim)
makan es krim apa?
(dulu Walls sekarang Nestle)
tentu saja! kalo aku nggak pake produk Unilever, jawabanku akan dibahas.
*sigh*
keempat, mereka ini adalah orang-orang yang udah berkali-kali datang ke Bali. dan tentu saja, seperti halnya orang Indonesia (dan Jakarta) lainnya yang mainstream, mereka melulu hanya ngubek-ubek Kuta, Seminyak dan Legian. that's all. dan aku memandang mereka dengan prihatin karena itu:p
sisanya jadi seperti yang biasanya aku lakukan bersama teman-teman lain yang datang, atau tamu lain yang berkunjung ke Ubud. dan ke Komaneka. bercerita tentang sejarah Ubud, tentang Yoga, tentang dupa dan essence oil, upscale hotels and resorts, sedikit tentang upacara dan odalan dan ini dan itu. dan showing room (crossing my fingers that the guests are out of their room...). seperti biasa, aku menikmati saat-saat mereka masuk dari pintu. kamar 201 selalu jadi favoritku karena efeknya yang bekerja secara mencengangkan:D
setelah mereka check in di Teba House, aku mengantar mereka ke supermarket untuk membeli handuk dan lain sebagainya yang mereka perlukan. suatu hari, tahun lalu, aku ke gedungnya Unilever yang sebelahan sama Hoka-hoka Bento dan ngeliat semua produk mereka di lantai dasar. dan seketika aku merasa seperti dicengkeram sesuatu yang besar dan nggak keliatan, tapi bikin aku nggak bisa bergerak. mereka mengisi lebih dari separuh ruang yang ada di lemari persediaan ibuku! yayaya... salah juga aku cerita itu, karena langsung dijawab dengan bilang. memang... 99% rumah tangga di Indonesia begitu. oooh!kenapa fakta yang mengerikan itu dibilangin ke aku? kenapa?
dan sekarang aku pergi ke supermarket sama mereka. begitu nyampe, yang ada mereka langsung berkerumun di depan lemari kaca yang memajang contoh produk, mengomentari display-nya dan aaahh!! aku nggak kuat!
aku langsung kabur ke bagian yang lain. aku nggak mau dengar mereka membandingkan produk-produk itu dan seterusnya, dan seterusnya...
kayaknya ini akan jadi pengalaman traumatis, deh!oh, my eyes...oh, my brain...
dan kemarin pagi, waktu mereka udah pulang, aku ke toko untuk beli pantyliner. tiba-tiba aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kulakukan sebelumnya. aku cek pabrik mana yang bikin pantyliner itu.
Thursday, February 02, 2006
an Indian woman in Chinatown
Elsbeth Monod hari ini datang bersama keluarga Sara Sooja, klienku yang berdarah India, lahir di Singapura dan kini menetap di New York. kakak perempuan Sara, kakak iparnya, dan ibunya. mereka akan ikut upacara di pura keluarga di Komaneka, lalu ikut bu Mansri ke pura di Pasar Ubud.
atau begitulah rencananya. karena sang ibu kemudian memutuskan untuk nggak ikut ke pasar dan menunggu di Komaneka. aku yang menemaninya. seorang Mamachi berusia 60 tahun-an. apa yang harus kubicarakan dengan seorang Mamachi?
kami bicara tentang Singapura, karena setelah menikah dia tinggal disana sampai sekarang. dia tinggal disebuah flat di Telok Belanga. aha! itu nggak jauh dari Chinatown dan kami lalu bicara tentang Chinatown. dia bercerita kalau dulu dia sering pergi ke Chinatown untuk berbelanja keperluan sehari-hari dan membeli pakaian untuk anak-anaknya. waktu itu dia baru sampai di Singapura dan belum tau Little India. jadilah ia, satu-satunya wanita India yang datang ke Chinatown.
ahahaha!
ternyata dia lahir di Kerala. aku bilang padanya kalau aku baru selesai membaca sebuah buku yang settingnya Kerala. dengan yakin dia menyebut The God of Small Things. aku tersenyum. kami lalu bicara tentang buku itu, tentang Arundhati Roy, tentang Booker Prize, tentang Kottayam, Cochin dan Ayemenem. sesudahnya kami bicara tentang Hindu di Bali dan Hindu di India.
aku sempat khawatir kalau Mamachi bosan atau tidak berkenan dengan apa yang kubicarakan. apa yang kulakukan. dia selalu bicara dengan ekspresi datar, menggoyangkan kepala a la India dengan samar. namun diakhir pertemuan dia memegang tanganku dan berkata
"it's nice to meet you. when will you come to Singapore again? don't forget to give us a call"
dan untuk pertama kalinya dia tersenyum.
atau begitulah rencananya. karena sang ibu kemudian memutuskan untuk nggak ikut ke pasar dan menunggu di Komaneka. aku yang menemaninya. seorang Mamachi berusia 60 tahun-an. apa yang harus kubicarakan dengan seorang Mamachi?
kami bicara tentang Singapura, karena setelah menikah dia tinggal disana sampai sekarang. dia tinggal disebuah flat di Telok Belanga. aha! itu nggak jauh dari Chinatown dan kami lalu bicara tentang Chinatown. dia bercerita kalau dulu dia sering pergi ke Chinatown untuk berbelanja keperluan sehari-hari dan membeli pakaian untuk anak-anaknya. waktu itu dia baru sampai di Singapura dan belum tau Little India. jadilah ia, satu-satunya wanita India yang datang ke Chinatown.
ahahaha!
ternyata dia lahir di Kerala. aku bilang padanya kalau aku baru selesai membaca sebuah buku yang settingnya Kerala. dengan yakin dia menyebut The God of Small Things. aku tersenyum. kami lalu bicara tentang buku itu, tentang Arundhati Roy, tentang Booker Prize, tentang Kottayam, Cochin dan Ayemenem. sesudahnya kami bicara tentang Hindu di Bali dan Hindu di India.
aku sempat khawatir kalau Mamachi bosan atau tidak berkenan dengan apa yang kubicarakan. apa yang kulakukan. dia selalu bicara dengan ekspresi datar, menggoyangkan kepala a la India dengan samar. namun diakhir pertemuan dia memegang tanganku dan berkata
"it's nice to meet you. when will you come to Singapore again? don't forget to give us a call"
dan untuk pertama kalinya dia tersenyum.
Tuesday, January 31, 2006
cafe bernama kafe
letaknya tak jauh dari kosku. masih di jalan hanoman juga. sebetulnya cafe ini adalah bagian dari kompleks yang dihuni oleh galeri, studio perabot, LSM, dan studio yoga. disebelah kirinya, ada galeri Tegun, yang menjual berbagai kerajinan dan barang antik. tempat ini seperti lemari kuno kepunyaan nenek yang bercahaya temaram, dan barang-barangnya mengeluarkan aroma masa lalu. diatas galeri Tegun, ada kantor IDEP dan kantor Bali Cares. dilantai atas cafe itu ada studio yoga Bali Spirit. dibagian belakangnya ada studio pembuatan perabot dari kayu yang finishingnya bagus sekali, meskipun nggak berpelitur. Woodworking studio, begitu tertulis namanya.
adalah kafe yang dikelilingi oleh semuanya itu. mungkin karena sudah terlalu penat oleh berbagai nama dan nggak bisa memutuskan, tempat itu jadi bernama KAFE. agak susah memang untuk menyebutnya secara khusus. pada beberapa teman yang sudah mengenal tempat itu, aku cukup menyebutkan kafe. dengan Kristen, tempat itu kami sebut 'the cozy place near to Bali Cares'. tapi dengan bu Mansri, aku sempat nyaris berdebat kusir, karena waktu aku ditanya "apa nama cafe-nya?" jawabanku adalah "kafe"
dindingnya dicat krem dengan satu sisi dinding berwarna merah. suasananya hangat. kusen jendela dan pintu berwarna cokelat merah. furniturnya terbuat dari kayu, dengan warna alami tanpa pelitur. di deretan kiri terletak para-para yang rendah dengan meja yang juga rendah dan orang harus duduk tanpa kursi disitu. sebagai ganti kursi, diletakkan sejumlah bantal tipis untuk diduduki dan ada pula bantal besar yang empuk dan nyaman untuk bersandar. deretan ini adalah tempat favoritku.
sebagian besar makanan disana masuk dalam golongan vegetarian menu dan yogi menu. tapi tenang aja, masih ada beberapa jenis daging-dagingan, ikan dan ayam untuk para carnivorian. ada juga menu anak-anak yang berisi susu, sayap ayam dan spaghetti dalam porsi kecil. yang selalu aku cari tentu saja kue-kue dan kue. mereka punya blueberry cake yang enak, chocolate brownies yang sangat cooklaattt... banana muffin with raisin...yang lainnya aku belum coba.
diantara sekian banyak menu-nya, yang aku udah coba adalah tuna sandwich, india plate dan salah satu salad dengan irisan ayam panggang yang aku lupa namanya. aku pernah juga makan bubur injin, yoghurt with honey, dan nasi goreng. ahaha...
kopinya enak. ini adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki sebuah cafe. apalagi kalo cafe-nya bernama kafe. jus dan lassi-nya juga enak. kita bisa pesan honey lassi disini. dengan extra honey. saat-saat favoritku di kafe adalah selepas latihan yoga. duduk di bantal besar merah itu, sambil membaca buku dan minum camomile tea.
hmmmm...
adalah kafe yang dikelilingi oleh semuanya itu. mungkin karena sudah terlalu penat oleh berbagai nama dan nggak bisa memutuskan, tempat itu jadi bernama KAFE. agak susah memang untuk menyebutnya secara khusus. pada beberapa teman yang sudah mengenal tempat itu, aku cukup menyebutkan kafe. dengan Kristen, tempat itu kami sebut 'the cozy place near to Bali Cares'. tapi dengan bu Mansri, aku sempat nyaris berdebat kusir, karena waktu aku ditanya "apa nama cafe-nya?" jawabanku adalah "kafe"
dindingnya dicat krem dengan satu sisi dinding berwarna merah. suasananya hangat. kusen jendela dan pintu berwarna cokelat merah. furniturnya terbuat dari kayu, dengan warna alami tanpa pelitur. di deretan kiri terletak para-para yang rendah dengan meja yang juga rendah dan orang harus duduk tanpa kursi disitu. sebagai ganti kursi, diletakkan sejumlah bantal tipis untuk diduduki dan ada pula bantal besar yang empuk dan nyaman untuk bersandar. deretan ini adalah tempat favoritku.
sebagian besar makanan disana masuk dalam golongan vegetarian menu dan yogi menu. tapi tenang aja, masih ada beberapa jenis daging-dagingan, ikan dan ayam untuk para carnivorian. ada juga menu anak-anak yang berisi susu, sayap ayam dan spaghetti dalam porsi kecil. yang selalu aku cari tentu saja kue-kue dan kue. mereka punya blueberry cake yang enak, chocolate brownies yang sangat cooklaattt... banana muffin with raisin...yang lainnya aku belum coba.
diantara sekian banyak menu-nya, yang aku udah coba adalah tuna sandwich, india plate dan salah satu salad dengan irisan ayam panggang yang aku lupa namanya. aku pernah juga makan bubur injin, yoghurt with honey, dan nasi goreng. ahaha...
kopinya enak. ini adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki sebuah cafe. apalagi kalo cafe-nya bernama kafe. jus dan lassi-nya juga enak. kita bisa pesan honey lassi disini. dengan extra honey. saat-saat favoritku di kafe adalah selepas latihan yoga. duduk di bantal besar merah itu, sambil membaca buku dan minum camomile tea.
hmmmm...
Monday, January 30, 2006
rumah untuk buku-ku
sudah lama aku berencana membeli rak buku. karena jumlah buku di kamarku semakin hari makin bertambah dan terlihat berantakan karena hanya ditumpuk diatas meja. waktu aku bilang sama wm dan mimi tentang ini, mereka menyarankan aku untuk memasang rak buku di dinding, seperti rak buku mereka di warkop. mimi bilang aku boleh pake papan yang masih tersisa, dan wm bilang dia akan ke ace hardware, jadi aku boleh nitip dibelikan besi untuk penyangga rak buku.
ketika akhirnya semua material terkumpul, warnanya jadi campur aduk. satu papan yang kuambil di warkop berwarna hitam. onet membelikanku papan lain berwarna cokelat. besi penahan papan dan besi rak buku yang menempel di dinding semua berwarna putih. ya udahlah gak papa... udah bagus aku nggak perlu jauh-jauh ke kuta untuk membeli semuanya sendiri, tapi tinggal duduk manis menunggu di ubud. karena setelah semua bahan terkumpul di warkop, phillipe yang membawa semuanya ke ubud.
sabtu kemarin, aku putuskan untuk memasang rak bukuku. mula-mula aku mengambil peralatan ke bee house. phillipe mengijinkan aku meminjam bor, obeng kembang dan meteran. udah gitu, aku masih boleh minta sekrup dan penahan sekrupnya, karena dia masih punya banyak. phillipe memasang rak yang sama denganku. bedanya, punya dia memanjang dari atas ke bawah dengan enam papan.
di bee house onet mengajariku cara memasang mata bor dan langkah-langkah pemasangan sekrupnya. di kosku, aku mengulangi semua yang diajarkan...pake kunci untuk mengendorkan mulut bor, pasang mata bor, eratkan lagi mulut bor dengan kunci. periksa dan pastikan semua udah kencang. colokin kabel ke sumber listrik dan bismillah... aku menekan tombol bor. susah juga ternyata... aku harus menjaga supaya bor tetap berada di satu titik dan menekan cukup kuat supaya mata bor bisa menembus dinding. naif bener aku karena berpikir ini akan gampang. hello, ina... ini kan dinding bata, bukannya kayu balsa.
belum jadi satu lubang, mata bornya bengkok. aku panik. lewat sms onet bilang padaku supaya pake mata bor yang berwarna hitam. "cari yang besarnya sama".
setengah khawatir, aku mencobanya sekali lagi. kali ini dengan mata bor yang berwarna hitam dan dengan persiapan tenaga yang lebih besar. konsentrasi...jangan hiraukan suara yang membahana ketika mata bor menembus dinding... mata bor ini nggak akan bengkok...dan oh, yeah! jadi satu lubang.
waktu mau pasang penahan sekrupnya, aku turun dulu untuk pinjam palu ke bapak kos. tatapannya menyelidik waktu aku meminta palu itu. tapi dia nggak bertanya. aku pasang penahan sekrup dengan palu, lalu membuat lubang berikutnya. setelah itu, aku mulai memasang besi penahan rak, dan menguatkan serup ke dinding. uh! ini bagian yang paling berat. obeng kuputar dan seketika itu juga keringat bercucuran di dahiku. aku bisa merasakan setiap tetesnya seiring masuknya sekrup ke dalam dinding.
akhirnya, ketika dua besi penahan dan empat sekrup terpasang rapi menempel ke dinding, dengan dua papan bertengger manis siap menahan buku-buku-ku, rambutku udah basah dan tubuhku bersimbah peluh. tapi rasa puas karena berhasil memasang rak buku sendiri bikin aku bahagia. sampai tidur pun aku menghadap rak buku malam itu.
ketika akhirnya semua material terkumpul, warnanya jadi campur aduk. satu papan yang kuambil di warkop berwarna hitam. onet membelikanku papan lain berwarna cokelat. besi penahan papan dan besi rak buku yang menempel di dinding semua berwarna putih. ya udahlah gak papa... udah bagus aku nggak perlu jauh-jauh ke kuta untuk membeli semuanya sendiri, tapi tinggal duduk manis menunggu di ubud. karena setelah semua bahan terkumpul di warkop, phillipe yang membawa semuanya ke ubud.
sabtu kemarin, aku putuskan untuk memasang rak bukuku. mula-mula aku mengambil peralatan ke bee house. phillipe mengijinkan aku meminjam bor, obeng kembang dan meteran. udah gitu, aku masih boleh minta sekrup dan penahan sekrupnya, karena dia masih punya banyak. phillipe memasang rak yang sama denganku. bedanya, punya dia memanjang dari atas ke bawah dengan enam papan.
di bee house onet mengajariku cara memasang mata bor dan langkah-langkah pemasangan sekrupnya. di kosku, aku mengulangi semua yang diajarkan...pake kunci untuk mengendorkan mulut bor, pasang mata bor, eratkan lagi mulut bor dengan kunci. periksa dan pastikan semua udah kencang. colokin kabel ke sumber listrik dan bismillah... aku menekan tombol bor. susah juga ternyata... aku harus menjaga supaya bor tetap berada di satu titik dan menekan cukup kuat supaya mata bor bisa menembus dinding. naif bener aku karena berpikir ini akan gampang. hello, ina... ini kan dinding bata, bukannya kayu balsa.
belum jadi satu lubang, mata bornya bengkok. aku panik. lewat sms onet bilang padaku supaya pake mata bor yang berwarna hitam. "cari yang besarnya sama".
setengah khawatir, aku mencobanya sekali lagi. kali ini dengan mata bor yang berwarna hitam dan dengan persiapan tenaga yang lebih besar. konsentrasi...jangan hiraukan suara yang membahana ketika mata bor menembus dinding... mata bor ini nggak akan bengkok...dan oh, yeah! jadi satu lubang.
waktu mau pasang penahan sekrupnya, aku turun dulu untuk pinjam palu ke bapak kos. tatapannya menyelidik waktu aku meminta palu itu. tapi dia nggak bertanya. aku pasang penahan sekrup dengan palu, lalu membuat lubang berikutnya. setelah itu, aku mulai memasang besi penahan rak, dan menguatkan serup ke dinding. uh! ini bagian yang paling berat. obeng kuputar dan seketika itu juga keringat bercucuran di dahiku. aku bisa merasakan setiap tetesnya seiring masuknya sekrup ke dalam dinding.
akhirnya, ketika dua besi penahan dan empat sekrup terpasang rapi menempel ke dinding, dengan dua papan bertengger manis siap menahan buku-buku-ku, rambutku udah basah dan tubuhku bersimbah peluh. tapi rasa puas karena berhasil memasang rak buku sendiri bikin aku bahagia. sampai tidur pun aku menghadap rak buku malam itu.
Sunday, January 29, 2006
tahun anjing api
hari ini, seseorang mengirimkan ramalan tentang apa yang akan terjadi di tahun anjing api berdasarkan shio-nya. untuk shio monyet, beginilah bunyinya:
Tahun untuk berhati-hati. Keberuntungan menurun, investasi memburuk, dan Anda akan kehilangan uang. Teman Anda ternyata adalah teman yang palsu. Kekecewaan memuncak di sepanjang tahun sehingga sikap yang terbaik adalah merendah dan tetap tenang. Tempatkan anjing fu di pintu masuk rumah Anda. Sepasang chi lin di meja kerja akan melindungi Anda dari politik di kantor atau tempat kerja.
well, kayaknya prediksi ini nggak perlu dipercaya karena bunyinya sama sekali nggak positif. aku hanya mau percaya pada hal yang baik saja. karena medan energi di sekitar kita berkaitan erat dengan apa yang kita percayai. kira-kira gini... kalo setiap pagi aku ngeliat wajah sendiri di depan cermin dan aku bilang "duh, aku nggak cantik, duh, hidungnya pesek...duh, kulitnya item, nggak bening..." tentu saja aku akan pergi ke kantor hari itu dengan tidak percaya diri. dan seketika wajahku memang jadi lebih jelek, hidungnya lebih mblesek... dan seterusnya... dan seterusnya.
tapi sebaliknya kalo aku tersenyum dan bilang "wah, aku manis juga ternyata kalau tersenyum" aku akan terus tersenyum di kantor, supaya tetap terlihat manis... dan aku akan jadi lebih percaya diri, dan sepanjang hari itu akan menjadi baik.
itu termasuk hal-hal yang aku yakini selama ini. sama seperti kalo kita berpikir positif, hal-hal positif yang akan terjadi pada kita.
jadi aku akan ambil remote control, dan skip tahun anjing dan segala keburukannya. tahun ini adalah tahun yang kosong tanpa ramalan dan segala hal mungkin terjadi. kalo aku bekerja keras, berbuat baik, jujur dan disiplin pada tujuanku, segala yang kuinginkan akan kudapatkan. dengan ijin Allah.
Tahun untuk berhati-hati. Keberuntungan menurun, investasi memburuk, dan Anda akan kehilangan uang. Teman Anda ternyata adalah teman yang palsu. Kekecewaan memuncak di sepanjang tahun sehingga sikap yang terbaik adalah merendah dan tetap tenang. Tempatkan anjing fu di pintu masuk rumah Anda. Sepasang chi lin di meja kerja akan melindungi Anda dari politik di kantor atau tempat kerja.
well, kayaknya prediksi ini nggak perlu dipercaya karena bunyinya sama sekali nggak positif. aku hanya mau percaya pada hal yang baik saja. karena medan energi di sekitar kita berkaitan erat dengan apa yang kita percayai. kira-kira gini... kalo setiap pagi aku ngeliat wajah sendiri di depan cermin dan aku bilang "duh, aku nggak cantik, duh, hidungnya pesek...duh, kulitnya item, nggak bening..." tentu saja aku akan pergi ke kantor hari itu dengan tidak percaya diri. dan seketika wajahku memang jadi lebih jelek, hidungnya lebih mblesek... dan seterusnya... dan seterusnya.
tapi sebaliknya kalo aku tersenyum dan bilang "wah, aku manis juga ternyata kalau tersenyum" aku akan terus tersenyum di kantor, supaya tetap terlihat manis... dan aku akan jadi lebih percaya diri, dan sepanjang hari itu akan menjadi baik.
itu termasuk hal-hal yang aku yakini selama ini. sama seperti kalo kita berpikir positif, hal-hal positif yang akan terjadi pada kita.
jadi aku akan ambil remote control, dan skip tahun anjing dan segala keburukannya. tahun ini adalah tahun yang kosong tanpa ramalan dan segala hal mungkin terjadi. kalo aku bekerja keras, berbuat baik, jujur dan disiplin pada tujuanku, segala yang kuinginkan akan kudapatkan. dengan ijin Allah.
Wednesday, January 25, 2006
God of Small Things In Broken Hearts
kalo kamu patah hati, apa yang kamu lakukan?
sebagian orang akan tenggelam dalam kesedihan, membiarkan diri terpuruk dalam kesedihan, hati yang berkeping-keping menjadi alasan kegagalan dalam studi, pekerjaan dan kehidupan. seolah-olah tiada lagi masa depan setelah hubungan cinta disudahi.
sebagian yang lain akan berusaha melupakan. menimbun perasaan dengan kerja dan kesibukan, sehingga di akhir hari yang tersisa cuma lelah. rasa sedih dan kesepian hanya sempat terselip, sebelum lenyap dibaur lelap dan mimpi. semoga tiada mimpi buruk untuk mereka yang melakukan hal ini.
aku pernah menjalani keduanya. berusaha tegar tegak menantang badai. atau justru menjadi rapuh luruh dengan air mata mengalir tak berkeputusan. sampai suatu saat aku menemukan cara lain.
cara yang ketiga adalah menerima kenyataan. lalu tidak berusaha melupakan. seorang teman pernah protes keras padaku tentang hal ini.
"nggak berusaha melupakan? ah, justru melupakan itu adalah hal pertama yang aku pikir harus dilakukan" katanya.
ya, setelah patah hati, banyak yang ingin jadi amnesia. lupa segala hal yang berkaitan dengan mantan. karena tiba-tiba seluruh dunia dan kehidupan di dalamnya adalah tentang mantan. seperti kata Jeffrey di The Miracle Life of Edgar Mint..."I mean, losing your memory, forgetting everything, what could be better? Think of it!"
"All the terrible shit in your life, all the guilt, and regret, it would be gone, washed away. You take little head trauma and -zap!- you're a new man."
apa yang begitu sulit dari melupakan? well, because forgetting is a natural process created exclusively by God, so you just can't make it up. setiap kali kita ucapkan dalam hati "aku harus lupa!" ingatan akan melayang pada "harus melupakan apa?" dan kita akan terus ingat, ingat, ingat dan berharap menjadi amnesia. amnesia, kata-kata yang diucapkan puluhan kali dalam kisah Waktu Batu#3 Deus Ex Machina dan Perasaan-perasaanku Padamu.
yang paling menguras perasaan pada saat-saat patah hati adalah ingatan akan segala hal kecil. yang seketika membesar. seakan Tuhan menjelma dan bersabda pada bagaimana dia menyuruhmu memakai helm dengan benar, tepat pada saat kamu memasangnya di kepalamu. bagaimana kamu tertegun saat menemukan makanan yang selalu dia pesan dalam daftar menu yang kamu pegang. caranya menahan pintu supaya kamu tidak perlu membuka pintu berat di circle k. damn! si penjaga toko melakukannya untukmu hari ini. lagu kesayangannya yang kamu dengar secara tak sengaja dari cd player saat kamu menumpang mobil temanmu. waktu kamu kehilangan kunci motor, suaranya terngiang "di dalam tas...di saku sebelah kanan" karena celana yang kamu pakai hari ini kedua kantongnya bolong.
oh, kamu ingin marah dan memaki-maki dunia untuk semua ingatan itu!
dan atas keinginan membuang diri dari dunia, Esthappen berhenti bicara. dia hanya berjalan...berjalan dan terus berjalan. berusaha melupakan apa yang dilakukan Orangedrink Lemondrink man di Abilash Talkies padanya. berusaha mencegah apapun dari dunia nyata berhamburan memasuki kepalanya. tapi dia tetap tak berhasil, karena jiwanya yang kembar siam dengan Rahel membuatnya mau tak mau merasakan segala hal yang dialami Rahel, pun saat ia berada di New York dan Estha tinggal di Ayemenem.
jadi tak perlu berusaha melupakan. baik atau buruk, hubungan itu pernah jadi sesuatu yang berharga dan penting. tak bisa dihapus walaupun setiap gambarnya telah diretouch dengan photoshop cs2. terimalah kehadirannya dalam setiap hal kecil sebagai bagian dari masa lalu. seperti foto-foto jadul yang menguning dalam album keluarga. dan berbahagialah dengan apapun yang bisa kamu nikmati hari ini.
untukmu yang pulang ke flat yang sunyi
untukmu yang kini hanya bertahan hidup
untukmu yang masih marah dan mengirim anjrit! lewat sms
dan untukmu yang berusaha menghapus 10 tahun yang panjang
sebagian orang akan tenggelam dalam kesedihan, membiarkan diri terpuruk dalam kesedihan, hati yang berkeping-keping menjadi alasan kegagalan dalam studi, pekerjaan dan kehidupan. seolah-olah tiada lagi masa depan setelah hubungan cinta disudahi.
sebagian yang lain akan berusaha melupakan. menimbun perasaan dengan kerja dan kesibukan, sehingga di akhir hari yang tersisa cuma lelah. rasa sedih dan kesepian hanya sempat terselip, sebelum lenyap dibaur lelap dan mimpi. semoga tiada mimpi buruk untuk mereka yang melakukan hal ini.
aku pernah menjalani keduanya. berusaha tegar tegak menantang badai. atau justru menjadi rapuh luruh dengan air mata mengalir tak berkeputusan. sampai suatu saat aku menemukan cara lain.
cara yang ketiga adalah menerima kenyataan. lalu tidak berusaha melupakan. seorang teman pernah protes keras padaku tentang hal ini.
"nggak berusaha melupakan? ah, justru melupakan itu adalah hal pertama yang aku pikir harus dilakukan" katanya.
ya, setelah patah hati, banyak yang ingin jadi amnesia. lupa segala hal yang berkaitan dengan mantan. karena tiba-tiba seluruh dunia dan kehidupan di dalamnya adalah tentang mantan. seperti kata Jeffrey di The Miracle Life of Edgar Mint..."I mean, losing your memory, forgetting everything, what could be better? Think of it!"
"All the terrible shit in your life, all the guilt, and regret, it would be gone, washed away. You take little head trauma and -zap!- you're a new man."
apa yang begitu sulit dari melupakan? well, because forgetting is a natural process created exclusively by God, so you just can't make it up. setiap kali kita ucapkan dalam hati "aku harus lupa!" ingatan akan melayang pada "harus melupakan apa?" dan kita akan terus ingat, ingat, ingat dan berharap menjadi amnesia. amnesia, kata-kata yang diucapkan puluhan kali dalam kisah Waktu Batu#3 Deus Ex Machina dan Perasaan-perasaanku Padamu.
yang paling menguras perasaan pada saat-saat patah hati adalah ingatan akan segala hal kecil. yang seketika membesar. seakan Tuhan menjelma dan bersabda pada bagaimana dia menyuruhmu memakai helm dengan benar, tepat pada saat kamu memasangnya di kepalamu. bagaimana kamu tertegun saat menemukan makanan yang selalu dia pesan dalam daftar menu yang kamu pegang. caranya menahan pintu supaya kamu tidak perlu membuka pintu berat di circle k. damn! si penjaga toko melakukannya untukmu hari ini. lagu kesayangannya yang kamu dengar secara tak sengaja dari cd player saat kamu menumpang mobil temanmu. waktu kamu kehilangan kunci motor, suaranya terngiang "di dalam tas...di saku sebelah kanan" karena celana yang kamu pakai hari ini kedua kantongnya bolong.
oh, kamu ingin marah dan memaki-maki dunia untuk semua ingatan itu!
dan atas keinginan membuang diri dari dunia, Esthappen berhenti bicara. dia hanya berjalan...berjalan dan terus berjalan. berusaha melupakan apa yang dilakukan Orangedrink Lemondrink man di Abilash Talkies padanya. berusaha mencegah apapun dari dunia nyata berhamburan memasuki kepalanya. tapi dia tetap tak berhasil, karena jiwanya yang kembar siam dengan Rahel membuatnya mau tak mau merasakan segala hal yang dialami Rahel, pun saat ia berada di New York dan Estha tinggal di Ayemenem.
jadi tak perlu berusaha melupakan. baik atau buruk, hubungan itu pernah jadi sesuatu yang berharga dan penting. tak bisa dihapus walaupun setiap gambarnya telah diretouch dengan photoshop cs2. terimalah kehadirannya dalam setiap hal kecil sebagai bagian dari masa lalu. seperti foto-foto jadul yang menguning dalam album keluarga. dan berbahagialah dengan apapun yang bisa kamu nikmati hari ini.
untukmu yang pulang ke flat yang sunyi
untukmu yang kini hanya bertahan hidup
untukmu yang masih marah dan mengirim anjrit! lewat sms
dan untukmu yang berusaha menghapus 10 tahun yang panjang
Tuesday, January 24, 2006
cobaan pak yudi, cobaan kita
tergopoh-gopoh pak yudi mendatangi mejaku hari itu...
"saya dapat musibah, mbak dian... eh bukan, dapat cobaan"
katanya mengawali ceritanya tentang bagaimana kaca belakang mobilnya dipukul orang dengan sengaja, sehingga berlubang, dan harus dia ganti seluruhnya.
nggak jelas juga apa motif orang yang memecahkan kacanya. bagian belakang mobil kacanya selalu kaca mati. jadi waktu kaca itu dipukul dan berlubang kecil, pak yudi belum menemukannya. hanya merasa bahwa suara dari jalanan terdengar sangat keras dan nggak teredam. setelah sampai di parkiran komaneka, barulah pak yudi melihatnya. kaca mobilnya berlubang.
dia menambahkan bahwa kasus seperti ini semakin lama semakin sering terjadi. korbannya bahkan ada yang kehilangan uang puluhan juta. karena kaca mobilnya dipecahkan setelah dia mengambil uang dalam jumlah besar dari bank. waktu dia berhenti untuk makan siang, kaca mobilnya dipecah dan tas berisi uang yang ditinggalkan dalam mobil tersebut raib diambil.
aku tertegun mendengar cerita pak yudi. semua ini memang masih terjadi di denpasar. tapi bukan tidak mungkin nantinya juga akan sampai di ubud. dan bali nggak akan sama lagi seperti yang aku kenal.
pak yudi bilang padaku, waktu bom kedua meledak oktober lalu, dia udah berpikir bahwa nantinya, hal-hal semacam ini pasti akan terjadi... orang kesulitan mendapatkan uang, ekonomi lesu, kriminalitas meningkat. semuanya memang berbanding lurus.
buat beberapa orang yang berpikiran pendek, yang sudah sangat putus asa dengan kegagalan demi kegagalan, jalan yang semula tak terpikirkan kemudian menjadi alternatif yang kelihatannya makin mungkin dijalankan. diantara mereka, mungkin ada yang malu untukpulang dengan kegagalan. lalu bertahan hidup dengan mengambil apa yang bukan menjadi haknya.
aku mendesah... menarik napas panjang setelah pak yudi berlalu. berharap keadaan cepat membaik. karena hunian hari ini lagi-lagi 20%
katanya mengawali ceritanya tentang bagaimana kaca belakang mobilnya dipukul orang dengan sengaja, sehingga berlubang, dan harus dia ganti seluruhnya.
nggak jelas juga apa motif orang yang memecahkan kacanya. bagian belakang mobil kacanya selalu kaca mati. jadi waktu kaca itu dipukul dan berlubang kecil, pak yudi belum menemukannya. hanya merasa bahwa suara dari jalanan terdengar sangat keras dan nggak teredam. setelah sampai di parkiran komaneka, barulah pak yudi melihatnya. kaca mobilnya berlubang.
dia menambahkan bahwa kasus seperti ini semakin lama semakin sering terjadi. korbannya bahkan ada yang kehilangan uang puluhan juta. karena kaca mobilnya dipecahkan setelah dia mengambil uang dalam jumlah besar dari bank. waktu dia berhenti untuk makan siang, kaca mobilnya dipecah dan tas berisi uang yang ditinggalkan dalam mobil tersebut raib diambil.
aku tertegun mendengar cerita pak yudi. semua ini memang masih terjadi di denpasar. tapi bukan tidak mungkin nantinya juga akan sampai di ubud. dan bali nggak akan sama lagi seperti yang aku kenal.
pak yudi bilang padaku, waktu bom kedua meledak oktober lalu, dia udah berpikir bahwa nantinya, hal-hal semacam ini pasti akan terjadi... orang kesulitan mendapatkan uang, ekonomi lesu, kriminalitas meningkat. semuanya memang berbanding lurus.
buat beberapa orang yang berpikiran pendek, yang sudah sangat putus asa dengan kegagalan demi kegagalan, jalan yang semula tak terpikirkan kemudian menjadi alternatif yang kelihatannya makin mungkin dijalankan. diantara mereka, mungkin ada yang malu untukpulang dengan kegagalan. lalu bertahan hidup dengan mengambil apa yang bukan menjadi haknya.
aku mendesah... menarik napas panjang setelah pak yudi berlalu. berharap keadaan cepat membaik. karena hunian hari ini lagi-lagi 20%
Sunday, January 15, 2006
sad but true
unfortunately, this is a true story
she was a japanese pianist and he was a belgian nomad and they had been traveled together for a month. it was in the middle of a hustle tattoo convention somewhere in the heart of england that the girl got very sick somehow. he took her to the hospital, and the doctor congratulates him. the girl was pregnant and eventually, will deliver the baby very soon. they need his approval for a caesar operation because the baby had just been in her womb for six months only. he was so confused. too confused to think clearly. he just wanted to save the baby's life.
to make all things run smoothly, he decided to make a certificate of marriage that officially stated them as husband and wife. that way, she will be able to use his health insurance to pay the operation and all hospital bills.
it was a baby boy and he fall in love to him the very moment he saw him. he named him 'a man with heart as big as a planet'. although the boy is not his son. she got pregnant after a short relationship with an indonesian (married) man. she never told that man about the boy. the last time she came to him, was when she found the man with his pregnant wife. that was how things started to went wrong between the pianist and the nomad. their relationship consists of hatred, quarrels and argument. there was no single day without fighting when they see each other's face.
then he met an indonesian visual merchandiser. he told her his story. she told him hers. they fall in love to each other although they know that their relationship is impossible. their love is a beautiful and romantic yet complicated story. she could never have him, he could never let her go. they just can never be together. there's a boy, with a heart as big as a planet to raise. and he will never take the boy away from his mother.
who's wrong? who's fault?
I can never tell. when they told me their story, I shed my tears.
God I wish... a happy simple life. a happy simple life.
she was a japanese pianist and he was a belgian nomad and they had been traveled together for a month. it was in the middle of a hustle tattoo convention somewhere in the heart of england that the girl got very sick somehow. he took her to the hospital, and the doctor congratulates him. the girl was pregnant and eventually, will deliver the baby very soon. they need his approval for a caesar operation because the baby had just been in her womb for six months only. he was so confused. too confused to think clearly. he just wanted to save the baby's life.
to make all things run smoothly, he decided to make a certificate of marriage that officially stated them as husband and wife. that way, she will be able to use his health insurance to pay the operation and all hospital bills.
it was a baby boy and he fall in love to him the very moment he saw him. he named him 'a man with heart as big as a planet'. although the boy is not his son. she got pregnant after a short relationship with an indonesian (married) man. she never told that man about the boy. the last time she came to him, was when she found the man with his pregnant wife. that was how things started to went wrong between the pianist and the nomad. their relationship consists of hatred, quarrels and argument. there was no single day without fighting when they see each other's face.
then he met an indonesian visual merchandiser. he told her his story. she told him hers. they fall in love to each other although they know that their relationship is impossible. their love is a beautiful and romantic yet complicated story. she could never have him, he could never let her go. they just can never be together. there's a boy, with a heart as big as a planet to raise. and he will never take the boy away from his mother.
who's wrong? who's fault?
I can never tell. when they told me their story, I shed my tears.
God I wish... a happy simple life. a happy simple life.
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...